Sunday, December 30, 2007

Stand Beside Me God

28 November kemarin, bisa jadi awal dari negosiasi yang bakal alot sepanjang 2008 nanti. Karena perbedaan sudut pandang yang terjadi antara gua dengan bokap, semakin menegaskan betapa kita memang susah untuk get a long setiap kali menampilkan perbedaan yang ada. Ya, gua menghargai posisi dan peranan dia sebagai orang tua adalah berusaha menjaga anak-anaknya tetap aman. Dimana definisi aman sendiri akan dipengaruhi tidak hanya oleh referensi pengetahuan yang dia punya tapi juga peranan dia sebagai ayah dan orang yang lahir lebih dulu dari gua (baca: berpengalaman).

Tapi hendaknya dia ingat, bahwa anaknya dibesarkan di masa yang berbeda dengannya. Ini tentu akan mempengaruhi pola pikir dan panduan saya dalam menjalani dan memilih setiap momentum dalam hidup yang mau dilalui. Jadi sebenarnya tidak ada yang salah dengan perbedaan pendapat atau perspektif, hanya dibutuhkan pengertian dan saling menghargai aja. Toh itulah definisi sederhana dari sebuah harmonisasi.

Gua ingat, waktu memiliki keyakinan untuk masuk Unpad, bokap adalah salah satu orang yang tidak yakin akan itu. Ya, gua sedih. Karena kita berharap dukungan akan selalu datang dari orang-orang yang berarti dalam hidup kita bukan? Tapi seperti selalu yang diingatkan nyokap gua, setiap hal harus dijadikan cambuk untuk maju. Ngga pernah ada salahnya untuk mencoba, berusaha dan berdoa. Karena setiap usaha ada harganya. Itulah yang membuat gua mati2an berdoa dan berusaha untuk keterima SPMB dan berkuliah di Fikom Unpad.

Bokap memang orang yan penuh perhitungan, pas gua masuk Unpad tidak jauh dari masa pensiun dininya karena stroke ringan yang dia idap. Dia tidak yakin, dana yang tersedia akan cukup membiayai kuliah dan kehidupan gua selama 4 tahun ke depan. Ya dia memang selalu ingin semua orang yang dikasihinya aman dan tenang, tapi ketakutannya (secara tidak disadari) telah menyakiti orang yang dikasihinya. Akhirnya gua belajar untuk mengartikan itu sebagai rasa sayangnya yang luar biasa.

Karena lepas satu semester kuliah dengan uang makan yang super ngepas, dia ngeprint sebuah tulisan untuk gua.

Doa Ayah
By : Jendral Douglas MacArthur

Tuhanku, binalah putriku untuk menjadi seseorang yang cukup kuat untuk mengakui kelemahannya, cukup berani untuk mengakui ketakutannya, bangga dan tabah serta jujur dalam mengakui kekalahan, rendah hati dan lemah lembut dalam kemenangan.

Binalah putriku menjadi seseorang yang mampu mewujudkan cita-citanya dan tidak hanya tenggelam dalam angan-angannya saja.
Seorang anak yang sadar bahwa mengenal Engkau dan mengenal dirinya sendiri adalah landasan segala pengetahuan.

Kumohon kepadaMu, janganlah pimpin putriku di jalan yang mudah dan enak, namun berilah dia kesempatan untuk mengalami tekanan dan cobaan di jalan yang penuh kesulitan dan tantangan.

Berilah putriku kesempatan belajar untuk tetap tegak dalam prahara, dan welas asih kepada yang mengalami kegagalan.

Binalah anak hamba untuk berhati tulus, dan bercita-cita tinggi; seorang anak yang mampu memimpin dirinya sendiri sebelum mempunyai kesempatan untuk memimpin orang lain.

Seorang anak yang memahami arti tawa ceria tanpa melupakan arti tangis duka, seorang anak yang mampu memandang jauh ke masa depan namun tidak melupakan masa yang telah silam.

Dan bila semua ini telah menjadi miliknya, aku mohon kepadaMu, tambahkanlah secercah kejenakaan supaya putriku dapat bersungguh-sungguh dan juga dapat menikmati hidupnya.

Anugerahilah putriku kerendahan hati dan kesederhanaan yang merupakan dasar keagungan yang sejati, kesediaan untuk menerima kenyataan yang merupakan dasar kearifan yang sejati dan kelembutan yang merupakan dasar dari kekuatan yang sejati.

Dan akhirnya, jika semua itu telah terwujud, hamba, ayahnya, akan memberanikan diri untuk berbisik, "hidup hamba tidaklah sia-sia.”

Waktu gua terima tulisan itu, dia tidak banyak ngomong. Cuman bilang, "Ada tulisan buat kau. Bacalah ya." Ya dia emang suka nulis, dan nular ke gua :) Gua ingat doa ini karena waktu itu dia ketik dan di bingkai. Pada copy-an yang dia terima kata anakku ditulis menjadi putraku, tapi khusus untuk gua dia ganti menjadi putriku. Dia memang bukan tipe orang yang secara tegas meminta maaf tidak setegas dia menampakkan ketikadasukaanya. Tapi tulisan itu membuat gua merinding dan nangis. Ya, dia punya cara sendiri untuk melindungi gua.

Tulisannya gua laminating dan ditempelin di tembok kata2 bijak yang gua punya selama ngekos. Itu selalu gua tempelin di tengah, atau selurusan pandangan mata untuk menarik perhatian. Dan gua akan selalu bangga untuk kasih tau ke orang-orang yang baru masuk kamar gua untuk mengatakan, itu bokap gua yang ngetik dan kirim buat gua!!

Ya, dengan segala kemiripan kami dalam sifat keras kepala, gua hanya meminta Tuhan menyemaikan pengertian dan penghargaan atas perbedaan kami. Karena bagaimanapun juga kami memiliki banyak kesamaan, sama-sama suka nulis, sama-sama penggila olahan babi dan sama-sama KERAS KEPALA!!! Hahahaha.

Semua proses hanya harus dialami dengan bersandar pada Empunya Emosi dan Kekuatan. Amin

Friday, December 14, 2007

Natal Tlah Tiba!!!





Mulai dari mall sampai spanduk, udah pada mulai nyebar gambar-gambar yang bertema natal. Malah di Surabaya, ada mall yang pohon natalnya dibuat dari laptop!!! Wah makin ke sini natalan makin komersil aja. Ada yang mau undang gua ke natalan yang sederhana? Pohon natal plastik yang ornamennya jadul, di ujungnya ada pajangan malaikat. Kue-kue kampung kaya bolu dengan satu rasa, kembang loyang, kue ketapang, plus sirop ABC rasa jeruk....Cuman diisi dengan pembicaraan ringan dan ketawa-ketawa aja. Hmmmm suasana natal yang sempurna...

Ayo kita natalan di masa lalu......wah miss the old time ABIS!!!!

Thursday, December 13, 2007

I love him so much



Selalu bete ketika bisa ketemuan sebentar harus pisahan lagi dalam ukuran mil!!! Tapi makin hari, anak ini makin keliatan baiknya. Aku senang karena pacarku baiknya bukan kepalang dan aku bisa manja LUAR BIASA CUMAN SAMA DIA!!!! Yipieeee...kapan lagi dapat orang yang disayang dan manjain kita tanpa tedeng aling-aling.

Love u so much, tukang es krim

Friday, November 23, 2007

9 Pertanyaan untuk Andreas A Prasadja: Tak Sengaja Jadi Dokter Tidur




BELAKANGAN ini makin banyak rumah sakit yang mendirikan laboratorium tidur atau sleep laboratory. Namun, tidak banyak orang yang tahu bahwa RS Mitra Kemayoran adalah yang mengawalinya. Dan adalah Dr Andreas A Prasadja yang dengan berani menerima tantangan untuk mempelajari secara mendalam hal yang sering disepelekan banyak orang, yakni tidur.

Dari apa yang dipelajarinya, Sleep Technologist (teknolog tidur) ini disadarkan bahwa sepertiga hidup manusia diisi dengan tidur. Inilah yang kemudian menyeret proses kecemplung-nya sebagai sebuah kesadaran bahwa tidur diciptakan Tuhan karena memegang peranan penting bagi mental, kognitif, dan emosional seseorang.

Berikut petikan wawancara Jurnal Nasional dengan dokter yang tidak mau disebut sebagai dokter tidur pertama di Indonesia ini.

1. Bagaimana awal Anda mempelajari seluk-beluk tidur?

Awalnya kecemplung ha ha ha. Saya bisa mempelajari masalah gangguan tidur karena memang dari awal sudah bekerja di RS Mitra Kemayoran sebagai dokter umum. Dan kemudian saya mendengar kalau rumah sakit ini akan membuat sleep laboratory. Dalam hati saya mengatakan, ‘apaan nih' dan saya pun tidak menaruh perhatian lebih terhadap itu. Sampai suatu saat the owner of the hospital over me to study, ya kenapa tidak. Saat itu saya baru ambil course-nya saja di Singapura. Tapi, mata saya langsung terbuka bahwa yang dipelajari dokter tidur itu ternyata luas sekali. Akhirnya saya yang meminta untuk disekolahkan kembali dan mendapatkan sertifikasinya, waktu itu saya belajar di Sydney University, Australia.

Saya belajar langsung dari Prof Collin Sullivan yang menemukan alat Continuous Positive Airway Pressure (CPAP) untuk masalah sleep apnea. Rasanya luar biasa, yang pasti pada awalnya saya tidak tau kalau beliau itu penemunya ha ha ha. Sadarnya, setelah banyak orang membicarakan mengenai latar belakang dia dan membaca langsung penelitiannya.

2. Mengapa Anda yang dipilih untuk belajar tersebut?

Jujur sampai saat ini saya tidak tahu, mungkin karena saya dilihat orangnya nekatan. Dan dulu dianggap Bahasa Inggrisnya yang paling bagus, padahal modal saya hanya jeblak doang ha ha ha. Tapi, pada intinya proses itu berangkat dari visi rumah sakit yang ingin menjadi rumah sakit yang terlengkap. Dan kami juga melihat bahwa kedokteran tidur di luar negeri sangat maju sekali, bahkan di Singapura atau Malaysia sekali pun. Di Asia Tenggara, Indonesia-lah yang paling tertinggal untuk kedokteran tidur. Karena kita baru memulainya belakangan ini saja dan di Indonesia rumah sakit inilah yang pertama kali berani mendirikan sleep laboratory.

Sebagai perbandingan, di Australia, hampir setiap enam kilometer ada sleep clinic. Rumah sakit besar, sleep laboratory-nya minimum terdiri atas empat tidur. Sedangkan kita baru satu tempat tidur. Dan di sana, pasien yang ingin memeriksakan dirinya atau melakukan sleep study itu waiting list lebih dari satu bulan. Bahkan, ada beberapa sleep laboratorium yang ternama, kalau ingin diperiksa harus mengantre sampai enam bulan. Karena mereka sudah aware dengan kesehatan tidur, sedangkan kita bisa dibilang tidak masuk hitungan sama sekali.

3. Seberapa penting tidur itu bagi kesehatan?

Kalau mengambil pemikiran Prof William C Dement, the father of sleep medicine, ada tiga komponen penting untuk kesehatan. Pertama, physical fitness. Kedua, keseimbangan nutrisi, dan terakhir adalah tidur. Tapi, tidur sering diremehkan banyak orang bahkan oleh kalangan medis sekalipun. Karena the practice of the medicine stop when the patient sleep. Itu mengapa dulu pasien hipertensi ditangani dengan koridor pikiran bahwa pasien makan apa dan bagaimana kegiatan olahraganya. Yang dilihat hanya diet and physical fitness, sehingga tidak pernah mempertimbangkan tidurnya. Padahal, contoh satu gangguan tidur saja, sleep apnea, dapat menyebabkan hipertensi. Perlahan-lahan ilmu gangguan tidur semakin berkembang sehingga di luar negeri pemeriksaan tidur sama umumnya seperti pemeriksaan darah, roentgen, bahkan menjadi basic diagnostic.

4. Apa yang menarik ketika Anda mempelajari tidur?

Ternyata sepertiga dari hidup kita itu adalah tidur. Artinya, tidur itu sangat penting manfaatnya bagi kehidupan. Karena kalau tidak penting atau terjadi tanpa maksud apa-apa, maka it would be the biggest mistake that God made. Jadi, tidur itu sangat penting sekali karena sepertiga hidup kita diisi dengan tidur.

Tidur menjadi penting karena ketika tidur REM (rapid eye movement atau fase mimpi-Red) dipercaya meningkatkan kemampuan mental, kognitif, dan emosional. Ini artinya tidur membentuk kesehatan tubuh secara keseluruhan. Sebenarnya pada tahap tidur REM, otak itu amat aktif karena gelombang otaknya sama seperti ketika kita sadar. Termasuk signal-signal yang dikirimkan ke anggota gerak tubuh seperti tangan dan kaki. Hanya saja pada tahap itu juga ada mekanisme pengaman yang memotong sinyal sehingga otot-otot besar lumpuh, maka ketika tidur kita tidak gerak-gerak seperti ketika sadar. Itulah mengapa orang yang kurang tidur sebenarnya kurang memaksimalkan memorizing otaknya.

5. Banyak rumah sakit yang kini mendirikan laboratorium tidur, apakah ini memang trend?

Sebenarnya trend ini sudah telat sekali, karena kami sudah menyadarinya sejak tahun 2001. Kami sering melihat apa yang sedang trend di luar negeri, lalu kami implementasikan di Indonesia. Di Amerika Serikat laboratorium tidur berkembang pesat karena alasan asuransi. Contohnya, pasien sleep apnea yang tidak terdiagnosis dan tidak dirawat akan memerlukan kunjungan ke fasilitas kesehatan 10 kali lebih sering dibanding pasien sleep apnea yang dirawat. Maka, menurut asuransi di sana, lebih murah biaya klaimnya apabila dilakukan pemeriksaan tidur. Itulah mengapa di luar negeri pemeriksaan tidur sama umumnya seperti pemeriksaan darah, roentgen, bahkan menjadi basic diagnostic.

