Thursday, October 25, 2007

Globalisasi Makanan Bayi

Pada 23 Oktober lalu gua menghadiri peluncuran produk baru dari Cerelac a.k.a bubur bayi. Ada yang lucu dari produk terbaru mereka yang mengandung prebiotik, yaitu varian rasanya. Kenapa emang varian rasanya ? Oke mereka menawarkan beras putih, apple, cranberries untuk tahap pertama. Tahap kedua ada gabungan rasa oat dan prunes. Sedangkan tahap ketiga beras merah, yoghurt dan raspberry. Coba perhatiin rasanya deh....bule semua kan? Kenapa rasa bule?

Mereka bilang varian itu dipilih karena banyak mengandung serat, jadi probiotik yang dilengkapi dengan serat tinggi. Ini membuat saluran pencernaan bayi jadi bagus. Tapi cara menjawabnya juga lucu sih, karena pihak perusahaan bilang bahwa buah-buah yang mereka pilih diakui global kaya akan serat. Hihihihihi lucu juga ya ada buah global, padahal kan bisa aja dia bilang karena produksinya masih di luar negeri ya varian rasanya masih itu. Dan tiba-tiba di kepala gua terlintas bahwa bisa aja diambil buah global untuk menggambarkan kalo produk makanan bayi yang mereka buat bertaraf internasional. "Wah globalisasi juga mengenai makanan bayi," bisik gua ke Nida (Wartawan Ethical Digest) dan kita ketawa bareng-bareng.

Produk global, dengan mutu global, dan rasa global. Apa emang kita ngga punya pilihan lain ya selain menjadi global (baca: seragam) ? Siapa sih yang pertama kali punya ide globalisasi ?

Oke mungkin pertanyaan itu harus dijawab terlebih dahulu untuk membentuk pemahaman kita atas posisi kita saat ini di wilayah global. Waktu nulis tentang eksistensi budaya lokal terhadap musik pabrik, banyak seniman dan pengamat kebudayaan yang bilang globalisasi kaga bisa ditolak. Tapi harus disiasati biar kaga terbawa arus yang bikin kita sama dengan orang kebanyakan. Apa iya, kalo kasusnya makanan bayi gimana?

Globalisasi makanan bayi, apakah terdengar keren?

Sunday, October 21, 2007

Gadis Arivia: Hak Perempuan adalah Hak Asasi Manusia


FEMISNISME selama ini sering dianggap berseberangan dengan nilai ketimuran. Namun, tidaklah demikian menurut Dr Gadis Arivia. Bagi aktivis perempuan ini, feminisme lahir berkat adanya kesadaran kritis, dan tidak mengenal pembagian pemikiran secara geografis (Barat atau Timur-Red).

Doktor filsafat dari Universitas Indonesia dengan disertasi bertajuk Dekonstruksi Filsafat Barat, Menuju Filsafat Berperspektif Feminis ini akrab di telinga publik setelah ditangkap polisi ketika berdemonstrasi mengusung isu kelangkaan susu bayi di bundaran Hotel Indonesia, Jakarta, Februari 1998, pada masa krisis moneter di Indonesia.

Lulusan Ecole Haute Etudes Scientifique Sociale itu bersama rekan-rekannya sebelumnya mendirikan Yayasan Jurnal Perempuan (YJP) tahun 1996. Alasan mendirikan yayasan itu karena melihat demokrasi bagi kaum perempuan di Indonesia masih sangat perlu diperjuangkan.

Selain menekuni pekerjaannya sebagai akademisi, Ibu dua anak, Anissa Joice dan Benyamin Arif, dan isteri Rick Polard, laki-laki berkebangsaan Amerika, ini
mengabdikan diri sebagai Direktur Yayasan Jurnal Perempuan (YJP). Kendati dia tidak pernah menerima gaji dari kegiatannya di YJP itu. Sedangkan Polard bekerja di Bank Dunia kantor Indonesia.

Pengagum Jacques Derrida, tokoh gerakan pascamodernisme dari Prancis, ini merasa mantap menapaki kegiatannya karena punya kesiapan mental dan dukungan suami dan anak-anaknya.

Berikut yang disampaikan anak ke-7 dari sembilan bersaudara pasangan Arif Effendi dan Atikah ini kepada Jurnal Nasional baru-baru ini.

1. Apakah kekuatan perempuan baru terlihat bila tampil di kancah politik seperti pilkada atau pemilu?

Kekuatan kelompok perempuan atau mereka yang bersimpati pada gerakan perempuan sangat kuat bukan saja dalam kancah politik. Malah dalam kancah politik kalau dilihat dari statistik kekuatan perempuan sangat lemah. Keterwakilan perempuan di bawah 11 persen, tapi dalam kancah pemberdayaan masyarakat, dunia literatur, ilmu, film dan musik justru representasi kekuatan perempuan pada bidang-bidang itu pada masa sekarang sangat terasa.

2. Bagaimana menciptakan kesadaran politik pada perempuan, mengingat ranah ini masih dianggap maskulin?

Perempuan banyak yang sadar politik, bahkan mereka sendiri selama sepuluh tahun terakhir banyak yang terjun, baik di politik praktis maupun dalam wacana. Kalau kita perhatikan, gerakan perempuan di politik sangat luar biasa. Mereka biasanya yang banyak bersuara. Namun, sistem politik kita belum akomodatif. Artinya, masih banyak kendala di sistem politik itu sendiri, apakah di partai atau di parlemen, suasana egaliter sangat jauh terasa.

3. Kalau begitu, apakah ada perangkat politik yang harus dibenahi?

Ya, perangkat politik harus dibenahi agar ramah terhadap perempuan. Untuk membenahi ini perlu ada "political will" dan seringkali hal ini yang tidak ada. Politik merupakan ajang perebutan kekuasaan, oleh sebab itu menyerahkan kesempatan kepada perempuan berarti mengurangi jatah perebutan kekuasaan tersebut.

Apalagi perempuan yang terjun ke politik memang yang teruji secara mental dan rata-rata berpendidikan di atas rata-rata laki-laki, sehingga bila perempuan diberikan kesempatan tentu mereka akan menang. Hal ini terbukti di hasil pemilu lalu banyak perempuan yang meraih suara. Namun, karena diterapkan sistem nomor urut partai maka mereka gagal. Tentunya ini tidak fair.

4. Belakangan, sastra perempuan menunjukkan eksistensinya. Hanya saja banyak orang berpendapat bahwa perempuan yang terlalu bebas mengangkat seksualitas dan kelamin adalah menelanjangi perempuan itu sendiri. Pendapat Anda?

Saya pikir mereka yang berpendapat demikian tidak mengerti sastra. Sastra adalah ajang ekspresi kebebasan imajinasi dan kreativitas seseorang. Bila perempuan kini banyak bicara soal seksualitasm berarti mereka sedang menyampaikan suatu pesan bahwa seksualitas perempuan layak dan perlu untuk diketahui karena selama ini ditabukan. Pesan ini mereka sampaikan lewat sastra, lewat kreativitas dan imajinasi mereka.