Keprihatinan saya sekarang ini, munculnya laboratorium tidur yang tidak disertai peralatan lengkap, sehingga tidak memenuhi sebuah syarat laboratorium. Ada beberapa yang alat laboratorium tidurnya sebenarnya diperuntukan untuk screening saja bukan diagnosis, jadi sayang sekali. Tapi, makin bermunculannya laboratorium tidur harus disemangati juga. Artinya kan makin banyak orang yang sehat. Karena penyebaran seputar tidur akan semakin gencar dan menciptakan awarness di masyarakat.

6. Boleh dibilang Anda adalah dokter ahli tidur pertama di Indonesia?

Jangan dibilang begitu, saya lebih suka disebut sebagai sleep technologist. Di samping itu, perkembangan ilmu mengenai tidur juga masih terbilang baru di Indonesia, sehingga belum banyak yang mengetahui bahwa dunia kedokteran mengenal sleep specialist. Di Amerika sejak tahun kemarin sudah ada sleep phisician. Tapi, ya biarkanlah prosesnya berlangsung untuk mengembangkan kesadaran masyarakat mengenai pentingnya tidur.

7. Seandainya tidur dimasukkan ke kurikulum sekolah kedokteran?

Itu bagus sekali, karena dulu waktu kuliah saya hanya belajar mengenai tidur selama dua jam. Padahal, sekolah kedokteran empat tahun dan prakteknya dua tahun, tapi masalah tidur hanya dapat porsi dua jam. Ketika itu yang dibahas juga hanya mekanisme dan manfaat tidur. Makanya saya selalu senang ketika diundang menjadi pembicara di fakultas kedokteran untuk berbicara secara klinis mengenai tidur. Tapi, saya lebih suka membuka sekolah mengenai kesehatan tidur dan mempersiapkan tenaga-tenaga kesehatan yang bisa mengoperasikan laboratorium tidur. Saya pribadi sudah punya ancang-ancang kurikulum untuk sekolah ini. Tapi, kan modalnya besar sekali karena alat-alat pendukungnya pun mahal sekali.

8. Anda sendiri dan keluarga menerapkan tidur yang cukup?

Iya, karena sudah mengetahui pentingnya. Khususnya anak saya karena saya berkeyakinan tidur akan bermafaat bagi perkembangan otak dia. Banyak orang tua yang mendidik anak pra sekolah untuk melatih bangun pagi agar terbiasa pada saat sekolah nanti. Kalau saya, justru saya biarkan tidur karena saya tahu tidur lebih penting. Urusan nanti masuk sekolah pagi ya disiasati pada waktunya saja.

9. Anda memeriksa pasien saat dia tidur, berarti tidak perlu stetoskop dong?

Tak pernah pakai lagi, malah sekarang lebih sering pakai mouse. Karena, di laboratorium tidur, pasien dipasangi sensor yang kemudian dihubungkan ke komputer untuk direkam. Kemudian pada pagi hari saya baca statistiknya. Walaupun memang pada beberapa kasus saya ikut nungguin selama pasien tidur.

Ada kepuasan tersendiri karena saya pernah menangani pasien yang tidak boleh mengoperasikan alat-alat berat oleh perusahaannya karena dianggap mudah tertidur. Dan setelah diperiksa, ternyata dia mengalami sleep apnea yang setelah dirawat hampir enam bulan dia bisa beraktivitas lagi. Ini kan sangat membantu dia karena produktivitasnya naik lagi dan dia tidak jadi dipecat.


Biodata

Nama Lengkap: Andreas A Prasadja

Tempat/Tanggal Lahir: Jakarta, 16 Mei 1975

Istri: Kristanti Madona Gunadi

Anak: Chiara Monica Prasojo

Partisipasi:

- Board Advisor Majalah Parents Indonesia

- Better Sleep, Better Life, Fakultas Kedokteran Universitas Atmajaya

- Snoring dan Sleep Apnea, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

Pendidikan:

- Lulus Fakultas Kedokteran Universitas Atma Jaya (2002)

- Sleep Technologist, Sidney University (2005)

Pekerjaan:

- 2002, mendirikan Klinik Pandawa

- 2006 - sekarang mengepalai Sleep Disorder Clinic, RS. Mitra Kemayoran.

Dimuat pada Jurnal Nasional, 22 November 2007

Mengakrabkan Puisi Melalui Telinga

Puisi bukan hanya barisan kata yang diciptakan tanpa makna. Barisan kata yang tertulis merupakan wujud eksistensi dari sebuah peradaban kebudayaan. Karena itu, sebuah puisi tidak hanya menggelayutkan imajinasi yang tertata. Tapi puisi juga melibatkan emosi dalam menafsirkan sebuah proses perenungan.

Namun puisi masih dianggap terlalu mengawang-awang sehingga tidak banyak pihak yang mau terlibat dalam keindahan yang ditawarkan. Bahkan proses dialogis yang ditawarkan dalam imajinasi kata yang dimainkan, juga sering terjebak dalam teknik mendeklamasikan puisi. Alhasil, puisi dianggap barang mahal yang hanya dibuat untuk, dari, dan oleh seniman. Lalu adakah cara untuk membuat puisi akrab di telinga dan mata banyak orang ?

"Sebenarnya musikalisasi puisi dibuat untuk mengatasi trauma orang dengan gaya penyampaian puisi yang deklamatif. Atau orang sering kesulitan untuk memahami makna suatu puisi, ini karena mereka berpikir bahasanya terlalu tinggi. Karena itu musikalisasi puisi coba mengemas puisi dalam lagu, agar lebih memasyarakat," ucap Ari Malibu yang kerap memusikalisasikan puisi Sapardi Djoko Damono.

Melalui musik, Ari menambahkan, akan membuat banyak orang lebih tertarik dan mengenali kata-kata di dalam puisi. Dan setelah tertarik, maka proses eksplorasi interpretasi puisi pun dapat dimulai. Sehingga dengan demikian, puisi bukan lagi karya yang sukar dan harus mengernyitkan dahi agar mendapatkan sari patinya.

"Yang lucu dari orang Indonesia adalah merasa keberatan ketika membaca puisi dari penyair sendiri, tapi ketika puisinya dari luar negeri justru dapat dinikmati. Inilah mengapa musikalisasi puisi yang kami buat diedarkan dalam bentuk kepingan cakram, berharap akan banyak orang yang menjadikan penyair Indonesia sebagai tuan rumah di tanah airnya sendiri."

Tapi bukankah setiap orang memiliki interpretasinya sendiri terhadap sebuah karya seni, terutama puisi ? Artinya, dengan memusikalisasikan puisi maka menyamaratakan interpretasi puisi kepada semua orang? Menurut penggagas album musikalisasi puisi Ari-Reda, AGS Arya Dipayana, sebuah interpretasi yang dilagukan bukan serta merta menyeragamkan imajinasi.

"Karena proses mengeksplorasi tafsir puisi yang dilakukan pun sarat dengan makna dan rasa. Saya coba memahami pemilihan diksi yang dilakukan penyair dan bagaimana mereka membentuknya dalam satu rasa puisi. Contohnya seperti puisi Aku Ingin yang dibuat oleh Sapardi, kata-katanya sangat sederhana tapi sebenarnya ada makna yan rumit dibaliknya. Kerumitan yang setiap hari dialami dan kemudian menjadi biasa."

Kerumitan yang dibalut dalam kata-kata yang sederhana itu kemudian oleh Arya disusun dalam notasi lagu. Maka notasi yang tercipta pun sederhana, bahkan menurut Arya cenderung naif. "Sedangkan kerumitannya saya format dalam bentuk jebakan-jebakan nada yang apabila tidak berhati-hati akan menyulitkan penyanyi," tambah pria yang akrab dipanggil Aji ini.

Hal senada juga diungkapkan oleh Reda Gaudiamo yang jatuh cinta menikmati puisi dalam lagu, sejak diminta menyanyikan puisi Gadis Peminta-minta karya Toto Sudharto Bachtiar. Menurutnya, jika penyair memiliki lisensi puitika untuk memilih diksi yang tepat atas ekspresinya. Maka pembaca puisi yang kemudian mengartikulasikan maknanya dalam lagu, juga memiliki lisensi puitika untuk menginterpretasikannya secara bebas.

"Namun bukan berarti interpretasinya tidak melibatkan pemahaman atau rasa. Karena kedua unsur inilah yang justru menyediakan ruang bagi pembuat lagu untuk mengubahnya menjadi lirik puisi yang dimusikkan. Ada proses kontemplasi dalam pembuatan dan pemaknaan puisi yang dimusikkan. Maka musikalisasi juga merupakan cara untuk mencintai puisi," ucap Reda yang berduet dengan Ari dalam melagukan puisi Sapadi.

Bila interpretasi yang dilakukan mereka berbeda dengan penyair ? Menurut Aji hal tersebut mungkin terjadi. Karena interpretasi yang mereka lalukan bukanlah dengan semangat untuk memuaskan penyair. Aji pun menyakini kebanyakan penyair, termasuk Sapardi, sudah cukup menyadari bahwa pada saat karyanya dipublikasikan maka sudah menjadi kepunyaan umum. "Ketika sebuah karya dilemparkan ke masyarakat, maka karya itu sendiri yang berbicara. Jadi Sapardi pun cukup proporsional untuk menilai hasil apresiasi kami terhadap karyanya."

Lalu apakah yang menjadi kekuatan dari puisi-puisi Sapardi sehingga ketiga orang ini selalu ingin memusikalisasikannya? Ketiganya bahkan terbilang sering memusikalisasikan puisi Sapardi dalam bentuk compact disc (CD) dan memasarkannya melalui jalur indie label. Ketiganya, mengamini kata-kata yang ditawarkan Sapardi, sangat kuat untuk kemudian digunakan secara optimal dalam menciptakan imaji.

Sedangkan dari sisi penyanyi, Ari dan Reda mengatakan, Sapardi berhasil membentuk puisinya dalam rasa musikalitas yang jelas. Sehingga setiap kali membaca puisi Sapardi, sangat mudah bagi mereka mengimajinasikannya dalam bentuk lagu. "Ini tentu memudahkan yang membuat dan yang mendengarkan, untuk memahami serta memahami isi puisi Sapardi," imbuh Reda.

Apakah Sapardi keberatan jika puisinya "diobrak-abrik" dalam komposisi musik dan lagu? "Ketika puisi saya dibaca saja saya sudah senang, apalagi ketika dilagukan. Seorang pencipta karya seni, harus menyadari manakala karyanya dipublikasikan itu berarti sudah menjadi milik masyarakat. Jadi saya tidak berhak mengatakan saya tidak suka puisi saya diapresiasi dalam musik. Toh musik yang lebih populer justru membuat puisi saya dinikmati banyak orang," ucapnya ketika dihubungi penulis beberapa waktu lalu.

Dan ketika disinggung mengenai hak cipta, Sapardi yang menyebut Ari, Reda, dan Aji sebagai muridnya mengatakan tidak ambil pusing dengan hal itu. "Iya kalau mereka untung, bagaimana kalau mereka rugi? Buat kami ini adalah usaha bersama untuk mempopulerkan puisi." Lebih lanjut Sapardi menekankan, hal yang harus dinilai dari musikalisasi puisi adalah merupakan cara untuk mengembangkan kematangan masyarakat atas pemahaman karya seni. Karena puisi secara umum dapat diartikulasikan dalam kontemplasi yang dilagukan.

Semangat yang sama, membuat Ari dan Reda memiliki harapan menjadikan musikalisasi puisi sebagai alternatif genre musik di Indonesia. Karena secara perlahan keduanya menangkap animo yang besar dari anak muda untuk dapat menikmati musikalisasi puisi. "Sangat ingin sekali musikalisasi puisi dapat masuk dalam jalur major label karena dengan begitu puisi menjadi sesuatu yang bersahabat. Sehingga musik yang didengarkan tidak semata-mata enak di telinga tapi syairnya pun menciptakan kematangan berpikir," ucap Ari.

Namun hal lain yang juga turut disadarkan, menurut Reda adalah major label. Karena kebanyakan dari mereka menganggap masyarakat masih harus dijebak dalam tren atau kemasan musik yang sama. Dan kesadaran ini nantinya akan menjadi warisan budaya yang dibentuk melalui proses modernitas, tanpa perlu digerus olehnya.

"Meskipun riak yang kami timbulkan harus melawan gelombang industri musik, sampai kapan pun kami tidak mau berbicara mengenai untung rugi. Atau apakah musikalisasi puisi yang berhasil masuk dalam pasar industri musik kemudian membentuk trend setter. Itu adalah proses untuk menyadarkan banyak orang, bahwa produk seni ini adalah milik kita bersama. Selama puisi diperdengarkan, dipelihara dan kemudian disadari sebagai bentuk perenungan, maka proyek idealis ini harus tetap dijalankan," pungkas Reda.

Dimuat di Jurnal Nasional 18 November 2007

Monday, November 19, 2007

26

18 November

Apa rasanya ya melewati seperempat abad ? Rasanya cape...karena harus ngeliput di radio dalam di kantor MLM Sun Hope. Acaranya ngantuk padahal penontonnya sarat diwarnai euforia semangat penjual barang. Setelah itu masih harus ke kantor untuk transkrip wawancara sosok. Cape rasanya. Tapi disela-sela kelelahan itu ada juga rasa kebahagiaan atas ucapan dan doa panjang umur. Apalagi ada yang tengah malam minta ditelepon dan tidak sabaran untuk memberi clue kado antara A atau B (suer deh yang, ampe sekarang aku belum bisa nebak kadonya apa hehehehe). Ada juga sms-sms yang unik plus lucu yang mendoakan enteng jodoh. Ya semua yang baik harus diaminkan, jadi AMIN.