Setiap zaman ada pesan yang ingin disampaikan, zaman sekarang adalah zaman sastra yang didominasi oleh persoalan dan wacana perempuan, seksualitas adalah tema yang sedang digulirkan. Tentu kita harus apresiasi setiap kreativitas dan imajinasi pelaku sastra yang dengan serius menampilkan karya-karya mereka. Menghujat, membungkam bahkan mensensor hasil suatu karya sastra berarti membunuh imajinasi. Ketika imajinasi dibunuh yang ada kematian.

5. Dalam kehidupan berkeluarga, bagaimana Anda menerapkan kesetaraan jender? Karena di Indonesia masih kuat tertanam laki-laki adalah kepala keluarga atau tidak mungkin ada dua nahkoda dalam satu perahu ?

Keluarga bukan diarahkan atau dinahkodai, tapi keluarga dibentuk dan dibina. Pembentukkan keluarga tidak dilakukan dengan pengarahan, tapi dilakukan dengan kesadaran. Dalam sebuah keluarga semua memiliki kepala dan hati, setiap anggota bebas untuk mengeluarkan isi kepala dan hatinya.

Kalau sebuah keluarga hanya boleh memiliki satu kepala berarti yang lain tidak bisa dianggap manusia, tidak berpikir dan hanya menjadi obyek dan bukan subyek. Pengertian keluarga demikian adalah pengertian yang usang yang sudah tidak relevan lagi di abad 21. Di abad ini setiap anggota keluarga memiliki kepala, dapat berpikir, menentukan pilihan-pilihan hidupnya sendiri dan saling menghargai pendapat setiap orang yang berkepala.

6. Kelihatannya suami Anda sangat mendukung pilihan Anda sebagai feminis, apakah karena ia dari Barat?

Saling menghormati dan saling mendukung satu sama lain di dalam keluarga tidak dibatasi oleh wilayah geografis. Apakah orang tersebut dari Timur atau Barat tidak ada pengaruhnya atas cara berpikir seseorang. Yang membuat seseorang bijaksana, toleran dan egaliter adalah karena karakter pribadinya. Karakter tersebut bukan dibentuk oleh wilayah geografis, tapi dibentuk oleh kesadaran kritis. Kesadaran kritis seseorang tidak berasal dari wilayah (Timur atau Barat), agama atau etnis. Kesadaran kritis berasal dari otonomi individu yang mau terus belajar dari yang "lain".

7. Ada yang bilang, feminisme tidak tepat bagi Indonesia karena asalnya dari Barat?

Feminisme lahir di banyak tempat termasuk di Indonesia. Kongres perempuan pertama Indonesia telah dilakukan pada tahun 1928. Seribu perempuan menghadiri kongres tersebut dan berasal dari 30 organisasi perempuan. Di dalam kongres tersebut sudah dibicarakan soal kesetaraan perempuan yang hanya dapat dicapai lewat pendidikan dan penolakan terhadap poligami. Jadi, 79 tahun yang lalu para perempuan kita sudah sangat feminis sekali. Mereka yang asal bicara dan mengatakan bahwa feminisme dari Barat tidak mengetahui sejarah perempuan di negerinya sendiri. Orang-orang seperti itu memang orang-orang yang kurang membaca, sehingga tidak memahami sejarah bangsanya sendiri. Orang-orang semacam itu perlu dikasihani.

8. Apa yang membuat Anda tertarik mendalami feminisme?

Setiap orang yang tertarik pada ide-ide demokrasi, toleransi dan Hak Asasi Manusia, pasti tertarik dengan feminisme. Hak-hak perempuan adalah hak asasi manusia, keduanya tidak terpisahkan. Di abad ke-21 ini, setiap orang yang ingin disebut sebagai orang yang demokratis, toleran dan menghargai manusia, maka orang tersebut harus dapat berbahasa feminisme. Laki-laki zaman sekarang yang tidak dapat berbahasa feminisme adalah laki-laki yang tidak dapat berkomunikasi dengan zamannya. Jadi, bagi saya sangat alamiah seseorang tertarik dengan feminisme karena zaman ini bukan zaman jahiliyah.

9. Andai Anda menjadi Menteri Pemberdayaan Perempuan, apa yang akan Anda lakukan?

Saya akan berkonsentrasi pada pendidikan. Pendidikan di sini artinya pendidikan yang benar-benar mengajarkan otonomi individu. Pendidikan dasar Hak Asasi Manusia perlu diajarkan di setiap sekolah dasar hingga lanjutan, sehingga kata "kesetaraan" menjadi kosa kata yang sudah dikenal sejak dini. Pendidikan memberikan kesempatan yang luas bagi setiap individu, termasuk kesempatan ekonomi yang dapat membuatnya menjadi mandiri.

Dimuat di Jurnal Nasional, 19 September 2007.

Biodata

Nama: Gadis Arivia

Tempat/Tanggal Lahir: New Delhi, 8 September 1964

Suami: Rick Polard (berkebangsaan Amerika)

Anak: Anissa Joice dan Benyamin Arif

Pendidikan :

- 2002, Doktor Filsafat, Universitas Indonesia.

- 1994, Master of Arts Social Psychology, EHESS, Paris, France.

- 1989, BA Filsafat, Universitas Indonesia.

- 1986, Sarjana Muda untuk Kesusateraan Perancis.

- 1982, Mc. Lean High School, Virginia, USA.

Pekerjaan:

- 1989 - sekarang, Dosen Departemen Filsafat dan Studi Perempuan, Universitas Indonesia.

- 2000, Produser "Violence Against Women", program dokumentasi dengan UNIFEM.

- 2000 - 2003, Produser Radio Jurnal Perempuan (RJP), program mingguan perempuan untuk 152 stasiun di Indonesia.

- 2001, pelatih jurnalisme peka jender, kerja sama dengan Ford Foundation untuk organisasi media.

- 2001, konsultan untuk UNFPA dalam penyeleaian laporan "GO/NGO Participation on Violence Against Women".

- 2002, Produser "Women in Conflict Area", film dokumenter dengan USAID.

- 2002, Penelitian dan peliputan kisah "Women in Mining Area", studi di PT. New Mont, Sumbawa.

- 2003, film documenter dan studi "Trafficking in Women and Children" kasus di Kalimantan Barat dan Batam.

Tulisan yang dipublikasi:

- Postfeminism, Is Feminism Dead?, Women's Journal, 2000, Jakarta.

- Women's Perspective on Vagina, Women's Journal, 2000, Jakarta.

- Women in Indonesian Culture, LIPI, 2000, Jakarta.

- War Against Boys, Women's Journal, 2000, Jakarta.

- Taliban, Not a Woman's Friend, 2001, Jakarta.

- Abortion in Indonesia, Kompas, 2001, Jakarta.

- Sukarno dan Gerakan Perempuan, Kepentingan Bangsa VS Kepentingan Perempuan, St. Sularto (ed), Kompas, 2001.

- We Long Your Voice, Letter to Megawati Sukarnoputri,The Jakarta Post, January 2003.

- Gender Issues in Pramoedya's Novels, paper presented in University Gajah Mada, January, 2003.

Thursday, October 18, 2007

Pergulatan Kegelisahan Perempuan Sufistik

Konstruksi sosial sering kali menjadikan syair sufistik perempuan didefinisikan sebagai sebuah pemberontakan terhadap konstruksi sosial patriakal.

Priska Siagian
priska@jurnas.com

Entah apa sebabnya, perempuan selalu berada dalam ranah kedua setelah laki-laki. Banyak yang kemudian menyebutkan bahwa kedatangan Hawa yang belakanganlah, yang menjadi pembenaran atas posisi ketersampingan perempuan. Lalu bagaimanakah syair-syair sufistik kemudian melakukan pergulatan ilahiahnya pembenaran tersebut? Seberapa lama kegelisahan ini berjalan untuk kemudian menjadi media perenungan publik?

Salah satu penyair sufi yang terkenal adalah Jalalludin Rumi, keterasingannya terhadap dunia membuat banyak orang dapat memperkaya batin tentang nilai ilahiah. Dan ketika berbicara mengenai nilai ilahiah, sangatlah tidak mudah untuk merangkumnya dalam kata-kata manusia yang amat terbatas. Maka setiap huruf yang dirangkai Rumi, harus dapat diresapi kedalaman interaksi ilahiahnya ketimbang pemahaman simbol hurufiah. Inilah mengapa, sastra sufistik harus mampu menjadi media apresiasi seseorang untuk melakukan penyangkalan terakhir dari manusia dan menjadi awal mulainya keberadaan yang sesungguhnya.

Dan layaknya seorang manusia, perempuan juga memiliki kegelisahan terhadap penyangkalan terakhinya sebagai manusia. Hanya saja konstruksi sosial yang terlalu lama terbentuk, sering kali menjadikan syair sufistik perempuan didefinisikan sebagai sebuah pemberontakan terhadap konstruksi sosial yang sangat patriakal tersebut. Lalu bagaimanakah perempuan mendefinisikan sastra sufistik?

“Sangat sederhana sebenarnya untuk mendefinisikan sastra sufistik. Kalau sastra itu merujuk kepada yang vertikal keketuhanan dan kedalaman dengan landasan nilai-nilai Islami. Itu niscaya sudah mengarah ke pengertian sufistik. Tapi hal yang menjadi catatan adalah seberapa besar kedalaman simbol Tuhan mampu digambarkan dalam tata nilai yang memperkaya batin,” penyair Rayani Sriwidodo coba memaparkan definisinya atas sastra sufistik.

Karena itu, tambahnya, karya-karya sufistik harus selalu berangkat dari definitif keilahian. Bukan hanya berbicara Tuhan sebagai obyek perenungan yang mentah. Dan perenungan itulah yang kemudian menjadikan kegelisahan atas keberadaan yang sesungguhnya sebagai pergumulan tanpa batas mengenai keilahian. ”Maka menurut saya, hambatan terbesar mengapa sastra sufistik tidak secemerlang di masa tahun 80-an adalah karena para penggulat sastranya hanya mampu bermain dalam kecerdasan menyusun kata-kata. Mereka menjadi lupa mengembangan diri untuk mendapatkan daya hayat yang tidak sekadar teaterikal belaka. Karena itu sangat mudah menghasilkan karya sufistik, tapi untuk benar-benar menjadi seorang sufi ya sangat sulit.”

Mengapa demikian? Menurut Rayani, pergumulan vertikalisasi keilahian seharusnya tidak hanya mampu tercermin dalam kata-kata tapi juga tergambar dalam perbuatan penyair. ”Karena itu, saya tidak mau membenarkan kata-kata yang sufistik itu otomatis penyairnya adalah sufi. Menurut saya itu hanya bersifat kesufi-sufian. Tapi ini paham saya, paham orang lain bisa beda. Karena seorang sufi harus memiliki mental yang mampu memikul beban moril dari pesan-pesan yang coba disampaikannya.”

Sehingga dengan demikian Riyani menyakini ketika ada keselarasan antara kata-kata dan perbuatan, maka dalam proses pergumulan hingga kemudian dilemparkan pada ranah publik, tidak terselip kesempatan untuk ’selingkuh’ terhadap keilahian Tuhan. Hal ini juga yang coba direalisasikannya ketika salah satu karyanya, Percakapan Hawa dan Maria (1989), berhasil menciptakan diskursus sastra dari berbagai unsur keagamaan. Meskipun tidak berani mengklaim dirinya seorang penyair sufistik, namun menurut Riyani karyanya cukup mampu mengajak banyak pihak untuk terlibat dalam kegelisan ketika perempuan disebut sebagai penyebab utama jatuhnya manusia dalam dosa.

”Saya tersinggung besar ketika banyak perspektif yang menyebutkan bahwa Hawa itu adalah pendosa awal. Hal ini menurut saya menciptakan suatu vonis. Padahal vonis ini tidak berlaku karena drama agung Hawa ini tidak lepas dari pada rencana Tuhan untuk membuang manusia ke bumi. Karena menurut saya, drama agung ini tidak berdiri sendiri. Tuhan itu maha kok, kalau Dia tidak suka dengan Hawa bisa tinggal diganti. Itu yang saya gambarkan dalam Percakapan Hawa dengan Maria,” ucapnya seraya menyebutkan bahwa kegelisahan itu sudah mulai ada jauh ketika dia masih duduk di bangku SMP.

Ketika Adam dan Hawa dilarang untuk memakan buah terlarang, dikatakan bahwa Tuhan belum mengajarkan tentang pilihan. Dan menurut Rayani, ajaran tentang memilih itu terjadi ketika mereka kemudian memilih untuk memakan buah terlarang tersebut. Ajaran tentang pilihan ini pun kemudian diteruskan pada peristiwa Kain dan Habil, dimana Tuhan selalu memilih persembahan Kain yang lebih gemuk dan empuk.

”Artinya Tuhan selalu mengajarkan manusia untuk memilih. Dan yang kemudian sering dilupakan adalah apa yang benar menurut saat itu, belum tentu benar pada saat sekarang. Sehingga pada akhirnya, kita harus adil pada salah dan benar. Karena definisi salah dan benar harus juga mampu menjawab kapan, di mana serta untuk siapa kebenaran itu ada.”

Alhasil ketika karyanya dilemparkan ke publik, sudah dapat dipastikan menularkan kegelisahan pada banyak pihak. Maka karyanya pun sempat menjadi perdebatan yang panjang, baik dari kubu Kristen maupun Islam, mengenai keberpihakan Rayani terhadap Hawa atau Maria. ”Karena yang dari Muslim melihat, aku mengenakan jilbab tapi banyak mengutip Alkitab. Sedangkan yang Kristen menganggap ini caraku untuk mendobrak apa yang ada. Padahal yang coba aku lakukan adalah mengembalikan konsep drama agung ini pada permukaan yang lebih benar.”

Maka menurutnya, kegelisahan gender pun harus mampu menguak sejarah peradaban yang kadung terlalu lama terbentuk dalam silogisme konstruksi sosial patriarki. Karena itu sebuah karya sufistik juga harus mampu menggambarkan pemahaman keilahian yang lebih adil. ”Sebab Tuhan terlalu kerdil untuk memvonis Hawa sebagai pendosa awal.” Inilah mengapa karya sastra sufistik, menurut Rayani, pada awal penciptaannya akan selalu berangkat dari kegelisahan batin. Hingga dengan demikian, kegelisahan batin itulah yang menjadi modal untuk memperkaya batin tentang nilai-nilai keilahian. Bukan hanya sekadar simbolisasi Ketuhanan.