Semakin malam semakin bagus, karena tulisan musikalisasi gua jadi tulisan pertama. Hihihi ntahlah ngerasa senang aja paska beberapa harinya "diomelin" Emha karena ngga semua kutipannya ditampilin. Tulisan musikalisasi itu komplit, narasumber semua angle dapat. Terima kasih detik-detik terakhir deadline berhasil menghubungi Sapardi Djoko Damono. Ya worthed lah. Jadi tepat di hari ulang tahunku ada artikel ku tentang sesuatu yang aku yakini bagus :)

Pas nyampe rumah, langsung hujan. Gua suka ujan malam-malam bikin tidur makin nyenyak, adem. Nyokap udah nyediain makanan kesukaan gua, BABI PANGGANG KARO!!! Only for me. Gua selalu bersemangat makan daging itu, banyak juga kaga bakal nolak.

Oke sekarang soal kado, berhubung gua masih belum tau kado dari pacarku yang ganteng itu :) (kok ngga tau malah ketawa ya, abis kamu ngasih clue yang gampang ketebak sih). Nyokap ngasih kalung, cincin dan beauty case. Dia bener2 bikin gua jadi cewe, kalao ngasih kado pasti cewe bener. Yah diterima aja, selama bikin tambah manis hihihi.

Tapi gua masih menerima dengan terbuka lebar, bagi kalian semua yang ingin menambah koleksi kadoku. Karena ada lirik lagu kasidahan yang bernada seperti ini, berbuat baik janganlah ditunda-tunda...jadi jangan ditunda ya...

Makasih Tuhan untuk kepercayaan menambahkan satu tahun dalam perjalanan hidupku.
Dan makasih untuk kalian semua, untuk eksistensi kalian dalam hidupku.
Indahnya berbagai adalah inti dari keindahan hidup...jadi terima kasih sekali lagi untuk segala hal yang telah kita bagi bersama. God Bless You All.

Monday, November 5, 2007

Hari ini setahun lalu



Setahun lalu tepat di hari ini, 6 November, adalah masa di mana seorang laki-laki mengekspresikan perasaan dengan sangat jujur atau mungkin nekad. Karena ketika itu semuanya berlangsung sangat cepat, dalam hitungan minggu tapi kita ibarat magnet udah tarik menarik. Dan hari ini setahun yang lalu, ekspresinya tercatat dalam sebuah sms yang sampai kini masih disimpan.

Let me say this :
you are the devil and i'm bedeviled. You are d angel n i'm enlightened.
You are d messiah n i'm saved. You are d messenger n i'm your disciple.
I may never b d ice cream maker 2 u, but u really are now an ice cream 2 me now. Hehehe that's my magic spell!


Ok siapa yang ngga gelagapan dapat sms kaya gitu, gua inget banget saat itu gua lagi ngantri nasi goreng. Jadi cuman senyum-senyum aja tanpa peduli mamang nasi gorengnya kasih sambel di pesanan gua. Dan karena gua jawabnya lama, secara itu bahasa inggris jadi butuh waktu untuk men-translate-nya wahahahaha. That ice cream maker itu bilang, kok diem biasanya ngomongnya lancar. wahahahahaha

Trus dengan trik perempuan gua jawab seperti ini, Whoa...whoa...those devil, angel and mesias thing over to much. But ice cream maker, well answer this one, do you want to play it fast or just flow the rhytem? Coz i really want to interact with the ice cream maker. See i said the abracadabra...It would be tastier if we doing this not with the smsan thing.

Itu sebenarnya trik gua aja, apa dia bakalan berani ngomong langsung apa kaga ? Hihihiihi ngga lama kemudian dia telepon dan gua cuman bisa kelabakan dan tiba-tiba nasi goreng yang kepedesan itu pun hambar...alah....Pas gua angkat teleponnya, gua bergaya setenang mungkin...wahahahahaha ini tipikal cewe banget. Dan akhirnya kami pun menemukan kesepakatan, menikmati es krim.

Oke untuk es krim, di awal jalan barengna, dia bertanya pilih mana makan es krim tapi setelah itu lupa nikmatnya es krim atau ngga makan es krim, cuman ngebayangin aja tapi ngga pernah lupa bayangan dari kenikmatan es krim itu. Dan gua langsung jawab, lebih enak makan langsung dan rasain enaknya, perkara itu lupa ngga ya urusan belakangan. Daripada cuman ngebayangin doang. Sedangkan dia, milih untuk ngebayangin aja karena ngga mau sensasi enaknya es krim lupa. Walaupun cuman di bayangan doang. Kasian ya hehehehehhe

Kita sebenarnya berbeda banget, dia pendiam, panikan, dan menyendiri. Sedangkan gua ngga bisa diam, suka teriak-teriak, marahan, dan suka hingar bingar. Bersebrangan banget tapi ibarat magnet, justru kutub yang berbeda itulah yang bisa bikin tarik menarik. Ya mungkin sifat yang bertolak belakang jadi satu momen yang selalu kita tunggu untuk mewarnai hari-hari kita. Jadi selalu ngangenin untuk ketemu terus karena interaksi kita jadi dinamis banget.

Ah sayang, seneng rasanya bisa ngerasain itu semua sama kamu. Mulai dari kejutan listrik sampai kangen seubun-ubun ketika kamu jauh atau saat deketan dan takut jauhan lagi. Makasih untuk perjalanan setahun yang luar biasa...you are special to me coz u completed me. Ayo tetap jalanan bareng ya karena cuman itu yang bisa kita lakukan untuk mengaktualisasikan rasa yang kita punya.

So lets go to the place only lover go, shall we ?






Semoga tangan kita ngga pernah terlepas ya....love u mijn schat....

Thursday, October 25, 2007

Globalisasi Makanan Bayi

Pada 23 Oktober lalu gua menghadiri peluncuran produk baru dari Cerelac a.k.a bubur bayi. Ada yang lucu dari produk terbaru mereka yang mengandung prebiotik, yaitu varian rasanya. Kenapa emang varian rasanya ? Oke mereka menawarkan beras putih, apple, cranberries untuk tahap pertama. Tahap kedua ada gabungan rasa oat dan prunes. Sedangkan tahap ketiga beras merah, yoghurt dan raspberry. Coba perhatiin rasanya deh....bule semua kan? Kenapa rasa bule?

Mereka bilang varian itu dipilih karena banyak mengandung serat, jadi probiotik yang dilengkapi dengan serat tinggi. Ini membuat saluran pencernaan bayi jadi bagus. Tapi cara menjawabnya juga lucu sih, karena pihak perusahaan bilang bahwa buah-buah yang mereka pilih diakui global kaya akan serat. Hihihihihi lucu juga ya ada buah global, padahal kan bisa aja dia bilang karena produksinya masih di luar negeri ya varian rasanya masih itu. Dan tiba-tiba di kepala gua terlintas bahwa bisa aja diambil buah global untuk menggambarkan kalo produk makanan bayi yang mereka buat bertaraf internasional. "Wah globalisasi juga mengenai makanan bayi," bisik gua ke Nida (Wartawan Ethical Digest) dan kita ketawa bareng-bareng.

Produk global, dengan mutu global, dan rasa global. Apa emang kita ngga punya pilihan lain ya selain menjadi global (baca: seragam) ? Siapa sih yang pertama kali punya ide globalisasi ?

Oke mungkin pertanyaan itu harus dijawab terlebih dahulu untuk membentuk pemahaman kita atas posisi kita saat ini di wilayah global. Waktu nulis tentang eksistensi budaya lokal terhadap musik pabrik, banyak seniman dan pengamat kebudayaan yang bilang globalisasi kaga bisa ditolak. Tapi harus disiasati biar kaga terbawa arus yang bikin kita sama dengan orang kebanyakan. Apa iya, kalo kasusnya makanan bayi gimana?

Globalisasi makanan bayi, apakah terdengar keren?

Sunday, October 21, 2007

Gadis Arivia: Hak Perempuan adalah Hak Asasi Manusia


FEMISNISME selama ini sering dianggap berseberangan dengan nilai ketimuran. Namun, tidaklah demikian menurut Dr Gadis Arivia. Bagi aktivis perempuan ini, feminisme lahir berkat adanya kesadaran kritis, dan tidak mengenal pembagian pemikiran secara geografis (Barat atau Timur-Red).

Doktor filsafat dari Universitas Indonesia dengan disertasi bertajuk Dekonstruksi Filsafat Barat, Menuju Filsafat Berperspektif Feminis ini akrab di telinga publik setelah ditangkap polisi ketika berdemonstrasi mengusung isu kelangkaan susu bayi di bundaran Hotel Indonesia, Jakarta, Februari 1998, pada masa krisis moneter di Indonesia.

Lulusan Ecole Haute Etudes Scientifique Sociale itu bersama rekan-rekannya sebelumnya mendirikan Yayasan Jurnal Perempuan (YJP) tahun 1996. Alasan mendirikan yayasan itu karena melihat demokrasi bagi kaum perempuan di Indonesia masih sangat perlu diperjuangkan.

Selain menekuni pekerjaannya sebagai akademisi, Ibu dua anak, Anissa Joice dan Benyamin Arif, dan isteri Rick Polard, laki-laki berkebangsaan Amerika, ini
mengabdikan diri sebagai Direktur Yayasan Jurnal Perempuan (YJP). Kendati dia tidak pernah menerima gaji dari kegiatannya di YJP itu. Sedangkan Polard bekerja di Bank Dunia kantor Indonesia.

Pengagum Jacques Derrida, tokoh gerakan pascamodernisme dari Prancis, ini merasa mantap menapaki kegiatannya karena punya kesiapan mental dan dukungan suami dan anak-anaknya.

Berikut yang disampaikan anak ke-7 dari sembilan bersaudara pasangan Arif Effendi dan Atikah ini kepada Jurnal Nasional baru-baru ini.

1. Apakah kekuatan perempuan baru terlihat bila tampil di kancah politik seperti pilkada atau pemilu?

Kekuatan kelompok perempuan atau mereka yang bersimpati pada gerakan perempuan sangat kuat bukan saja dalam kancah politik. Malah dalam kancah politik kalau dilihat dari statistik kekuatan perempuan sangat lemah. Keterwakilan perempuan di bawah 11 persen, tapi dalam kancah pemberdayaan masyarakat, dunia literatur, ilmu, film dan musik justru representasi kekuatan perempuan pada bidang-bidang itu pada masa sekarang sangat terasa.

2. Bagaimana menciptakan kesadaran politik pada perempuan, mengingat ranah ini masih dianggap maskulin?

Perempuan banyak yang sadar politik, bahkan mereka sendiri selama sepuluh tahun terakhir banyak yang terjun, baik di politik praktis maupun dalam wacana. Kalau kita perhatikan, gerakan perempuan di politik sangat luar biasa. Mereka biasanya yang banyak bersuara. Namun, sistem politik kita belum akomodatif. Artinya, masih banyak kendala di sistem politik itu sendiri, apakah di partai atau di parlemen, suasana egaliter sangat jauh terasa.

3. Kalau begitu, apakah ada perangkat politik yang harus dibenahi?

Ya, perangkat politik harus dibenahi agar ramah terhadap perempuan. Untuk membenahi ini perlu ada "political will" dan seringkali hal ini yang tidak ada. Politik merupakan ajang perebutan kekuasaan, oleh sebab itu menyerahkan kesempatan kepada perempuan berarti mengurangi jatah perebutan kekuasaan tersebut.

Apalagi perempuan yang terjun ke politik memang yang teruji secara mental dan rata-rata berpendidikan di atas rata-rata laki-laki, sehingga bila perempuan diberikan kesempatan tentu mereka akan menang. Hal ini terbukti di hasil pemilu lalu banyak perempuan yang meraih suara. Namun, karena diterapkan sistem nomor urut partai maka mereka gagal. Tentunya ini tidak fair.

4. Belakangan, sastra perempuan menunjukkan eksistensinya. Hanya saja banyak orang berpendapat bahwa perempuan yang terlalu bebas mengangkat seksualitas dan kelamin adalah menelanjangi perempuan itu sendiri. Pendapat Anda?

Saya pikir mereka yang berpendapat demikian tidak mengerti sastra. Sastra adalah ajang ekspresi kebebasan imajinasi dan kreativitas seseorang. Bila perempuan kini banyak bicara soal seksualitasm berarti mereka sedang menyampaikan suatu pesan bahwa seksualitas perempuan layak dan perlu untuk diketahui karena selama ini ditabukan. Pesan ini mereka sampaikan lewat sastra, lewat kreativitas dan imajinasi mereka.

Setiap zaman ada pesan yang ingin disampaikan, zaman sekarang adalah zaman sastra yang didominasi oleh persoalan dan wacana perempuan, seksualitas adalah tema yang sedang digulirkan. Tentu kita harus apresiasi setiap kreativitas dan imajinasi pelaku sastra yang dengan serius menampilkan karya-karya mereka. Menghujat, membungkam bahkan mensensor hasil suatu karya sastra berarti membunuh imajinasi. Ketika imajinasi dibunuh yang ada kematian.

5. Dalam kehidupan berkeluarga, bagaimana Anda menerapkan kesetaraan jender? Karena di Indonesia masih kuat tertanam laki-laki adalah kepala keluarga atau tidak mungkin ada dua nahkoda dalam satu perahu ?

Keluarga bukan diarahkan atau dinahkodai, tapi keluarga dibentuk dan dibina. Pembentukkan keluarga tidak dilakukan dengan pengarahan, tapi dilakukan dengan kesadaran. Dalam sebuah keluarga semua memiliki kepala dan hati, setiap anggota bebas untuk mengeluarkan isi kepala dan hatinya.