Dimuat pada Harian Jurnal Nasional, 08 Sept.07

Sunday, October 7, 2007

Unconditionally

Artist: Extreme
Album: Waiting For The Punchline
Year: 1995
Title: Unconditionally

So tell me what can i do
that you couldn't see through
from the very start
there is only one thing
yet to come from my heart

loving you, unconditionally
loving you, unconditionally
that's what i want to be
what you are to me

can you see why it's so hard
for me to break apart
from all the things i hold
closer to a heart
that has grown, far too cold

loving you, unconditionally
something new
to a heart yet not free
that's what i want to be
what you are to me

and though it seems impossible
when both of my hands are full
that's the only condition
that keeps me
from loving you. . .

rasanya seperti dikasih kejutan listrik :)

Monday, October 1, 2007

Suciwati : Biar Lelah, Tak Kan Menyerah



7 September lalu, merupakan tiga tahun terbunuhnya pejuang aktivis Hak Asasi Manusia (HAM) Munir Said Thalib atau yang akrab dipanggil Munir. Dan tahun ini, peringatan atas pembunuhan konspirasi ini dilakukan dengan menggelar kuliah umum yang membahas hal-hal yang diperjuangkan oleh Munir. Maka Munir Memorial Lecture pun di gelar di dua tempat. Pertama di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayahtullah, Jakarta pada 7 September dan Universitas Utrech Belanda pada 13 September.

Dalam peringatan yang digelar di Belanda, istri Munir, Suciwati merasa terharu melihat apresiasi dari universitas yang seharusnya menjadi tempat Munir menimba ilmu tersebut. Karena mulai dari para guru besar fakultas Hukum hingga Direktur Amnesti Internasional Pusat, bersedia meluangkan waktu untuk terus menggaungkan nilai-nilai perjuangan munir dalam bentuk kuliah umum. Hal-hal seperti inilah yang semakin menguatkan perjuangan Suciwati, bahwa proses pematangan demokrasi bisa jadi mengorbankan nyawa pasangan jiwanya tapi tidak akan pernah menyurutkan semangatnya. Semangat ini juga yang kemudian ditularkannya kepada buah hatinya Soultan Alief Allende (9) dan Diva Suukyi Larasati (5).

1. Bagaimana Munir Memorial Lecture berlangsung ?
Di UIN lumayan ramai pada saat hari H-nya, tapi ketika itu aku kebetulan pas sakit sehingga aku ngga bisa datang. Tapi dari apa yang diceritakan teman-teman acara itu berlangsung lumayan sukses. Hal serupa juga terjadi di Belanda, hampir dua ratus lebih orang yang datang ke acara Munir Memorial Lecture. Yang datang ada dari orang-orang Belanda dan orang-orang Indonesia yang menetap di sana. Acara ini terlaksana atas niatan Amnesti Internasional dan Partner van Ondernemende Mensen (ICCO). Selain dua lembaga itu, dosen-dosen Utrech juga ikut memfasilitasi agar acaranya dapat berlangsung. Ada satu lembaga lagi yang ikut membantu terselenggaranya acara itu adalah SIM Studie-en Informatiecentrum Mensenrecthen. Acara ini luar biasa karena mereka mempringati dengan alasan menurut mereka peristiwa Munir sangat penting, penting untuk Indonesia dan dunia.

Nilai yang diperjuangkan oleh Munir adalah apa yang ingin lebih diambil oleh mereka.
Aku pikir justru salah kalau kita hanya berpikir soal legalnya saja, tapi justru kemudian melupakan apa yang diperjuangkan oleh Munir. Nilai itu sendiri yang seharusnya dipertahankan, bahkan kalau perlu ditularkan. Hadir juga dalam acara itu Direktur Amnesti Internasional Pusat, Lilian Goncalves untuk memberikan pidatonya atas pentingnya untuk mengungkapkan siapa di balik pembunuhan Munir.

2. Pernah berpikir untuk pindah ke luar negeri, karena mereka lebih concern terhadap kasus Munir ?
Ngga ...ngga...kami itu terlalu cinta kepada Republik Indonesia, meskipun saya tau bagaimana kehidupan di sini. Ya mungkin bener ya pepatah bilang, hujan emas di negeri orang hujan batu di negeri sendiri, tetap nikmat aja di sini hahaha. Kalau soal tawaran sebenarnya banyak yang pernah datang ke saya, tapi terus terang saya justru tidak tertarik. Justru disitu tantangannya, sesusah apapun ya itulah negeri kita. Kalau kita ingin membuat perubahan, disitulah momennya.

Bahkan ketika almarhum masih hidup pun pernah ditawarkan asilum ke Perancis, tapi dia tidak mau. Ada juga beberapa ketika saya sedang melakukan kampanye di luar negeri, ada yang menawarkan langsung kepada saya tapi saya pikir tidak perlu lah. Bukan itu kok tujuan saya untuk kampanye di luar negeri, justru mereka harus men-support saya, mendorong dibukanya siapa dalang pembunuhnya di sini.

3. Apa yang dirasakan ketika pembunuhan konspirasi ini belum juga menghukum dalangnya ?
Yang pasti sakit ya, kesakitan yang aku pikir bukan aku saja yang merasakannya. Karena aku belajar dari keluarga korban. Contohnya keluarga korban ’65, mereka melihat dengan nyata siapa yang melakukan pembunuhan. Tapi itu tidak dihukum, bahkan mereka yang kemudian disingkirkan. Bagiku itu adalah cermin buat aku. Jadi aku tidak akan pernah berangkat dari dendam tapi hal yang menyakitkan ini merujuk pada adanya satu sistem yang salah. Maka sistem yang salah ini harus sama-sama didobrak, karena saya tidak bisa melakukan sendiri. Dan itu yang sedang kami lakukan saat ini.

4. Kalau kita memundurkan waktu sejenak, bagaimana reaksi Anda ketika dikabarkan Munir meninggal ?
Pertama kali, aku justru tidak percaya karena sering kali orang membuat isu yang kadang-kadang tidak benar. Yang pertama kali memberi tau aku, Usman Hamid. Lalu saya tanya, dapat kabar darimana. Dia sebetulnya ingin memastikan juga apakah saya sudah dapat telepon dari Munir ? Dan dia bilang bahwa ada yang menginformasikan Cak Munir meninggal. Meskipun shock, aku tetap rasional. Bahwasanya aku harus ngecek di tempat yang lain. Tidak hanya berdasarkan informasi dari Usman.

Jadi aku kemudian menelepon ke Imparsial, dari sana aku menanyakan nomor telepon Garuda. Kemudian aku telepon Garuda di Jakarta dan Schiphol Belanda, untuk menanyakan fakta itu. Aku juga menanyakan kepada teman-teman yang ada di Belanda. Jadi semuanya aku cross cek, dari situ semuanya tidak menjawab dengan jelas bahwasanya mereka tau dan melihat langsung jenazah almarhum. Jadi aku tidak percaya, meskipun mereka bilang bahwa mereka dapat kabar Munir meninggal. Bahkan ketika itu sudah ada yang menangis-menangis. Dan kemudian aku mendesak ke Garuda yang di Schiphol, Baru ada satu orang yang memberikan jawaban benar bahwasanya itu pa munir, aku jadi percaya. Ya apalagi yang bisa dilakukan, saya pikir itu adalah takdir.

Pada dasarnya tidak ada yang pernah siap dengan ancaman pembunuhan dan hal ini tidak hanya dirasakan oleh aku tapi juga teman-teman Munir. Maka ketika itu mereka shock dan tidak ada yang tau harus bagaimana. Akhirnya, setelah aku melihat jenazah Munir, aku iklas tapi dengan kebulatan tekad untuk melakukan sesuatu terhadap pembunuhannya. Walaupunaku yang harus mengawali pergerakan dengan menelepon langsung 108 untuk cari tau bagaimana prosedur pengusutan kematian Munir harus aku lalui. Munir selalu bilang kalau aku ini orang yang sangat rasional, tapi aku melihatnya adalah ketika aku diam saja itu akan menyakiti aku sendiri. Tapi pada prosesnya kemudian aku selalu mengajak teman-teman untuk sama-sama mengungkapkan kasus Munir.

5. Mengapa memilih Munir sebagai pasangan hidup ?
Orang yang penuh semangat, pengertian dan tanggung jawab. Dia juga mau belajar dari pasangannya, itu hebatnya dia. Kemudian ketika kita mempunyai anak, karena dia dibesarkan di keluarga yang partriaki maka tidak biasa untuk memandikan, menyuapi, dan mengurusi anak. Awal-awal dia memang risih karena di keluarganya itu adalah pekerjaan perempuan. tapi kita diskusikan dan debatkan mengenai kesetaraan jender. Dan kemudian kita sepakat bahwa mengurus anak adalah tanggung jawab bersama sehingga kita harus berbagi untuk urusan itu. Dia mau belajar dan akhirnya menikmati, ini yang romantis dari dia.

6. Bagaimana setelah ditinggalkan Munir ?
Bagi aku bukan hal yang berat, karena sejak muda sudah terbiasa independent. Jadi aku memang sudah biasa melakukan banyak hal sendiri dan ketergantungannya ku terhadap keluarga memang tidak tinggi. Dulu ketika munir masih hidup, aku juga sempat mengkritik dia karena terlalu protect terhadap aku. Jangan membuat aku sangat tergantung dan lemah, sehingga aku tidak bisa melakukan banyak hal. Itu kritikanku untuk dia kala itu, akhirnya dia pun menyadari. Hidup itu tidak selamanya harus bersama, karena pada satu titik kita bisa sendiri. Itu yang aku katakan dan dia sepakat akan hal itu. Bagi aku sebenarnya kehilangan yang sangat luar biasa adalah lebih kepada kehilangan teman dan sahabat yang sangat mengerti aku. Ya yang pasti pasangan jiwa karena buat aku munir memang lengkap untuk aku

Aku jadi teringat, sesaat sebelum dia bording, dalam sejarah kami bersama dia tidak pernah menangis. Ketika itu dia menangis dan meluk aku sambil membaca Bismillah. Karena dia merasa tidak yakin dan ingin pulang. Dia melakukan itu sampai tiga kali. Dan baru aku berpikir, mungkin itu tandanya. Ya begitulah, seandainya (sambil menghela nafas).

7. Bagaimana menceritakan kematian Munir kepada anak-anak ?
Awalnya berat banget. Tapi aku tidak mau menutupi apa-apa dari mereka. Jadi aku bilang bahwa Abah (panggilan anak-anak untuk Munir-red) tidak akan pernah kembali lagi. Abah dipanggil Tuhan karena Tuhan terlalu mencintai Abah. Dan dengan berjalannya waktu mereka mulai memahami. Aku juga selalu mengajak mereka terbuka. Misalnya ketika mereka sangat sedih karena rindu Abahnya, aku bilang itu tidak apa-apa untuk menangis.

Pernah satu kali, aku mendapati Alif malam-malam menangis. Lalu aku tanya dan mengajak dia mengungkapkan yang juga membuat aku bersedih lalu kita nangis sama-sama. Aku bilang kita berhak untuk menangis karena Abah memang orang yang sangat kita cintai dan Abah sangat mencintai kita. Abah itu tidak kemana-mana, Abah itu ada dihati dan dipikiran kita. Abah itu masih hidup, mungkin hanya jasadnya saja yang tidak bisa kita pegang. Tapi pikirkan saja tentang abah setiap saat. Saya juga mengajarkan mereka untuk berdoa minta ditemukan dengan abah dalam mimpi, setiap kali mereka rindu abahnya. Proses yang membuat mereka jadi lebih mengerti sekarang.

8. Lalu bagaimana menceritakan soal pembunuh Abah mereka ?
Mereka tau abahnya meninggal karena diracun, racunnya arsenik. Ada pernah satu hari dimana Alif, tiba-tiba marah-marah. Dia berteriak-teriak, Pollycarpus itu pembunuh. Waktu itu, pemberitaannya memang sedang marak. Ketika itu aku memang sedang sedikit waktu untuk berbicara dengan mereka karena kesibukan proses saat itu, jadi waktunya sangat sedikit sekali bagi Alif untuk bercerita ke aku. Akhirnya ketika aku coba ajak bicara, di sanalah dia mulai marah-marah dan bilang kalau Pollycarpus adalah pembunuh ayahnya. Trus saya minta dia untuk tarik nafas agar tenang. Lalu saya bilang, ’marah itu enak ngga sih?’. Dia bilang tidak enak karena sakit, akhirnya ketika dia tenang saya beri penjelasan. Bagaimana sebenarnya bukan hanya Pollycarpus yang melakukan pembunuhan itu, dia sebenarnya disuruh. Dan yang menyuruh itu adalah orang-orang dengan kekuasaan yang tinggi. Mereka adalah orang-orang jahat yang tidak perlu dicontoh oleh Alif.

Saya selalu saya tegaskan adalah apa yang telah dilakukan Munir. Bagimana Abahnya adalah orang yang sangat membanggakan dan banyak dicintai oleh banyak orang. Itu yang lebih saya tekankan kepada mereka, saya tidak mau membuat mereka dendam. Karena dengan dendam itu maka kita akan menjadi sama dengan mereka. Saya bilang dendam akan menjadikan kita orang jahat dan orang jahat hanyalah temannya setan. Sejak awal saya tidak memiliki rasa dendam apapun, buat aku itu hanya akan merendahkan diri saya sendiri. Menyamakan diri dengan mereka. Doa saya justru saya berharap mereka insaf untuk kemudian memberikan pengakuan kepada publik, sehingga proses hukumnya bisa cepat.

9. Pernah merasa lelah menjalani semua ini ?
Pasti dan itu manusiawi. Kadang-kadang saya suka stress sendiri kenapa prosesnya lambat sekali. Kadang-kadang menyesal lahir di Indonesia hahahah, tapi ya sudahlah. Dan karena sudah lahir di sini, mau bagaimana lagi selain terus berjuang sebagai bukti cinta kami terhadap Indonesia. Lelah sangat manusiawi, tapi aku tidak akan pernah menyerah.