Kalau sebuah keluarga hanya boleh memiliki satu kepala berarti yang lain tidak bisa dianggap manusia, tidak berpikir dan hanya menjadi obyek dan bukan subyek. Pengertian keluarga demikian adalah pengertian yang usang yang sudah tidak relevan lagi di abad 21. Di abad ini setiap anggota keluarga memiliki kepala, dapat berpikir, menentukan pilihan-pilihan hidupnya sendiri dan saling menghargai pendapat setiap orang yang berkepala.

6. Kelihatannya suami Anda sangat mendukung pilihan Anda sebagai feminis, apakah karena ia dari Barat?

Saling menghormati dan saling mendukung satu sama lain di dalam keluarga tidak dibatasi oleh wilayah geografis. Apakah orang tersebut dari Timur atau Barat tidak ada pengaruhnya atas cara berpikir seseorang. Yang membuat seseorang bijaksana, toleran dan egaliter adalah karena karakter pribadinya. Karakter tersebut bukan dibentuk oleh wilayah geografis, tapi dibentuk oleh kesadaran kritis. Kesadaran kritis seseorang tidak berasal dari wilayah (Timur atau Barat), agama atau etnis. Kesadaran kritis berasal dari otonomi individu yang mau terus belajar dari yang "lain".

7. Ada yang bilang, feminisme tidak tepat bagi Indonesia karena asalnya dari Barat?

Feminisme lahir di banyak tempat termasuk di Indonesia. Kongres perempuan pertama Indonesia telah dilakukan pada tahun 1928. Seribu perempuan menghadiri kongres tersebut dan berasal dari 30 organisasi perempuan. Di dalam kongres tersebut sudah dibicarakan soal kesetaraan perempuan yang hanya dapat dicapai lewat pendidikan dan penolakan terhadap poligami. Jadi, 79 tahun yang lalu para perempuan kita sudah sangat feminis sekali. Mereka yang asal bicara dan mengatakan bahwa feminisme dari Barat tidak mengetahui sejarah perempuan di negerinya sendiri. Orang-orang seperti itu memang orang-orang yang kurang membaca, sehingga tidak memahami sejarah bangsanya sendiri. Orang-orang semacam itu perlu dikasihani.

8. Apa yang membuat Anda tertarik mendalami feminisme?

Setiap orang yang tertarik pada ide-ide demokrasi, toleransi dan Hak Asasi Manusia, pasti tertarik dengan feminisme. Hak-hak perempuan adalah hak asasi manusia, keduanya tidak terpisahkan. Di abad ke-21 ini, setiap orang yang ingin disebut sebagai orang yang demokratis, toleran dan menghargai manusia, maka orang tersebut harus dapat berbahasa feminisme. Laki-laki zaman sekarang yang tidak dapat berbahasa feminisme adalah laki-laki yang tidak dapat berkomunikasi dengan zamannya. Jadi, bagi saya sangat alamiah seseorang tertarik dengan feminisme karena zaman ini bukan zaman jahiliyah.

9. Andai Anda menjadi Menteri Pemberdayaan Perempuan, apa yang akan Anda lakukan?

Saya akan berkonsentrasi pada pendidikan. Pendidikan di sini artinya pendidikan yang benar-benar mengajarkan otonomi individu. Pendidikan dasar Hak Asasi Manusia perlu diajarkan di setiap sekolah dasar hingga lanjutan, sehingga kata "kesetaraan" menjadi kosa kata yang sudah dikenal sejak dini. Pendidikan memberikan kesempatan yang luas bagi setiap individu, termasuk kesempatan ekonomi yang dapat membuatnya menjadi mandiri.

Dimuat di Jurnal Nasional, 19 September 2007.

Biodata

Nama: Gadis Arivia

Tempat/Tanggal Lahir: New Delhi, 8 September 1964

Suami: Rick Polard (berkebangsaan Amerika)

Anak: Anissa Joice dan Benyamin Arif

Pendidikan :

- 2002, Doktor Filsafat, Universitas Indonesia.

- 1994, Master of Arts Social Psychology, EHESS, Paris, France.

- 1989, BA Filsafat, Universitas Indonesia.

- 1986, Sarjana Muda untuk Kesusateraan Perancis.

- 1982, Mc. Lean High School, Virginia, USA.

Pekerjaan:

- 1989 - sekarang, Dosen Departemen Filsafat dan Studi Perempuan, Universitas Indonesia.

- 2000, Produser "Violence Against Women", program dokumentasi dengan UNIFEM.

- 2000 - 2003, Produser Radio Jurnal Perempuan (RJP), program mingguan perempuan untuk 152 stasiun di Indonesia.

- 2001, pelatih jurnalisme peka jender, kerja sama dengan Ford Foundation untuk organisasi media.

- 2001, konsultan untuk UNFPA dalam penyeleaian laporan "GO/NGO Participation on Violence Against Women".

- 2002, Produser "Women in Conflict Area", film dokumenter dengan USAID.

- 2002, Penelitian dan peliputan kisah "Women in Mining Area", studi di PT. New Mont, Sumbawa.

- 2003, film documenter dan studi "Trafficking in Women and Children" kasus di Kalimantan Barat dan Batam.

Tulisan yang dipublikasi:

- Postfeminism, Is Feminism Dead?, Women's Journal, 2000, Jakarta.

- Women's Perspective on Vagina, Women's Journal, 2000, Jakarta.

- Women in Indonesian Culture, LIPI, 2000, Jakarta.

- War Against Boys, Women's Journal, 2000, Jakarta.

- Taliban, Not a Woman's Friend, 2001, Jakarta.

- Abortion in Indonesia, Kompas, 2001, Jakarta.

- Sukarno dan Gerakan Perempuan, Kepentingan Bangsa VS Kepentingan Perempuan, St. Sularto (ed), Kompas, 2001.

- We Long Your Voice, Letter to Megawati Sukarnoputri,The Jakarta Post, January 2003.

- Gender Issues in Pramoedya's Novels, paper presented in University Gajah Mada, January, 2003.

Thursday, October 18, 2007

Pergulatan Kegelisahan Perempuan Sufistik

Konstruksi sosial sering kali menjadikan syair sufistik perempuan didefinisikan sebagai sebuah pemberontakan terhadap konstruksi sosial patriakal.

Priska Siagian
priska@jurnas.com

Entah apa sebabnya, perempuan selalu berada dalam ranah kedua setelah laki-laki. Banyak yang kemudian menyebutkan bahwa kedatangan Hawa yang belakanganlah, yang menjadi pembenaran atas posisi ketersampingan perempuan. Lalu bagaimanakah syair-syair sufistik kemudian melakukan pergulatan ilahiahnya pembenaran tersebut? Seberapa lama kegelisahan ini berjalan untuk kemudian menjadi media perenungan publik?

Salah satu penyair sufi yang terkenal adalah Jalalludin Rumi, keterasingannya terhadap dunia membuat banyak orang dapat memperkaya batin tentang nilai ilahiah. Dan ketika berbicara mengenai nilai ilahiah, sangatlah tidak mudah untuk merangkumnya dalam kata-kata manusia yang amat terbatas. Maka setiap huruf yang dirangkai Rumi, harus dapat diresapi kedalaman interaksi ilahiahnya ketimbang pemahaman simbol hurufiah. Inilah mengapa, sastra sufistik harus mampu menjadi media apresiasi seseorang untuk melakukan penyangkalan terakhir dari manusia dan menjadi awal mulainya keberadaan yang sesungguhnya.

Dan layaknya seorang manusia, perempuan juga memiliki kegelisahan terhadap penyangkalan terakhinya sebagai manusia. Hanya saja konstruksi sosial yang terlalu lama terbentuk, sering kali menjadikan syair sufistik perempuan didefinisikan sebagai sebuah pemberontakan terhadap konstruksi sosial yang sangat patriakal tersebut. Lalu bagaimanakah perempuan mendefinisikan sastra sufistik?

“Sangat sederhana sebenarnya untuk mendefinisikan sastra sufistik. Kalau sastra itu merujuk kepada yang vertikal keketuhanan dan kedalaman dengan landasan nilai-nilai Islami. Itu niscaya sudah mengarah ke pengertian sufistik. Tapi hal yang menjadi catatan adalah seberapa besar kedalaman simbol Tuhan mampu digambarkan dalam tata nilai yang memperkaya batin,” penyair Rayani Sriwidodo coba memaparkan definisinya atas sastra sufistik.

Karena itu, tambahnya, karya-karya sufistik harus selalu berangkat dari definitif keilahian. Bukan hanya berbicara Tuhan sebagai obyek perenungan yang mentah. Dan perenungan itulah yang kemudian menjadikan kegelisahan atas keberadaan yang sesungguhnya sebagai pergumulan tanpa batas mengenai keilahian. ”Maka menurut saya, hambatan terbesar mengapa sastra sufistik tidak secemerlang di masa tahun 80-an adalah karena para penggulat sastranya hanya mampu bermain dalam kecerdasan menyusun kata-kata. Mereka menjadi lupa mengembangan diri untuk mendapatkan daya hayat yang tidak sekadar teaterikal belaka. Karena itu sangat mudah menghasilkan karya sufistik, tapi untuk benar-benar menjadi seorang sufi ya sangat sulit.”

Mengapa demikian? Menurut Rayani, pergumulan vertikalisasi keilahian seharusnya tidak hanya mampu tercermin dalam kata-kata tapi juga tergambar dalam perbuatan penyair. ”Karena itu, saya tidak mau membenarkan kata-kata yang sufistik itu otomatis penyairnya adalah sufi. Menurut saya itu hanya bersifat kesufi-sufian. Tapi ini paham saya, paham orang lain bisa beda. Karena seorang sufi harus memiliki mental yang mampu memikul beban moril dari pesan-pesan yang coba disampaikannya.”

Sehingga dengan demikian Riyani menyakini ketika ada keselarasan antara kata-kata dan perbuatan, maka dalam proses pergumulan hingga kemudian dilemparkan pada ranah publik, tidak terselip kesempatan untuk ’selingkuh’ terhadap keilahian Tuhan. Hal ini juga yang coba direalisasikannya ketika salah satu karyanya, Percakapan Hawa dan Maria (1989), berhasil menciptakan diskursus sastra dari berbagai unsur keagamaan. Meskipun tidak berani mengklaim dirinya seorang penyair sufistik, namun menurut Riyani karyanya cukup mampu mengajak banyak pihak untuk terlibat dalam kegelisan ketika perempuan disebut sebagai penyebab utama jatuhnya manusia dalam dosa.

”Saya tersinggung besar ketika banyak perspektif yang menyebutkan bahwa Hawa itu adalah pendosa awal. Hal ini menurut saya menciptakan suatu vonis. Padahal vonis ini tidak berlaku karena drama agung Hawa ini tidak lepas dari pada rencana Tuhan untuk membuang manusia ke bumi. Karena menurut saya, drama agung ini tidak berdiri sendiri. Tuhan itu maha kok, kalau Dia tidak suka dengan Hawa bisa tinggal diganti. Itu yang saya gambarkan dalam Percakapan Hawa dengan Maria,” ucapnya seraya menyebutkan bahwa kegelisahan itu sudah mulai ada jauh ketika dia masih duduk di bangku SMP.

Ketika Adam dan Hawa dilarang untuk memakan buah terlarang, dikatakan bahwa Tuhan belum mengajarkan tentang pilihan. Dan menurut Rayani, ajaran tentang memilih itu terjadi ketika mereka kemudian memilih untuk memakan buah terlarang tersebut. Ajaran tentang pilihan ini pun kemudian diteruskan pada peristiwa Kain dan Habil, dimana Tuhan selalu memilih persembahan Kain yang lebih gemuk dan empuk.

”Artinya Tuhan selalu mengajarkan manusia untuk memilih. Dan yang kemudian sering dilupakan adalah apa yang benar menurut saat itu, belum tentu benar pada saat sekarang. Sehingga pada akhirnya, kita harus adil pada salah dan benar. Karena definisi salah dan benar harus juga mampu menjawab kapan, di mana serta untuk siapa kebenaran itu ada.”

Alhasil ketika karyanya dilemparkan ke publik, sudah dapat dipastikan menularkan kegelisahan pada banyak pihak. Maka karyanya pun sempat menjadi perdebatan yang panjang, baik dari kubu Kristen maupun Islam, mengenai keberpihakan Rayani terhadap Hawa atau Maria. ”Karena yang dari Muslim melihat, aku mengenakan jilbab tapi banyak mengutip Alkitab. Sedangkan yang Kristen menganggap ini caraku untuk mendobrak apa yang ada. Padahal yang coba aku lakukan adalah mengembalikan konsep drama agung ini pada permukaan yang lebih benar.”

Maka menurutnya, kegelisahan gender pun harus mampu menguak sejarah peradaban yang kadung terlalu lama terbentuk dalam silogisme konstruksi sosial patriarki. Karena itu sebuah karya sufistik juga harus mampu menggambarkan pemahaman keilahian yang lebih adil. ”Sebab Tuhan terlalu kerdil untuk memvonis Hawa sebagai pendosa awal.” Inilah mengapa karya sastra sufistik, menurut Rayani, pada awal penciptaannya akan selalu berangkat dari kegelisahan batin. Hingga dengan demikian, kegelisahan batin itulah yang menjadi modal untuk memperkaya batin tentang nilai-nilai keilahian. Bukan hanya sekadar simbolisasi Ketuhanan.