Karena ini memang tugas berat, jadi seharusnya harus dilakukan bersama-sama. Jadi saya akan terus menyemangati teman-teman di beberapa lini untuk terus bersuara mengkritisi intelijen, atau hal-hal lain yang dapat mematangkan demokrasi kita yang masih terlalu bayi ini. Karena itu, kasus munir ini adalah kunci bagi titik tolak atas keberhasilan Indonesia menjadi lebih baik.

10. Almarhum sebelumnya sering mendapatkan ancaman. Apa yang dirasakan setelah ancaman benar-benar menunjukkan wujudnya ?
Tidak pernah siap karena siapa yang siap untuk sebuah ancaman. Dan ketika itu, teman-teman almarhum pun tidak siap. Mereka menjadi sangat shock sehingga bingung mau melakukan apa. Akhirnya ketika itu, aku yang berinisiatif menelpon ke 108 untuk mencari tau bagaimana prosedurnya memproses pengusutan kematian Munir. Terus terang sebelum aku melihat jenazahnya, aku masih belum paham apa yang seharusnya dilakukan. Tapi ketika aku melihat bahwa itu memang munir, tiba-tiba ada rasa iklas. Dan saat itu juga aku punya kebulatan tekad untuk melakukan sesuatu hal terhadap peristiwa kematian munir. Ya aku melihatnya pembunuh munir harus ditemukan, walaupun harus aku yang mengawali pergerakannya.

Munir selalu bilang kalau aku ini orang yang sangat rasional, tapi aku melihatnya adalah ketika aku diam saja itu akan menyakiti aku sendiri. Jadi aku harus melakukan sesuatu karena sudah mencurigai sejak awal. Sejak keberangkatan dia sehat-sehat saja, maka ada hal yang harus aku investigasi. Itu yang aku lakukan, ketika pertama kali. Aku kan tidak tau bagaimana peta anak NGO di Jakata, karena aku keluar dari NGO setelah menikah. Itu pilihan ku memang untuk concern ke anak-anak. Awalnya terkaget-kaget, karena aku biasa bekerja sama dengan Munir. Ketika aku mengeluarkan ide, atau resah dengan sesuatu kemudian punya ide apa yang harus kita lakukan, Munir cepat sekali menganalisa dan menanggapinya. Tapi ketika aku yang menjadi korbannya, aku tiba-tiba merasa tidak ada orang yang bisa aku andalkan kecuali aku sendiri yang mengambil langkah-langkah.

Makanya ketika aku bertanya kepada teman-teman dan hasil outopsi keluar, kita tidak punya kenalan satu pun dari Deplu ya aku nanya ke 108. Jadi aku melacak sendiri, menelponi polisi, menelponi polkam dan orang-orang yang memang berkaitan dengan kasus ini. Tapi dalam prosesnya kemudian saya selalu mengajak teman-teman.

11. Apa yang harus dibenahi dari lambatnya proses pengungkapan pembunuhan Munir ?
Kasus munir memang jelas-jelas berjalan sangat lambat. Dan yang pasti serta selalu kita hadapi yang membuat pengungkapan ini berjalan lambat adalah kekebalan hukum atau immunity. Karena ketika kita ketahui siapa pembunuh atau para pelaku dari sebuah kejahatan, di kasus HAM seperti munir, mereka justru bersembunyi di balik nama lembaga. Nah ketika mereka bersembunyi di situ, harusnya kita mendobrak di sana. Karena pada prinsipnya ketika kita ingin berbicara bahwa dewi keadilan itu matanya tertutup, itu artinya dia tidak mengenal apakah kamu memakai baju tentara atau kekuasaan ataupun uangmu, keadilan harus sama diterapkan pada mereka. Selama ini yang terjadi adalah ketika salah satu pelaku atau para pelaku yang memakai atribut militer, intelijen, tiba-tiba tumpul.

Hukum itu tidak berjalan dan itu namanya pembunuhan konspirasi. Jadi wajarlah kalau pengungkapannya berjalan lama tapikan persoalannya adalah mau tidak berubah bangsa ini? Karena badan intelijen negara ini adalah sebuah badan yang selama ini tidak pernah ada kontrol dari masyarakat dan terutama dari DPR. Tidak ada lembaga kontrolnya, karena dia hanya dibentuk oleh Presiden lewat Keppres, jadi dan pertanggungjawabannya hanya ke Presiden. Setelah itu selesai. Sementara apa yang mereka lakukan, kita tidak pernah tau apa-apa. Kan mengerikan, bagaimana mereka menyelesaikan tugas dan kekuasaannya itu sangat-sangat tercium sekali. Bahkan menurut saya sangat vulgar. Jadi ini yang harus dibenahi.

Seperti halnya almarhum dulu, kenapa dia tidak pernah bosan untuk mengkritik tentara agar menjadi lebih profesional. Karena selama ini banyak keluar dari itu, garis-garis yang seharusnya tidak dilewati justru dilewati oleh mereka. Menggunakan senjata sebagai bisnis militer, kemudian menjadi birokrat padahal dia masih menjabat sebagai tentara. Kan tidak boleh merangkap seperti itu. Itu yang seharusnya diubah. Bagaimana mungkin kekerasan tidak akan muncul dari senjata dan kekuasaan.

12. Apa istimewanya Munir ?
Aku pikir munir berbeda, dia istimewa buat aku. Karena ada banyak hal yang aku temui di munir tapi tidak aku temui di laki-laki lain. Kecerdasannya, kepekaannya, dia punya talenta, keberanian, dan hampir ada banyak hal yang nyambung dengan diriku. Jadi ada sesuatu hal yang aku harapkan dari laki-laki dan itu ada di Munir, dia bisa mengimbangi aku. Ternyata dikehidupan yang lalu, aku tidak menemukan itu. Karena banyak laki-laki yang kemudian justru membuat aku yang mendominasi. Akhirnya ketika bersama Munir, itu selalu nyambung dan sangat setara. Dan itu buat aku luar biasa. Aku berpikir, mungkin ini anugerah dari Tuhan. Ya meskipun perlu waktu lama juga untuk kemudian yakin untuk bersama dia hahahaha.

13. Memang berapa lama hingga akhirnya yakin akan mengarungi hidup bersama Munir?

Dia menyatakan cintanya, tahun 92. Tapi ketika itu aku sebenarnya keberatan, karena mungkin aku nyentrik aja hahaha. Aku pikir ketika itu aku kan mengorganisir buruh bersama dengan dia. Saat itu, kita baru saja membentuk satu organisasi yang mendukung perbaikan buruh. Dan aku termasuk orang yang sangat saklek. Ketika aku mempunyai organisasi, aku ingin profesional di sana. Aku juga sudah belajar dari berbagai pengalaman orang, ketika ada jalinan pribadi akhirnya merusak organisasi yang sedang di bangun. Karena aku lebih mendahulukan keberlangsungan organisasi ketimbang hubungan pribadi. Maka aku bilang, ketika aku bekerja sama dengan kamu dan ada hal-hal yang pribadi, terus terang bagi aku akan tidak menyenangkan. Aku selalu berpikir ke depan, ya kalau jadi terus it’s OK. Tapi kalau tidak, bisa berantem dong aku karena persoalan pribadi yang bisa ke bawa ke organisasi dan itu males aja buat aku. Hal-hal ini yang aku tekankan kepada dia. Kita sempat memikirkan akan hal ini selama seminggu tapi karena dua-duanya memang merasa ada ketertarikan akhirnya kami memutuskan untuk pacaran.