Dimuat pada Harian Jurnal Nasional, 08 Sept.07

Sunday, October 7, 2007

Unconditionally

Artist: Extreme
Album: Waiting For The Punchline
Year: 1995
Title: Unconditionally

So tell me what can i do
that you couldn't see through
from the very start
there is only one thing
yet to come from my heart

loving you, unconditionally
loving you, unconditionally
that's what i want to be
what you are to me

can you see why it's so hard
for me to break apart
from all the things i hold
closer to a heart
that has grown, far too cold

loving you, unconditionally
something new
to a heart yet not free
that's what i want to be
what you are to me

and though it seems impossible
when both of my hands are full
that's the only condition
that keeps me
from loving you. . .

rasanya seperti dikasih kejutan listrik :)

Monday, October 1, 2007

Suciwati : Biar Lelah, Tak Kan Menyerah



7 September lalu, merupakan tiga tahun terbunuhnya pejuang aktivis Hak Asasi Manusia (HAM) Munir Said Thalib atau yang akrab dipanggil Munir. Dan tahun ini, peringatan atas pembunuhan konspirasi ini dilakukan dengan menggelar kuliah umum yang membahas hal-hal yang diperjuangkan oleh Munir. Maka Munir Memorial Lecture pun di gelar di dua tempat. Pertama di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayahtullah, Jakarta pada 7 September dan Universitas Utrech Belanda pada 13 September.

Dalam peringatan yang digelar di Belanda, istri Munir, Suciwati merasa terharu melihat apresiasi dari universitas yang seharusnya menjadi tempat Munir menimba ilmu tersebut. Karena mulai dari para guru besar fakultas Hukum hingga Direktur Amnesti Internasional Pusat, bersedia meluangkan waktu untuk terus menggaungkan nilai-nilai perjuangan munir dalam bentuk kuliah umum. Hal-hal seperti inilah yang semakin menguatkan perjuangan Suciwati, bahwa proses pematangan demokrasi bisa jadi mengorbankan nyawa pasangan jiwanya tapi tidak akan pernah menyurutkan semangatnya. Semangat ini juga yang kemudian ditularkannya kepada buah hatinya Soultan Alief Allende (9) dan Diva Suukyi Larasati (5).

1. Bagaimana Munir Memorial Lecture berlangsung ?
Di UIN lumayan ramai pada saat hari H-nya, tapi ketika itu aku kebetulan pas sakit sehingga aku ngga bisa datang. Tapi dari apa yang diceritakan teman-teman acara itu berlangsung lumayan sukses. Hal serupa juga terjadi di Belanda, hampir dua ratus lebih orang yang datang ke acara Munir Memorial Lecture. Yang datang ada dari orang-orang Belanda dan orang-orang Indonesia yang menetap di sana. Acara ini terlaksana atas niatan Amnesti Internasional dan Partner van Ondernemende Mensen (ICCO). Selain dua lembaga itu, dosen-dosen Utrech juga ikut memfasilitasi agar acaranya dapat berlangsung. Ada satu lembaga lagi yang ikut membantu terselenggaranya acara itu adalah SIM Studie-en Informatiecentrum Mensenrecthen. Acara ini luar biasa karena mereka mempringati dengan alasan menurut mereka peristiwa Munir sangat penting, penting untuk Indonesia dan dunia.

Nilai yang diperjuangkan oleh Munir adalah apa yang ingin lebih diambil oleh mereka.
Aku pikir justru salah kalau kita hanya berpikir soal legalnya saja, tapi justru kemudian melupakan apa yang diperjuangkan oleh Munir. Nilai itu sendiri yang seharusnya dipertahankan, bahkan kalau perlu ditularkan. Hadir juga dalam acara itu Direktur Amnesti Internasional Pusat, Lilian Goncalves untuk memberikan pidatonya atas pentingnya untuk mengungkapkan siapa di balik pembunuhan Munir.

2. Pernah berpikir untuk pindah ke luar negeri, karena mereka lebih concern terhadap kasus Munir ?
Ngga ...ngga...kami itu terlalu cinta kepada Republik Indonesia, meskipun saya tau bagaimana kehidupan di sini. Ya mungkin bener ya pepatah bilang, hujan emas di negeri orang hujan batu di negeri sendiri, tetap nikmat aja di sini hahaha. Kalau soal tawaran sebenarnya banyak yang pernah datang ke saya, tapi terus terang saya justru tidak tertarik. Justru disitu tantangannya, sesusah apapun ya itulah negeri kita. Kalau kita ingin membuat perubahan, disitulah momennya.

Bahkan ketika almarhum masih hidup pun pernah ditawarkan asilum ke Perancis, tapi dia tidak mau. Ada juga beberapa ketika saya sedang melakukan kampanye di luar negeri, ada yang menawarkan langsung kepada saya tapi saya pikir tidak perlu lah. Bukan itu kok tujuan saya untuk kampanye di luar negeri, justru mereka harus men-support saya, mendorong dibukanya siapa dalang pembunuhnya di sini.

3. Apa yang dirasakan ketika pembunuhan konspirasi ini belum juga menghukum dalangnya ?
Yang pasti sakit ya, kesakitan yang aku pikir bukan aku saja yang merasakannya. Karena aku belajar dari keluarga korban. Contohnya keluarga korban ’65, mereka melihat dengan nyata siapa yang melakukan pembunuhan. Tapi itu tidak dihukum, bahkan mereka yang kemudian disingkirkan. Bagiku itu adalah cermin buat aku. Jadi aku tidak akan pernah berangkat dari dendam tapi hal yang menyakitkan ini merujuk pada adanya satu sistem yang salah. Maka sistem yang salah ini harus sama-sama didobrak, karena saya tidak bisa melakukan sendiri. Dan itu yang sedang kami lakukan saat ini.

4. Kalau kita memundurkan waktu sejenak, bagaimana reaksi Anda ketika dikabarkan Munir meninggal ?
Pertama kali, aku justru tidak percaya karena sering kali orang membuat isu yang kadang-kadang tidak benar. Yang pertama kali memberi tau aku, Usman Hamid. Lalu saya tanya, dapat kabar darimana. Dia sebetulnya ingin memastikan juga apakah saya sudah dapat telepon dari Munir ? Dan dia bilang bahwa ada yang menginformasikan Cak Munir meninggal. Meskipun shock, aku tetap rasional. Bahwasanya aku harus ngecek di tempat yang lain. Tidak hanya berdasarkan informasi dari Usman.

Jadi aku kemudian menelepon ke Imparsial, dari sana aku menanyakan nomor telepon Garuda. Kemudian aku telepon Garuda di Jakarta dan Schiphol Belanda, untuk menanyakan fakta itu. Aku juga menanyakan kepada teman-teman yang ada di Belanda. Jadi semuanya aku cross cek, dari situ semuanya tidak menjawab dengan jelas bahwasanya mereka tau dan melihat langsung jenazah almarhum. Jadi aku tidak percaya, meskipun mereka bilang bahwa mereka dapat kabar Munir meninggal. Bahkan ketika itu sudah ada yang menangis-menangis. Dan kemudian aku mendesak ke Garuda yang di Schiphol, Baru ada satu orang yang memberikan jawaban benar bahwasanya itu pa munir, aku jadi percaya. Ya apalagi yang bisa dilakukan, saya pikir itu adalah takdir.

Pada dasarnya tidak ada yang pernah siap dengan ancaman pembunuhan dan hal ini tidak hanya dirasakan oleh aku tapi juga teman-teman Munir. Maka ketika itu mereka shock dan tidak ada yang tau harus bagaimana. Akhirnya, setelah aku melihat jenazah Munir, aku iklas tapi dengan kebulatan tekad untuk melakukan sesuatu terhadap pembunuhannya. Walaupunaku yang harus mengawali pergerakan dengan menelepon langsung 108 untuk cari tau bagaimana prosedur pengusutan kematian Munir harus aku lalui. Munir selalu bilang kalau aku ini orang yang sangat rasional, tapi aku melihatnya adalah ketika aku diam saja itu akan menyakiti aku sendiri. Tapi pada prosesnya kemudian aku selalu mengajak teman-teman untuk sama-sama mengungkapkan kasus Munir.

5. Mengapa memilih Munir sebagai pasangan hidup ?
Orang yang penuh semangat, pengertian dan tanggung jawab. Dia juga mau belajar dari pasangannya, itu hebatnya dia. Kemudian ketika kita mempunyai anak, karena dia dibesarkan di keluarga yang partriaki maka tidak biasa untuk memandikan, menyuapi, dan mengurusi anak. Awal-awal dia memang risih karena di keluarganya itu adalah pekerjaan perempuan. tapi kita diskusikan dan debatkan mengenai kesetaraan jender. Dan kemudian kita sepakat bahwa mengurus anak adalah tanggung jawab bersama sehingga kita harus berbagi untuk urusan itu. Dia mau belajar dan akhirnya menikmati, ini yang romantis dari dia.

6. Bagaimana setelah ditinggalkan Munir ?
Bagi aku bukan hal yang berat, karena sejak muda sudah terbiasa independent. Jadi aku memang sudah biasa melakukan banyak hal sendiri dan ketergantungannya ku terhadap keluarga memang tidak tinggi. Dulu ketika munir masih hidup, aku juga sempat mengkritik dia karena terlalu protect terhadap aku. Jangan membuat aku sangat tergantung dan lemah, sehingga aku tidak bisa melakukan banyak hal. Itu kritikanku untuk dia kala itu, akhirnya dia pun menyadari. Hidup itu tidak selamanya harus bersama, karena pada satu titik kita bisa sendiri. Itu yang aku katakan dan dia sepakat akan hal itu. Bagi aku sebenarnya kehilangan yang sangat luar biasa adalah lebih kepada kehilangan teman dan sahabat yang sangat mengerti aku. Ya yang pasti pasangan jiwa karena buat aku munir memang lengkap untuk aku

Aku jadi teringat, sesaat sebelum dia bording, dalam sejarah kami bersama dia tidak pernah menangis. Ketika itu dia menangis dan meluk aku sambil membaca Bismillah. Karena dia merasa tidak yakin dan ingin pulang. Dia melakukan itu sampai tiga kali. Dan baru aku berpikir, mungkin itu tandanya. Ya begitulah, seandainya (sambil menghela nafas).

7. Bagaimana menceritakan kematian Munir kepada anak-anak ?
Awalnya berat banget. Tapi aku tidak mau menutupi apa-apa dari mereka. Jadi aku bilang bahwa Abah (panggilan anak-anak untuk Munir-red) tidak akan pernah kembali lagi. Abah dipanggil Tuhan karena Tuhan terlalu mencintai Abah. Dan dengan berjalannya waktu mereka mulai memahami. Aku juga selalu mengajak mereka terbuka. Misalnya ketika mereka sangat sedih karena rindu Abahnya, aku bilang itu tidak apa-apa untuk menangis.

Pernah satu kali, aku mendapati Alif malam-malam menangis. Lalu aku tanya dan mengajak dia mengungkapkan yang juga membuat aku bersedih lalu kita nangis sama-sama. Aku bilang kita berhak untuk menangis karena Abah memang orang yang sangat kita cintai dan Abah sangat mencintai kita. Abah itu tidak kemana-mana, Abah itu ada dihati dan dipikiran kita. Abah itu masih hidup, mungkin hanya jasadnya saja yang tidak bisa kita pegang. Tapi pikirkan saja tentang abah setiap saat. Saya juga mengajarkan mereka untuk berdoa minta ditemukan dengan abah dalam mimpi, setiap kali mereka rindu abahnya. Proses yang membuat mereka jadi lebih mengerti sekarang.

8. Lalu bagaimana menceritakan soal pembunuh Abah mereka ?
Mereka tau abahnya meninggal karena diracun, racunnya arsenik. Ada pernah satu hari dimana Alif, tiba-tiba marah-marah. Dia berteriak-teriak, Pollycarpus itu pembunuh. Waktu itu, pemberitaannya memang sedang marak. Ketika itu aku memang sedang sedikit waktu untuk berbicara dengan mereka karena kesibukan proses saat itu, jadi waktunya sangat sedikit sekali bagi Alif untuk bercerita ke aku. Akhirnya ketika aku coba ajak bicara, di sanalah dia mulai marah-marah dan bilang kalau Pollycarpus adalah pembunuh ayahnya. Trus saya minta dia untuk tarik nafas agar tenang. Lalu saya bilang, ’marah itu enak ngga sih?’. Dia bilang tidak enak karena sakit, akhirnya ketika dia tenang saya beri penjelasan. Bagaimana sebenarnya bukan hanya Pollycarpus yang melakukan pembunuhan itu, dia sebenarnya disuruh. Dan yang menyuruh itu adalah orang-orang dengan kekuasaan yang tinggi. Mereka adalah orang-orang jahat yang tidak perlu dicontoh oleh Alif.

Saya selalu saya tegaskan adalah apa yang telah dilakukan Munir. Bagimana Abahnya adalah orang yang sangat membanggakan dan banyak dicintai oleh banyak orang. Itu yang lebih saya tekankan kepada mereka, saya tidak mau membuat mereka dendam. Karena dengan dendam itu maka kita akan menjadi sama dengan mereka. Saya bilang dendam akan menjadikan kita orang jahat dan orang jahat hanyalah temannya setan. Sejak awal saya tidak memiliki rasa dendam apapun, buat aku itu hanya akan merendahkan diri saya sendiri. Menyamakan diri dengan mereka. Doa saya justru saya berharap mereka insaf untuk kemudian memberikan pengakuan kepada publik, sehingga proses hukumnya bisa cepat.

9. Pernah merasa lelah menjalani semua ini ?
Pasti dan itu manusiawi. Kadang-kadang saya suka stress sendiri kenapa prosesnya lambat sekali. Kadang-kadang menyesal lahir di Indonesia hahahah, tapi ya sudahlah. Dan karena sudah lahir di sini, mau bagaimana lagi selain terus berjuang sebagai bukti cinta kami terhadap Indonesia. Lelah sangat manusiawi, tapi aku tidak akan pernah menyerah.