Hanya saja ketika itu kami membuat komitmen bahwa hubungan ini harus dijalani tanpa harus merusak organisasi yang kita buat. Jadi ketika itu pacaranya juga diam-diam, tidak banyak teman yang tau. Dan kesempatan pacarannya hanya ketika akan berkumpul bersama teman-teman buruh, jalan berdua ke tempat pertemuan. Itu saja waktu pacarannya hahahaha.

14. Hal teromantis apa yang pernah dilakukan Munir ?
Munir itu bukan orang yang romatis ya, karena kalau dia sudah mulai romantis aku-nya ngejek-ngejekin dia. Menurutku dia menjadi romantis setelah kita menikah, meskipun awal-awal berat juga karena banyak hal yang berbeda. Maka perlu ada adaptasi, bagaimana beda budaya itu memang harus disesuaikan. Sesudah itu justru kita enjoy sekali, kita bahkan menyesal kenapa tidak dari dulu-dulu menikahnya hahahaha.

Karena waktu berdiskusi kita berdua jadi bisa lebih intensif dan munir adalah laki-laki yang selalu mau belajar dari pasangannya. Inilah yang menurut saya hal romantis yang dilakukan munir. Setiap pagi dia selalu mengucapkan I Love You dan meskipun terbilang orang yang sibuk dia sangat memperhatikan detail dari diriku dana anak-anak. Perkembangan dan perubahan aku serta anak-anak sangat diperhatikan oleh dia, padahal ketika itu aku pikir dia tidak perhatikan karena waktunya sangat terbatas. Dan ini merupakan pembuktian Munir terhadap komitmen yang kita yakinin. Karena bagi kami ketika menikah, lini terdepan adalah keluarga. Maka kami berprinsip bahwa keluarga harus dibangun kuat baru berkoar-koar di luar.

15. Apa yang dirindukan dari Munir ?
Kehilangan yang tidak tergantikan dan yang lebih penting adalah aku merindukan orang yang bisa bersuara seperti dia, itu yang sampai sekarang belum aku temukan. Banyak orang pintar, banyak orang yang punya data tapi tidak bisa seperti dia. Banyak orang yang berani sebenarnya, tapi tidak ada yang punya talenta menganalisa seperti dia. Ini yang saya sering rasa kehilangan ketika menghadiri acara diskusi misalnya, tiba-tiba kehilangan itu muncul.

Aku bukannya mendewakan atau mengkultuskan dia. Tidak. Tapi itu hal yang aku rasakan, kehilangan figur kuat. Mestinya ada orang yang harus mengambil alih, leading di sana. Akhirnya aku harus realistis, apapun yang ada aku akan terus menyemangati anak muda. Karena anak-anak muda harus melakukan banyak hal yang penting pergerakannya tidak pernah berhenti untuk perbaikan bangsa kita.

16. Apa yang diharapkan dari Pemimpin Bangsa ini untuk kasus Munir ?
Presiden juga tidak hanya memberikan pernyataan saja, karena dia memiliki wewenang untuk menginstruksikan bawahannya. Karena dia yang mempunyai kekuasaan untuk memerintah polisi, kejaksaan, Kepala BIN. Ini bisa bisa menunjukkan bahwa dia tidak plinplan atau bahkan takut.

Karena ketika Hendropriyono menolak untuk dipanggil TPF (Tim Pencari Fakta) Munir, Presiden memang secara tegas mengatakan dia kecewa. Tapi ketika hal tersebut disampaikan langsung kepada Hendropriyono oleh wartawan, dia malah bilang ah yang bener dia kecewa ? Saya rasa tidak, karena dulu itukan dia junior saya dan saya ini komandannya. Dan itu dilakukan di ranah publik loh, seorang presiden diperlakukan seperti itu. Itu sih contoh buat aku, ya kesimpulannya ditarik sendiri saja.

Biodata

Nama: Suciwati

Anak: Soultan Alief Allende (9)dan Diva Suukyi Larasati (5)

Pendidikan: 1987-1989, Diploma IKIP Malang

Pekerjaan:

2006 - sekarang, Knowledge Sharing Officer Yayasan Tifa

2006 - sekarang, Ketua Presidium Jaringan Solidaritas Keluarga Korban

2004 - sekarang, Tim Kampanye Kasus Munir di Komite Solidaritas untuk Munir

2004 - 2006, Sekretaris Program Yayasan Tifa

1996 - 1997, Finance PT Mashill

1993 - 1995, Tim Peneliti Upah Buruh di Malang

1992 - 1993, Koordinator Kelompok Studi Perempuan Malang

1992, Sekretaris dan Divisi Buruh di LBH Surabaya Pos, Malang

1991, Tim Peneliti tentang Peran serta Masyarakat terhadap Buruh PT Sidobangun Ketindan, Malang

1990 - 1991, Koordinator Kelompok Buruh Malang

1989 - 1990, Guru SMA Cokro Aminoto, Malang

Penghargaan:

2006, Human Rights First Award

2006, Metro TV Award

2005, Asia's Heroes

Tampilan ini bebas editan karena tidak ada keterbatasan space. Adapun pada Jurnal Nasional, 2 Oktober 2007, pertanyaanya hanya sampai nomer sembilan. Karena sembilan pertanyaan untuk Suciwati. Internet memang tanpa batas.

Fariduddin Attar

Musyawarah dan Biografi Sufi

Berawal sebagai seorang pemilik toko farmasi kaya, Fariduddin Attar berubah wujud menjadi seorang sufi. Pertanyaan seorang kakek tua akan kematian membuat dirinya menanggalkan pakaian dunia dan mengenakan jubah wol. Jubah wol sendiri dalam Bahasa Arab ditulis suf yang merujuk pada jubah sederhana yang dikenakan oleh para asetik muslim. Proses inilah yang kemudian menuntun Fariduddin Attar secara gradual mengalami pemurnian hati dan jiwa, dalam Ketuhanan.

Titik nol dari pemurnian jiwa Fariduddin Attar - dijuluki Attar karena status sosialnya sebagai pemilik toko farmasi yang juga penjual minyak wangi – dimulai ketika dirinya tidak dapat memberi jawaban kapan kematian akan menghampirinya. Ketika itu seorang kakek tua bertanya kepadanya,”Dapatkah kau mengetahui kapan ajal akan menjemputmu?”. Attar yang berniat mengusir pengemis tua itu kemudian merasa malu atas ketidaktahuannya. Pengemis tua itu kemudian meyakinkan Attar bahwa dirinya dapat menunjukkan kapan kematian akan datang atas dirinya. Dan sesaat setelah itu kakek tua itu pun meninggal dihadapan Attar.