Karena ini memang tugas berat, jadi seharusnya harus dilakukan bersama-sama. Jadi saya akan terus menyemangati teman-teman di beberapa lini untuk terus bersuara mengkritisi intelijen, atau hal-hal lain yang dapat mematangkan demokrasi kita yang masih terlalu bayi ini. Karena itu, kasus munir ini adalah kunci bagi titik tolak atas keberhasilan Indonesia menjadi lebih baik.

10. Almarhum sebelumnya sering mendapatkan ancaman. Apa yang dirasakan setelah ancaman benar-benar menunjukkan wujudnya ?
Tidak pernah siap karena siapa yang siap untuk sebuah ancaman. Dan ketika itu, teman-teman almarhum pun tidak siap. Mereka menjadi sangat shock sehingga bingung mau melakukan apa. Akhirnya ketika itu, aku yang berinisiatif menelpon ke 108 untuk mencari tau bagaimana prosedurnya memproses pengusutan kematian Munir. Terus terang sebelum aku melihat jenazahnya, aku masih belum paham apa yang seharusnya dilakukan. Tapi ketika aku melihat bahwa itu memang munir, tiba-tiba ada rasa iklas. Dan saat itu juga aku punya kebulatan tekad untuk melakukan sesuatu hal terhadap peristiwa kematian munir. Ya aku melihatnya pembunuh munir harus ditemukan, walaupun harus aku yang mengawali pergerakannya.

Munir selalu bilang kalau aku ini orang yang sangat rasional, tapi aku melihatnya adalah ketika aku diam saja itu akan menyakiti aku sendiri. Jadi aku harus melakukan sesuatu karena sudah mencurigai sejak awal. Sejak keberangkatan dia sehat-sehat saja, maka ada hal yang harus aku investigasi. Itu yang aku lakukan, ketika pertama kali. Aku kan tidak tau bagaimana peta anak NGO di Jakata, karena aku keluar dari NGO setelah menikah. Itu pilihan ku memang untuk concern ke anak-anak. Awalnya terkaget-kaget, karena aku biasa bekerja sama dengan Munir. Ketika aku mengeluarkan ide, atau resah dengan sesuatu kemudian punya ide apa yang harus kita lakukan, Munir cepat sekali menganalisa dan menanggapinya. Tapi ketika aku yang menjadi korbannya, aku tiba-tiba merasa tidak ada orang yang bisa aku andalkan kecuali aku sendiri yang mengambil langkah-langkah.

Makanya ketika aku bertanya kepada teman-teman dan hasil outopsi keluar, kita tidak punya kenalan satu pun dari Deplu ya aku nanya ke 108. Jadi aku melacak sendiri, menelponi polisi, menelponi polkam dan orang-orang yang memang berkaitan dengan kasus ini. Tapi dalam prosesnya kemudian saya selalu mengajak teman-teman.

11. Apa yang harus dibenahi dari lambatnya proses pengungkapan pembunuhan Munir ?
Kasus munir memang jelas-jelas berjalan sangat lambat. Dan yang pasti serta selalu kita hadapi yang membuat pengungkapan ini berjalan lambat adalah kekebalan hukum atau immunity. Karena ketika kita ketahui siapa pembunuh atau para pelaku dari sebuah kejahatan, di kasus HAM seperti munir, mereka justru bersembunyi di balik nama lembaga. Nah ketika mereka bersembunyi di situ, harusnya kita mendobrak di sana. Karena pada prinsipnya ketika kita ingin berbicara bahwa dewi keadilan itu matanya tertutup, itu artinya dia tidak mengenal apakah kamu memakai baju tentara atau kekuasaan ataupun uangmu, keadilan harus sama diterapkan pada mereka. Selama ini yang terjadi adalah ketika salah satu pelaku atau para pelaku yang memakai atribut militer, intelijen, tiba-tiba tumpul.

Hukum itu tidak berjalan dan itu namanya pembunuhan konspirasi. Jadi wajarlah kalau pengungkapannya berjalan lama tapikan persoalannya adalah mau tidak berubah bangsa ini? Karena badan intelijen negara ini adalah sebuah badan yang selama ini tidak pernah ada kontrol dari masyarakat dan terutama dari DPR. Tidak ada lembaga kontrolnya, karena dia hanya dibentuk oleh Presiden lewat Keppres, jadi dan pertanggungjawabannya hanya ke Presiden. Setelah itu selesai. Sementara apa yang mereka lakukan, kita tidak pernah tau apa-apa. Kan mengerikan, bagaimana mereka menyelesaikan tugas dan kekuasaannya itu sangat-sangat tercium sekali. Bahkan menurut saya sangat vulgar. Jadi ini yang harus dibenahi.

Seperti halnya almarhum dulu, kenapa dia tidak pernah bosan untuk mengkritik tentara agar menjadi lebih profesional. Karena selama ini banyak keluar dari itu, garis-garis yang seharusnya tidak dilewati justru dilewati oleh mereka. Menggunakan senjata sebagai bisnis militer, kemudian menjadi birokrat padahal dia masih menjabat sebagai tentara. Kan tidak boleh merangkap seperti itu. Itu yang seharusnya diubah. Bagaimana mungkin kekerasan tidak akan muncul dari senjata dan kekuasaan.

12. Apa istimewanya Munir ?
Aku pikir munir berbeda, dia istimewa buat aku. Karena ada banyak hal yang aku temui di munir tapi tidak aku temui di laki-laki lain. Kecerdasannya, kepekaannya, dia punya talenta, keberanian, dan hampir ada banyak hal yang nyambung dengan diriku. Jadi ada sesuatu hal yang aku harapkan dari laki-laki dan itu ada di Munir, dia bisa mengimbangi aku. Ternyata dikehidupan yang lalu, aku tidak menemukan itu. Karena banyak laki-laki yang kemudian justru membuat aku yang mendominasi. Akhirnya ketika bersama Munir, itu selalu nyambung dan sangat setara. Dan itu buat aku luar biasa. Aku berpikir, mungkin ini anugerah dari Tuhan. Ya meskipun perlu waktu lama juga untuk kemudian yakin untuk bersama dia hahahaha.

13. Memang berapa lama hingga akhirnya yakin akan mengarungi hidup bersama Munir?

Dia menyatakan cintanya, tahun 92. Tapi ketika itu aku sebenarnya keberatan, karena mungkin aku nyentrik aja hahaha. Aku pikir ketika itu aku kan mengorganisir buruh bersama dengan dia. Saat itu, kita baru saja membentuk satu organisasi yang mendukung perbaikan buruh. Dan aku termasuk orang yang sangat saklek. Ketika aku mempunyai organisasi, aku ingin profesional di sana. Aku juga sudah belajar dari berbagai pengalaman orang, ketika ada jalinan pribadi akhirnya merusak organisasi yang sedang di bangun. Karena aku lebih mendahulukan keberlangsungan organisasi ketimbang hubungan pribadi. Maka aku bilang, ketika aku bekerja sama dengan kamu dan ada hal-hal yang pribadi, terus terang bagi aku akan tidak menyenangkan. Aku selalu berpikir ke depan, ya kalau jadi terus it’s OK. Tapi kalau tidak, bisa berantem dong aku karena persoalan pribadi yang bisa ke bawa ke organisasi dan itu males aja buat aku. Hal-hal ini yang aku tekankan kepada dia. Kita sempat memikirkan akan hal ini selama seminggu tapi karena dua-duanya memang merasa ada ketertarikan akhirnya kami memutuskan untuk pacaran.

Hanya saja ketika itu kami membuat komitmen bahwa hubungan ini harus dijalani tanpa harus merusak organisasi yang kita buat. Jadi ketika itu pacaranya juga diam-diam, tidak banyak teman yang tau. Dan kesempatan pacarannya hanya ketika akan berkumpul bersama teman-teman buruh, jalan berdua ke tempat pertemuan. Itu saja waktu pacarannya hahahaha.

14. Hal teromantis apa yang pernah dilakukan Munir ?
Munir itu bukan orang yang romatis ya, karena kalau dia sudah mulai romantis aku-nya ngejek-ngejekin dia. Menurutku dia menjadi romantis setelah kita menikah, meskipun awal-awal berat juga karena banyak hal yang berbeda. Maka perlu ada adaptasi, bagaimana beda budaya itu memang harus disesuaikan. Sesudah itu justru kita enjoy sekali, kita bahkan menyesal kenapa tidak dari dulu-dulu menikahnya hahahaha.

Karena waktu berdiskusi kita berdua jadi bisa lebih intensif dan munir adalah laki-laki yang selalu mau belajar dari pasangannya. Inilah yang menurut saya hal romantis yang dilakukan munir. Setiap pagi dia selalu mengucapkan I Love You dan meskipun terbilang orang yang sibuk dia sangat memperhatikan detail dari diriku dana anak-anak. Perkembangan dan perubahan aku serta anak-anak sangat diperhatikan oleh dia, padahal ketika itu aku pikir dia tidak perhatikan karena waktunya sangat terbatas. Dan ini merupakan pembuktian Munir terhadap komitmen yang kita yakinin. Karena bagi kami ketika menikah, lini terdepan adalah keluarga. Maka kami berprinsip bahwa keluarga harus dibangun kuat baru berkoar-koar di luar.

15. Apa yang dirindukan dari Munir ?
Kehilangan yang tidak tergantikan dan yang lebih penting adalah aku merindukan orang yang bisa bersuara seperti dia, itu yang sampai sekarang belum aku temukan. Banyak orang pintar, banyak orang yang punya data tapi tidak bisa seperti dia. Banyak orang yang berani sebenarnya, tapi tidak ada yang punya talenta menganalisa seperti dia. Ini yang saya sering rasa kehilangan ketika menghadiri acara diskusi misalnya, tiba-tiba kehilangan itu muncul.

Aku bukannya mendewakan atau mengkultuskan dia. Tidak. Tapi itu hal yang aku rasakan, kehilangan figur kuat. Mestinya ada orang yang harus mengambil alih, leading di sana. Akhirnya aku harus realistis, apapun yang ada aku akan terus menyemangati anak muda. Karena anak-anak muda harus melakukan banyak hal yang penting pergerakannya tidak pernah berhenti untuk perbaikan bangsa kita.

16. Apa yang diharapkan dari Pemimpin Bangsa ini untuk kasus Munir ?
Presiden juga tidak hanya memberikan pernyataan saja, karena dia memiliki wewenang untuk menginstruksikan bawahannya. Karena dia yang mempunyai kekuasaan untuk memerintah polisi, kejaksaan, Kepala BIN. Ini bisa bisa menunjukkan bahwa dia tidak plinplan atau bahkan takut.

Karena ketika Hendropriyono menolak untuk dipanggil TPF (Tim Pencari Fakta) Munir, Presiden memang secara tegas mengatakan dia kecewa. Tapi ketika hal tersebut disampaikan langsung kepada Hendropriyono oleh wartawan, dia malah bilang ah yang bener dia kecewa ? Saya rasa tidak, karena dulu itukan dia junior saya dan saya ini komandannya. Dan itu dilakukan di ranah publik loh, seorang presiden diperlakukan seperti itu. Itu sih contoh buat aku, ya kesimpulannya ditarik sendiri saja.

Biodata

Nama: Suciwati

Anak: Soultan Alief Allende (9)dan Diva Suukyi Larasati (5)

Pendidikan: 1987-1989, Diploma IKIP Malang

Pekerjaan:

2006 - sekarang, Knowledge Sharing Officer Yayasan Tifa

2006 - sekarang, Ketua Presidium Jaringan Solidaritas Keluarga Korban

2004 - sekarang, Tim Kampanye Kasus Munir di Komite Solidaritas untuk Munir

2004 - 2006, Sekretaris Program Yayasan Tifa

1996 - 1997, Finance PT Mashill

1993 - 1995, Tim Peneliti Upah Buruh di Malang

1992 - 1993, Koordinator Kelompok Studi Perempuan Malang

1992, Sekretaris dan Divisi Buruh di LBH Surabaya Pos, Malang

1991, Tim Peneliti tentang Peran serta Masyarakat terhadap Buruh PT Sidobangun Ketindan, Malang

1990 - 1991, Koordinator Kelompok Buruh Malang

1989 - 1990, Guru SMA Cokro Aminoto, Malang

Penghargaan:

2006, Human Rights First Award

2006, Metro TV Award

2005, Asia's Heroes

Tampilan ini bebas editan karena tidak ada keterbatasan space. Adapun pada Jurnal Nasional, 2 Oktober 2007, pertanyaanya hanya sampai nomer sembilan. Karena sembilan pertanyaan untuk Suciwati. Internet memang tanpa batas.

Fariduddin Attar

Musyawarah dan Biografi Sufi

Berawal sebagai seorang pemilik toko farmasi kaya, Fariduddin Attar berubah wujud menjadi seorang sufi. Pertanyaan seorang kakek tua akan kematian membuat dirinya menanggalkan pakaian dunia dan mengenakan jubah wol. Jubah wol sendiri dalam Bahasa Arab ditulis suf yang merujuk pada jubah sederhana yang dikenakan oleh para asetik muslim. Proses inilah yang kemudian menuntun Fariduddin Attar secara gradual mengalami pemurnian hati dan jiwa, dalam Ketuhanan.

Titik nol dari pemurnian jiwa Fariduddin Attar - dijuluki Attar karena status sosialnya sebagai pemilik toko farmasi yang juga penjual minyak wangi – dimulai ketika dirinya tidak dapat memberi jawaban kapan kematian akan menghampirinya. Ketika itu seorang kakek tua bertanya kepadanya,”Dapatkah kau mengetahui kapan ajal akan menjemputmu?”. Attar yang berniat mengusir pengemis tua itu kemudian merasa malu atas ketidaktahuannya. Pengemis tua itu kemudian meyakinkan Attar bahwa dirinya dapat menunjukkan kapan kematian akan datang atas dirinya. Dan sesaat setelah itu kakek tua itu pun meninggal dihadapan Attar.