Attar yang merupakan ahli kimiawi ini merasa tersentak melihat betapa kebersatuan Tuhan dengan hambaNya bisa tergambar dalam wujud kesederhanaan manusia. Semenjak itu, Attar meninggalkan status sosialnya dan mulai melakukan perjalanan spiritualnya. ”Namun Attar hidup dalam tradisi dimana tidak terbiasa untuk menonjolkan dirinya, maka sangat sulit untuk mengetahui siapa-siapa saja yang secara resmi menjadi guru dalam pengelanaannya. Tapi beberapa nama seperti Al Ghazali, Ibnu Sina dan Hakim Sanai, diyakini memberi pengaruh dalam pengembaran tersebut,” jelas Prof. Dr. Mulyadi Kartanegara, Guru Besar Universitas Islam Syarif Hidayatullah, ketika dihubungi Jurnal Nasional beberapa waktu lalu.

Mulyadi juga menambahkan, keberhasilan Attar untuk mengumpulkan kisah para sufi sebelumnya dalam Tadzkiratul Awliya, sedikit banyak mempengaruhi pemikiran Attar. Namun karya terbesar Attar adalah pada cerita sufi yang bertajuk Manthiquth Thayr atau Musyawarah Burung. ”Dalam cerita ini, Attar menggambarkan bagaimana kebersatuan Sang Khalik dengan ciptaanNya dihasilkan oleh kemerdekaan jiwa manusia.” Bagaimana sebenarnya Musyawarah Burung bertutur?

Attar bertutur dalam bukunya, berkumpulah segala burung di dunia, yang dikenal maupun tidak. Pertemuan ini digelar untuk bermusyawarah mencari raja. Hal ini dipicu oleh burung Hud-hud yang bercerita tentang raja segala burung yang begitu agung dan mulia. Raja burung yang bernama Simurgh ini tinggal di balik gunung-gunung, maka untuk bertemu dengannya haruslah menempuh tujuh lembah.

Lembah pertama adalah lembah pencarian. Kedua lembah cinta. Ketiga lembah keinsyafan. Keempat lembah kebebasan dan kelepasan. Kelima lembah keesaan murni. Keenam lembahan keheranan. Ketujuh adalah lembah ketiadaan dan keterampasaan. Maka dengan mahadaya cinta berangkatlah para burung menuju tempat sang Simurgh. Lalu apa yang terjadi ? Berhasilkah para burung bersua dengan raja yang diceritakan Hud-hud ?

Dari ribuan burung yang berangkat, hanya tiga puluh ekor yang berhasil bertemu dengan Simurgh. Alangkah terkejutnya para burung yang berhasil bertemu dengan Simurgh, karena mereka menatap diri mereka sendiri. Dalam bahasa Persia, Simurgh berarti tiga puluh. Bila keduanya saling menatap diri mereka, maka taulah mereka bahwa mereka dan Simurgh adalah dalam wujud yang sama. Dan mereka pun meleburkan diri dengan penuh sukacita karena Simurgh berada dalam diri mereka sendiri.

”Ini simbolisasi ekspresi yang luar biasa, karena Attar tidak hanya mampu menceritakan refleksi perjalanan spiritualnya semata. Tapi dia juga memahami bagaimana jiwa manusia berperan dalam memahami kebenaran. Cerita ini juga memberikan tempat bagi kegagalan manusia dalam menemukan definisi diri dan Tuhannya. Maka perjalanan spiritual manusia tercermin dalam risalah ini,” Mulyadi berpendapat.

Dan penggunaan burung sebagai simbol jiwa manusia, menurut Mulyadi adalah untuk menunjukkan bahwa kebebasan jiwa manusia tidak bisa diperangkap oleh akal atau panca indera semata. Itulah mengapa, Attar menikmati pengelanaannya. Karena dengan berkelana, Attar tidak hanya bertemu dengan banyak pemikir tapi dia juga membebaskan jiwanya untuk semakin menguliti identitas keimanannya.

”Inilah mengapa kemampuan Attar dalam berekspresi mempengaruhi generasi berikutnya, dan hal ini diakui sendiri oleh Jalaluddin Rumi. Buat Rumi hanyalah Attar dan Hakim Sanai yang menjadi telinga serta mata bagi perjalanan spiritualnya.”

Meskipun dalam buku Akulah Angin Engkaulah Api : Hidup dan Karya Jalaluddin Rumi yang ditulis oleh Annemarie Schimmel, meragukan pertemuan keduanya. Mulyadi menyakini pertemuan keduanya benar-benar terjadi. ”Meskipun ada perdebatan akan hal ini, menurut saya pertemuan itu terjadi. Selama belum ada bukti yang menegasikannya.” Bahkan menurut Mulyadi, pertemuan Rumi dengan Attar merupakan satu momentum bagi Rumi untuk bangun dari kesedihannya setelah ditinggalkan guru tercintanya, Syamsi Tabriz.

Mungkin pepatah guru kencing berdiri dan murid kencing berlari, tepat dikenakan bagi Attar. Karena, popularitas Attar bisa dikatakan tidak seperti yang didapatkan Rumi. ”Attar ini bisa dibilang sedikit misterius, karena hingga kini riwayat hidupnya tidak jelas. Hal ini bisa jadi karena Attar tidak memiliki tarekat seperti Rumi, jadi siapa-siapa saja yang terdaftar sebagai pengikutnya juga tidak jelas. Dan ketika akhir hidupnya, Attar juga harus berhadapan dengan serangan Bangsa Mongol. Jadi sangat sulit untuk melacak jejaknya,” Mulyadi yang juga merupakan Direktur dari Center for Islamic Philosphical Studies and Information ini, bertutur.

Untuk itulah, Mulyadi menegaskan bahwa keberadaan Attar sangat berpengaruh besar dalam revolusi pemikiran Islam. Bahkan Mulyadi juga menekankan bahwa Attar yang hidup di Abad ke-12 sangat minim kemungkinannya untuk mendapat pengaruh dari pemikir Barat. Karena jauh sebelum khalifah Barat terlahir, khalifah Islam telah membangun pondasinya.

”Saya kurang setuju kalau dibilang, masa Attar dan Rumi merupakan mazhab yang sederhana. Karena bayangkan saja, Attar sendiri adalah seorang ahli kimia jauh sebelum ilmu pengetahuan Barat berkembang. Untuk pemikirnya sendiri, abad ke-12, saya rasa Thomas Aquinas saja belum lahir. Jadi pemikiran mereka masih sangat orisinil.”

Layaknya burung Hud-hud, Attar memang hanya memainkan perannya sebagai pencerita atas keberadaan raja burung yang mulia juga agung. Adalah Attar yang berhasil merangkum pemikiran Hasan Al-Bashri, sufi pertama, hingga Bayazid Al-Busthami. Dari Rabiah Al-Adawiah sampai Dzunnun Al-Mishri. Yang kemudian meningkat menjadi cerminan refleksi kualitas perjalanan spiritual manusia dalam masterpiece-nya Musyawarah Burung.

Dan setelah proses gradual pengkulitan keimanan mampu menghantarkan para-para sufi setelahnya sampai pada kesatuan hakekat dengan Tuhan, sang burung Hud-hud pun menghilang tanpa jejak. Cukup dikenal sebagai pemilik perusahaan farmasi yang disadarkan pengemis tua.

ps: atas keterbatasan halaman, tampilan pada Jurnal Nasional 29 September lalu hanya sampai pada Syamsi Tabriz. Ah Attar memang selalu ditakdirkan untuk tidak diceritakan secara utuh sepertinya. Damned, gua semakin terikat dengan Attar