Attar yang merupakan ahli kimiawi ini merasa tersentak melihat betapa kebersatuan Tuhan dengan hambaNya bisa tergambar dalam wujud kesederhanaan manusia. Semenjak itu, Attar meninggalkan status sosialnya dan mulai melakukan perjalanan spiritualnya. ”Namun Attar hidup dalam tradisi dimana tidak terbiasa untuk menonjolkan dirinya, maka sangat sulit untuk mengetahui siapa-siapa saja yang secara resmi menjadi guru dalam pengelanaannya. Tapi beberapa nama seperti Al Ghazali, Ibnu Sina dan Hakim Sanai, diyakini memberi pengaruh dalam pengembaran tersebut,” jelas Prof. Dr. Mulyadi Kartanegara, Guru Besar Universitas Islam Syarif Hidayatullah, ketika dihubungi Jurnal Nasional beberapa waktu lalu.

Mulyadi juga menambahkan, keberhasilan Attar untuk mengumpulkan kisah para sufi sebelumnya dalam Tadzkiratul Awliya, sedikit banyak mempengaruhi pemikiran Attar. Namun karya terbesar Attar adalah pada cerita sufi yang bertajuk Manthiquth Thayr atau Musyawarah Burung. ”Dalam cerita ini, Attar menggambarkan bagaimana kebersatuan Sang Khalik dengan ciptaanNya dihasilkan oleh kemerdekaan jiwa manusia.” Bagaimana sebenarnya Musyawarah Burung bertutur?

Attar bertutur dalam bukunya, berkumpulah segala burung di dunia, yang dikenal maupun tidak. Pertemuan ini digelar untuk bermusyawarah mencari raja. Hal ini dipicu oleh burung Hud-hud yang bercerita tentang raja segala burung yang begitu agung dan mulia. Raja burung yang bernama Simurgh ini tinggal di balik gunung-gunung, maka untuk bertemu dengannya haruslah menempuh tujuh lembah.

Lembah pertama adalah lembah pencarian. Kedua lembah cinta. Ketiga lembah keinsyafan. Keempat lembah kebebasan dan kelepasan. Kelima lembah keesaan murni. Keenam lembahan keheranan. Ketujuh adalah lembah ketiadaan dan keterampasaan. Maka dengan mahadaya cinta berangkatlah para burung menuju tempat sang Simurgh. Lalu apa yang terjadi ? Berhasilkah para burung bersua dengan raja yang diceritakan Hud-hud ?

Dari ribuan burung yang berangkat, hanya tiga puluh ekor yang berhasil bertemu dengan Simurgh. Alangkah terkejutnya para burung yang berhasil bertemu dengan Simurgh, karena mereka menatap diri mereka sendiri. Dalam bahasa Persia, Simurgh berarti tiga puluh. Bila keduanya saling menatap diri mereka, maka taulah mereka bahwa mereka dan Simurgh adalah dalam wujud yang sama. Dan mereka pun meleburkan diri dengan penuh sukacita karena Simurgh berada dalam diri mereka sendiri.

”Ini simbolisasi ekspresi yang luar biasa, karena Attar tidak hanya mampu menceritakan refleksi perjalanan spiritualnya semata. Tapi dia juga memahami bagaimana jiwa manusia berperan dalam memahami kebenaran. Cerita ini juga memberikan tempat bagi kegagalan manusia dalam menemukan definisi diri dan Tuhannya. Maka perjalanan spiritual manusia tercermin dalam risalah ini,” Mulyadi berpendapat.

Dan penggunaan burung sebagai simbol jiwa manusia, menurut Mulyadi adalah untuk menunjukkan bahwa kebebasan jiwa manusia tidak bisa diperangkap oleh akal atau panca indera semata. Itulah mengapa, Attar menikmati pengelanaannya. Karena dengan berkelana, Attar tidak hanya bertemu dengan banyak pemikir tapi dia juga membebaskan jiwanya untuk semakin menguliti identitas keimanannya.

”Inilah mengapa kemampuan Attar dalam berekspresi mempengaruhi generasi berikutnya, dan hal ini diakui sendiri oleh Jalaluddin Rumi. Buat Rumi hanyalah Attar dan Hakim Sanai yang menjadi telinga serta mata bagi perjalanan spiritualnya.”

Meskipun dalam buku Akulah Angin Engkaulah Api : Hidup dan Karya Jalaluddin Rumi yang ditulis oleh Annemarie Schimmel, meragukan pertemuan keduanya. Mulyadi menyakini pertemuan keduanya benar-benar terjadi. ”Meskipun ada perdebatan akan hal ini, menurut saya pertemuan itu terjadi. Selama belum ada bukti yang menegasikannya.” Bahkan menurut Mulyadi, pertemuan Rumi dengan Attar merupakan satu momentum bagi Rumi untuk bangun dari kesedihannya setelah ditinggalkan guru tercintanya, Syamsi Tabriz.

Mungkin pepatah guru kencing berdiri dan murid kencing berlari, tepat dikenakan bagi Attar. Karena, popularitas Attar bisa dikatakan tidak seperti yang didapatkan Rumi. ”Attar ini bisa dibilang sedikit misterius, karena hingga kini riwayat hidupnya tidak jelas. Hal ini bisa jadi karena Attar tidak memiliki tarekat seperti Rumi, jadi siapa-siapa saja yang terdaftar sebagai pengikutnya juga tidak jelas. Dan ketika akhir hidupnya, Attar juga harus berhadapan dengan serangan Bangsa Mongol. Jadi sangat sulit untuk melacak jejaknya,” Mulyadi yang juga merupakan Direktur dari Center for Islamic Philosphical Studies and Information ini, bertutur.

Untuk itulah, Mulyadi menegaskan bahwa keberadaan Attar sangat berpengaruh besar dalam revolusi pemikiran Islam. Bahkan Mulyadi juga menekankan bahwa Attar yang hidup di Abad ke-12 sangat minim kemungkinannya untuk mendapat pengaruh dari pemikir Barat. Karena jauh sebelum khalifah Barat terlahir, khalifah Islam telah membangun pondasinya.

”Saya kurang setuju kalau dibilang, masa Attar dan Rumi merupakan mazhab yang sederhana. Karena bayangkan saja, Attar sendiri adalah seorang ahli kimia jauh sebelum ilmu pengetahuan Barat berkembang. Untuk pemikirnya sendiri, abad ke-12, saya rasa Thomas Aquinas saja belum lahir. Jadi pemikiran mereka masih sangat orisinil.”

Layaknya burung Hud-hud, Attar memang hanya memainkan perannya sebagai pencerita atas keberadaan raja burung yang mulia juga agung. Adalah Attar yang berhasil merangkum pemikiran Hasan Al-Bashri, sufi pertama, hingga Bayazid Al-Busthami. Dari Rabiah Al-Adawiah sampai Dzunnun Al-Mishri. Yang kemudian meningkat menjadi cerminan refleksi kualitas perjalanan spiritual manusia dalam masterpiece-nya Musyawarah Burung.

Dan setelah proses gradual pengkulitan keimanan mampu menghantarkan para-para sufi setelahnya sampai pada kesatuan hakekat dengan Tuhan, sang burung Hud-hud pun menghilang tanpa jejak. Cukup dikenal sebagai pemilik perusahaan farmasi yang disadarkan pengemis tua.

ps: atas keterbatasan halaman, tampilan pada Jurnal Nasional 29 September lalu hanya sampai pada Syamsi Tabriz. Ah Attar memang selalu ditakdirkan untuk tidak diceritakan secara utuh sepertinya. Damned, gua semakin terikat dengan Attar

Tuesday, September 18, 2007

Wajah baru




Inilah hasil potongan rambut jam 9 malam di Plaza Semanggi. Jadi ?

Friday, September 14, 2007

Merayap di atas tali



Oke...mungkin keliatannya gampang, tapi kalo ngerasain sendiri baru tau gimana paniknya ngerayap di atas tali tambang yang keras itu. Jadi kaki kanan menggantung di tali dan merupakan tumpuan untuk mendorong tubuh ke depan. Kata instruktur tentara (loreng2 beneran bo...) begitu maju, tangan yang pegangan tali harus di tarik ke tengah2 dada. Ini akan bikin kita stabil.

Tapi kampret...gimana mau stabil, tambang yang keras itu menekan keras tengah2 dada, perut, dan selangkangan. Jadi sakit, perih dan panas. Karena emang seharusnya ketika dorong ke depan, badannya rada dinaikin. Tapi ya..gemetar dan tali yang goyang2 akan bikin kita lupa semua instruksi dari para tentara itu.

Siapa bilang jadi spiderman gampang ? Secara dia kaga pake tali dan pindah dari satu gedung tinggi ke gedung tinggi lainnya.

Thursday, September 13, 2007

Berjalan di atas tali

Memerah Susu*



Inilah ekspresi Priska Cesilia Rosida Siagian, ketika memerah susu sapi. Ternyata sebelum diperah, tangan kita harus dikasih vaseline dulu untuk melembutkan. Jadi sapinya ngga kesakitan.

Rasanya ? Luar biasa karena ternyata semua jalan yang ditujukan untuk memberi kehidupan memang luar biasa.

Iya...susu sapi itu kan energi pertama anak sapi untuk menguatkan kaki-kakinya berdiri. Itu yang dimaksud dengan pemberi kehidupan

Berdasarkan editan orang paling dekat dihati, judul yang awalnya merah susu mendapat koreksi memerah susu. Makasih untuk koreksinya

Friday, September 7, 2007

Aku Jatuh Cinta Padamu

*


Pas setengah jam menuju Sabtu 8 September, tiba-tiba gua merasa sangat jatuh cinta kepada laki-laki yang bahkan minum susu ultra aja terlihat serius. Mungkin karena baru saja mendengar kalau ternyata dia akan berada di Jakarta tidak hanya pas lebaran. Tapi akhir tahun ini kita bakal barengan di satu kota lagi.

Orang yang selalu mikirin tuhan dan hidup berlebihan. Ngga pernah lucu, tapi selalu berusaha ngelucu. Panikan walaupun akan merasa damai setelah main gitar, piano atau biola. Paling enak untuk ditoyor-toyor kepalanya.

Orang yang lembut kalau ngerayu. Dan tetap bisa bilang "aku sayang kamu yang" meskipun dalam keadaan marah sekali.

Ah masih banyak yang seharusnya diumbar di entry ini. Tapi kata-kata emang terlalu terbatas untuk mengungkapkan rasa.

I Love You so much minj schat...

* atas permintaan pelanggan, foto tidak dapat ditampilkan

Tuesday, August 28, 2007

Palasari Kebakaran

Ntah kenapa pas gua baca running text di Metro tv yang mengabarkan kalau tempat penjualan buku di Palasari-Bandung, dilalap habis oleh api tiba-tiba gua merasa ada yang hilang dari kesadaran gua. No..ini kaga berlebihan, beneran itu yang gua rasa. Karena gua teringat betapa banyak buku-buku second yang terpaksa harus lapuk karena dijilatin api-api merah itu. Dan itu benar-benar menyedihkan.

Kenapa ? karena pernah satu hari Pak Sahala, dosen pengajar skill jurnalistik di kampus, bercerita kalau dia punya buku remang-remang jakarta. Itu buku hasil reportase cewe, shit gua lupa dia dari media mana dan namanya siapa, yang menyusuri bisnis remang-remang di Jakarta dan Bogor. Dia bilang buku itu sangat bagus sekali memberikan gambaran untuk indepth reporting, tapi bukunya udah kaga diterbitin lagi.

Dan pas gua iseng pergi ke palasari barengan sama Atun dan ita, kita iseng nanya ke salah satu kios buku bekas di sana. Hasilnya, buku itu ada dan kondisinya masih 80 persen bagus. Harganya juga tidak terlalu mahal. Gua senang banget dapet buku itu. Itu alasan pernama kenapa palasari meninggalkan kesan tersendiri.

Alasan kedua, gua pernah ke tempat jual buku di Senen dan Jembatan Gantung(Medan), buku-bukunya tidak sebagus palasari, plus lebih mahal. Gua tidak merasa kawasan itu emang dikhususkan untuk jualan buku-buku, jadi gua langsung kecewa ketika harus membandingkan dengan PALASARI!!!

Alasan ketiga, PALASARI selalu menjadi tempat pertemuan gua dengan pemikir-pemikir gila, ideologi-ideologi dasyat dan penjual yang ramah-ramah. Dengan diskon minimal 10 persen, buku bagus plus disampul plastik gua rasa akan selalu membuat kita balik ke terus ke tempat itu.

Ada yang bilang disana buku bajakan, well itu mungkin saja. Tapi kalau kita tau kios yang benar, maka kita akan beli buku yang benar dari sumber benar plus harga yang murah. Ah kenapa harus kebakaran sih, pasti banyak buku-buku bagus yang numpuk di sana dan belum sempat dibaca tapi udah keburu jadi abu. Jadi inget pa Anton-Batu Api, dia selalu berkutat disana untuk nambahain buku-buku bagus di rak-rak perpusatakaan yang nikmat itu.

Ah, Palasari ternyata buat gua bukan sekedar tempat jualan buku aja. Tapi udah menjadi salah satu tempat rendevou gua akan berbagai rasa, kenangan, dan sosok. Gua berharap, itu tidak dibakar untuk dibangun menjadi mal-mal atau tempat perbelanjaan yang ngga jelas. Kapan sih kita bangun tempat pusat penjualan buku yang besar!!! Kenapa harus bangun mall terus !!!

Aku kangen palasari

Friday, August 24, 2007

Exhausted

Ngga ada kata-kata yang banyak keluar untuk hari ini karena semuanya hanya merujuk pada definisi kejenuhan...bukan lebih tepat exhausted.

Kutu kupret dengan semua ini!!! You make it than there is no other choice except YOU FINISH IT...ITU SAJA

Monday, August 20, 2007

Jenuh

Insomnia gua mulai datang, di malam hari bisa terjaga sampai jam 2 pagi dan baru akan terbangun ketika kepala pusing karena bangun kesiangan. Ini merupakan pertanda bahwa gua sedang stress, benar-benar stress.

Pengen bisa istirahat setiap sabtu-minggu, pengen tidak merasa seperti 24 jam itu hanya diisi dengan memikirkan tulisan dan wawancara narasumber. Deadline di harian ternyata menelusuk masuk ke dalam waktu istirahat dan tidur gua, ini sudah tidak sehat. Badan udah pada remuk semua, muka kusam dan tulang-tulang semakin keliatan.

Gua bukannya tidak menyukai pekerjaan sekarang yang gua jalanin, it's my life dan ekspertis gua memang disini. Hanya kadang gua merasa tidak bisa terus-terusan meluangkan waktu untuk pekerjaan. Karena diri gua sendiri juga butuh diperhatikan, udah waktunya merangkai mimpi dan hidup tiap hari dengan merealisasikannya. Tapi gimana bisa kalo tiap hari pulang larut, bangun siang untuk wawancara atau liputan. Rutinitas ini membuat gua tidak bisa mengeksplor diri dengan les fotografi, les keramik, les batik, les nari (padahal di kantor ada penari yang bersedia untuk ngajar tanpa dibayar. Tapi gua kaga bisa ikut).

Bahkan untuk janjian sama temen2 untuk sekedar kongkow2 atau membicarakan hal-hal ringan aja susah. Ika, temen gua di HSBC, sudah ampe bilang gua orang tersibuk di dunia karena beberapa kali janjian tapi selalu kaga jadi. Atau Tetty dan Dian yang udah lama banget pengen ketemuan harus mengikuti jadwal gua. Ah pengen banget bisa hidup lagi dengan semua kebebeasan untuk melakukan itu.

Pengen kerja yang tidak terlalu diuber-uber waktu biar bisa melakukan banyak hal seperti les2 atau nyicil ngumpulin bahan buat buku. Pengen tetap punya uang untuk bisa membiayai akomodari dan konsumsi setiap kali bersosialisasi.

Yah pengen yang banyak ini harus direalisasikan...CUKUP SUDAH....Ngga bisa lama2 ngeluh tanpa melakukan perubahan apa-apa. Jangan mau terus-terusan jadi kepompong, udah waktunya jadi liar lagi. PERSETAN DENGAN KETAKUTAN DAN KEMUNGKINAN YANG TIDAK TERBACA...HADAPI SAJA..ITU SAJA!!!!

Thursday, August 9, 2007

Temanku Ada yang sedang berbunga

Mungkin doa orang yang jarang berdoa memang didengerin. Buktinya setelah salah seorang temanku minta didoai agar "konflik" perasaan bisa menemukan jalan keluar...BOOMM...dua hari setelah itu mereka JADIAN!! Dan hari ini dia terdengar bahagia banget...pasti keliatan muda 30 tahun...padahal umurnya belum ada segitu...

Jadi ikutan seneng aja...ah akhirnya pelan-pelan semuanya masuk pada ranah percintaan...ayo mabok cinta...

Sunday, August 5, 2007

Tanpa Batas Waktu yang Jelas

"...it's a dull, soulless letter. and i'm so not happy with it. the letter does not say anything the length of my staying here. it dreadfully implies that i'll be here for an unspecified time. it could be more than six months. god, it's awful."

Oke kutipan itu diambil dari blognya tukang es krim kesayanganku. Cukup mengagetkan memang beritanya, karena itu artinya antara Bali dan Jakarta akan dipisahkan dalam waktu yang tidak cukup terukur dengan jelas. Dan segala hal yang berhubungan dengan ketidakpastian akan mendatangkan mudarat....mungkin sebaiknya kamu bilang gitu sama kantormu yang...

Tiba-tiba terlintas big mack dan orginial burgernya KFC yang harus dimakan beruntun sebagai ekspresi kekagetan yang luar biasa. Ah pekerjaan, KFC dan MC.Donalds memang kejam ketika kapitalisme telah menjerat...

Makin ngawur ngomongnya, makin jelas keselnya.

Thursday, August 2, 2007

Film Indonesia Go International

Embrionya sudah ada, peluang terbuka lebar, tinggal dilanjutkan dengan kerja kebangsaan para kreatornya.

Jika ada diantara kita yang berpikir bahwa film hanyalah sebuah entertainment belaka, mungkin sudah saatnya ktia merubah pikiran tersebut. Karena gambar yang terekam dalam frame-frame audiovisual itu, kini sudah menjadi sebuah perusahaan besar yang tidak hanya ditujukan meraup keuntungan besar tapi juga mengibarkan Sang Merah Putih. Hanyanya saja proses tersebut harus mendapat dorongan dari semua elemen bangsa bahwa kebutuhan untuk go international menjadi kepentingan setiap orang.

“Sebenarnya embrionya udah mulai terbentuk semenjak 10 tahun lalu dan kualitas sineas kita sudah mulai diperhitungkan baik secara regional maupun internasional. Mulai dari film Cinta Dalam Sepotong Roti, Surat Untuk Bidadari (keduanya adalah karya Garin Nugroho), bahkan dengan diputarnya film Tjoet Nja’Dhien pada ajang bergensi Cannes 1989 sudah menjadi momentum kuat bahwa kita punya peluang yang sangat besar untuk merambah dunia internasional,” papar pengamat film Arya Gunawan.

Dan embrio itu akan dengan mudah mengalami proses tumbuh kembangnya, karena menurut Arya, saat ini dunia perfilman internasional tengah terpesona dengan keunikan kebudayaan yang ada di belahan timur dunia. Maka mereka tengah bergiat mengangkat pusat-pusat eksotika timur mulai dari Iran, Turki, India, hingga Jepang, Cina, Hong Kong.

“Tidak terkecuali Asia Tenggara, khususnya Indonesia. Karena kebutuhan untuk mencari alternatif estetika dimulai bersamaan dengan pembentukan embrio film Indonesia di ranah internasional. Artinya kesempatan ini harus dimanfaatkan sebaik-baiknya. Karena Eropa, Amerika, Kanada bisa dikategorikan memiliki kebudayaan yang homongen,” ucap mantan wartawan yang kini aktif di UNESCO tersebut.

Jika dulu tokoh-tokoh perfilman Indonesia seperti Asrul Sani, Usmar Ismail, Sjumandjaja harus bergelut dengan gulungan film 35mm yang jauh dari kata fleksibel. Saat ini, generasi-generasi muda seperti Shanty Harmayn, Mira Lesmana dan Riri Riza dapat lebih diuntungkan dengan proses globalisasi yang terus bergulir. Karena mereka tidak hanya diuntungkan dari sisi teknologi audiovisual yang semakin membuat industri film berjalan fleksibel, tapi juga memperpendek jalur pergaulan internasional.

“Salah satu yang dibutuhkan untuk menembuh dunia internasional, suka atau tidak adalah adanya networking yang kuat. Maka diaspora¬-nya film Indonesia mulai dari wilayah regional hingga internasional harus didukung penuh oleh peranan sutradara dan produser dalam melobi para kurator film untuk meluangkan waktunya menilai hasil karya sineas Indonesia,” Arya menjelaskan.

Hanya saja menurut Arya, lobi tersebut haruslah diawali dengan menghasilkan karya-karya yang secara tulus dan sungguh-sungguh menampilkan karakter bangsa Indonesia. Atau tidak semata-mata secara kasar mengeksploitasi kebudayaan timur untuk menangkap pencarian alternatif estetika yang tengah dikejar para juri-juri di festival perfiliman internasional. “Karena sebuah karya besar akan dirasakan kemurniannya dari siapa saja yang menyaksikan film mereka. Oleh karena itu semangat kolektifitas mulai dari sineas, creator, produser hingga pemerintah untuk maju bersama harus disadari sebagai suatu kebutuhan.”

Dengan semangat tersebut, proses kreatif pada sineas tidak semata-mata menjadi kegiatan sikut menyikut satu sama lain. Akan lebih baik lagi jika pemerintah menyediakan sebuah lembaga yang mengumpulkan karya-karya terbaik sineas Indonesia untuk kemudian dipersentasikan sebagai karya besar bangsa. “Lembaga atau portal ini nantinya akan melakukan peranan penetrasi tawaran ke luar, jadi biaya promosinya bisa jauh lebih murah. Dan jika lebih terorganisir dengan baik maka simpul-simpul networking yang rumit itu bisa membantu kita menjelajahi peta perfilman dunia.”

Hal senada juga disampaikan oleh Budiati Abiyoga, Direktur PT. Prasidi Teta Film. Menurut Produser Film Kejarlah Daku Kau Kutangkap itu, peran pemerintah sangat penting dalam mematangkan perkembangan perfilman Indonesia, di dalam maupun di luar negeri. Karena industri film haruslah dibangun dengan semangat untuk menjadikannya sebagai sebuah bisnis serius, bukan semata-mata hiburan belaka. “Film ini memerlukan teknologi yang tinggi karena itu biayanya sangat besar. Untuk itu, ada potensi-potensi yang harus dijembatani oleh pemerintah.”

Konsep potensi yang dijembatani pemerintah itu, disebut oleh Budiati sebagai bridging effort. Dimana dapat diaktualisasikan tidak hanya melalui pembentukan lembaga untuk melakukan penawaran ke luar negeri, tapi juga diwujudkan dalam ikut aktif menghasilkan film yang bertemakan kebudayaan Indonesia.

“Pemerintah dapat menyemangati dengan membuat film-film sederhana yang mengangkat simbol-simbol kultural bangsa. Dengan demikian para kreator film akan merasa termotivasi untuk menghasilkan karya-karya lebih besar dalam mengembangkan industri perfilman Indonesia,” ucap mantan Juri Kritik Film, Festival Film Indonesia ini.

Dan hal yang tidak kalah penting untuk memantapkan langkah Film Indonesia menuju persaingan global adalah, dukungan pemerintah melalui pematangan sistem pendidikan. Karena pendidikan yang mapan akan membentuk karakter kerja professional pada setiap pekerja film. Sehingga dengan demikian karya-karya yang dihasilkan bukan semata-mata berbicara pada prospek keuntungan tapi juga menampilkan identitas kebangsaan yang kuat.

“Jika selama ini film kurang disadari sebagai cikal bakal industri, sepertinya pemerintah harus mulai menyadari bahwa film kita akan menjadi industri ketika sumber daya manusianya juga kuat.” Budiati mencontohkan Korea yang mengalami perkembangan industri film animasi yang pesat. Menurutnya, kunci keberhasilan tersebut karena Pemerintah Korea tidak segan untuk mengelola usaha animasi secara baik.

“Padahal animasi itu bukan sesuatu yang rumit, bahkan di sana anak-anak kecil yang baru bisa menggambar saja sudah dibina untuk menekuni gambar animasi. Hasil akhirnya sangat jelas, kini film animasi Korea tidak hanya merajai negerinya sendiri tapi sudah di ekspor ke banyak negara. Dan hasil binaan pemerintah itulah yang secara mapan membentuk perusahaannya sendiri untuk mengembangkan diri. Pemerintah cukup berperan sampai establish saja, setelah itu industri film akan terbentuk sendiri kok.”

Disamping itu dukungan sarana dan prasarana, khususnya dalam lingkup pendidikan film dan pertelevisian sedikit banyak akan menguatkan karakter sineas muda dari gilasan hebat globalisasi. Karena menurut Arya Gunawan, sineas muda yang lahir sebagai produk abad ke-21 ini memiliki ancaman besar untuk terbenam dalam arus globalisasi. Dan geliat ini sudah mulai nampak pada lima tahun belakangan melalui tema-tema film yang jauh dari identitas ke-Indonesia-an.

Ironisnya ini justru terjadi ketika masyarakat kita berada pada kemerdekaan kedua atau reformasi. Seharusnya sineas kita akan lebih berani mengangkat beragam topik tapi yang terjadi justru terjadi adalah ketidakseriusan dalam mengulik kegelisahaan masyarakat. “Ada sebanyak 70 hingga 80 persen karya yang tidak merepresentasikan kemiskinan atau ketidakadilan yang terjadi saat ini. Padahal kejujuran adalah salah satu semangat sineas untuk merefleksikan sosial kultural melalui frame-frame film mereka. Dan kejujuran itulah yang nantinya akan menampilkan kemurniaan eksotika budaya timur yang dicari juri-juri pada festival film internasional.”

Apabila proses pengembangan film Indonesia tetap berada pada wilayah kreatif tema yang sama, baik Arya maupun Budiati menyakini krisis identitas bangsa akan terus berjalan. Karena itu harus ada kesadaran dari semua elemen bahwa industri film akan berkembang ketika masyarakatnya tidak mengalami kegagapan dalam mengekspresikan identitas realnya. Ibarat embrio yang berubah wujud menjadi manusia, sudah seharusnya dia mengetahui bagaimana dirinya diaktualisasikan. Demikian juga dengan perfilman Indonesia, tidak perlu takut untuk menembus kesulitan peta film Internasional ketika telah dengan mafhum mengurai identitas dirinya.

Maka simbol kebangsaan bukan hanya bisa tertangkap kamera untuk kemudian dinikmati mulai dari bioskop-bioskop komersial hingga layar serius juri festival film internasional. Tapi lebih kepada menampilkan kedalaman karakter psikologis bangsa Indonesia yang kemudian dinikmati beribu pasang mata di seluruh dunia. Jadi siapa bilang film hanyalah sebuh hiburan, ini adalah proyek kebangsaan di era digital.

Dimuat pada Halaman Oase Budaya, Harian Jurnal Nasional, 2 Agustus 2007