Sunday, November 29, 2009

Simbol Ketulusan

Hari ini saya, bermain ke museum bersama taman belajar RUMAH SENYUMPAGI yang diasuh oleh Ika Krismantari dan suaminya, Kelik Wicaksono. Pasangan unik yang selalu tertawa, saya hampir ngga pernah liat pasangan ini cemberut-cemberutan.

Awalnya saya kenal Ika, dan saya percaya tidak ada sebuah kebetulan dalam hidup termasuk ketika Summer Academy 2008 InWEnt mempertemukan saya dengan perempuan berambut ikal ini. Awalnya kami hanya catting di YM untuk mengakrabkan diri. Sebelumnya saya beberapa kali mendengar cerita tentang dia dari pacar saya. Ini kemudian membuat saya membaca blognya diam-diam :D



Perbincangan awal kami adalah pada saat perjalanan ke Jerman, di dalam pesawat KLM, selama kurang lebih 14 jam! Entah kenapa saya merasa ingin bercerita banyak hal dengan istrinya Kelik ini, mungkin saya merasa "berhutang" karena sudah membaca cerita hidupnya sebelum kenal langsung dengannya di blognya.

Setelah itu, kita seperti bunyi tutup botol ketika dibuka, KLIK. Iya...kita nge-klik aja. Setiap malam kami tertawa-tawa di kamar dalam bahasa Indonesia selama di Hamburg. Cerita mengenai agama, perjalanan percintaan, sampai fantasi seksual wakakakaka...Fantasi...kayanya....kikikikikik.

Saya merasa sangat beruntung sekali, Sang Pengatur Cerita, mempertemukan saya dengan perempuan yang lahir 7 Desember ini. Pengalaman ke luar negeri pertama saya, benar-benar dipenuhi dengan petualangan! Belum lagi kami berdua mengalami kejadian yang menyeramkan akibat mabuk-mabukan di Berlin. Ya senasib dan sepenanggungan lah :D

Sedangkan untuk Mas Kelik, yang saya tahu dia sangat cinta dan romantis kepada Ika. Saya ingat betul, saat menjemput kami di Bandara Soekarno-Hatta, Mas Kelik membawa seikat bunga yang sangat cantik. Dan ketika mama saya senyum-senyum melihat dirinya memberikan bunga kepada istrinya, Mas Kelik hanya berucap, "Aku malu tadi ngasih liat ke tante, makanya tak umpetin..." Oooooo Mas Kelik, kau mencuri hatiku...loh kok :D

Semenjak perjalanan di Eropa, saya dan ika semakin dekat. Saya sayang sekali dengan dia karena dia begitu tulus ketika berteman. Sampai akhirnya dia bercerita dia punya taman belajar di rumahnya, Rumah Senyumpagi. "Karena anak-anak sering main ke rumahku, akhirnya aku bikin kelas aja. Kelas bahasa Inggris, dari pada cuman main-main doang." Begitu Ika bercerita melalui YM kepada saya. Ekspresi saya, "Wah Ika kamu baik banget."

"Kalau aku jadi anak-anak itu, pasti kamu akan jadi icon guru bahasa inggris yang cantik dan baik hati," komentar saya sambil disertai tanda senyum di YM. Dan kami pun tertawa bersama. Alhasil saya sering mendengar cerita tentang taman belajar Rumah Senyumpagi. Baik dari cerita Ika langsung atau melalui statusnya di FB. Saya iri, saya ingin menjadi muridnya Ika :D

Akhirnya dengan tanpa perencanaan, saya dan pacar saya mengunjungi Rumah Senyumpagi. Dengan bermodalkan panduan via SMS, kami pun sampai di rumah yang sangat nyaman. Saya duduk di antara anak-anak, maklum niat saya kan mau jadi muridnya Miss Ika dan Mas Kelik. Dan ada satu anak kecil yang mencuri hati saya, entah mengapa Nisa menatap saya dengan terpesona. Mungkin karena rambut saya seperti megalowoman :D

Belum lagi salah satu anak yang dengan lugu menyarankan Ika agar banyak makan garam, biar bisa hamil...hihihihiiihi. Anak-anak memang punya privilege untuk menjaga originalitas ekspresinya. Kenapa setelah besar kita jadi jaim ya?

Kunjungan impulsif ini bikin saya ingin bercengkrama lagi dengan anak-anak luar biasa itu. Dan ketika mendengar Ika akan mengajak mereka ke museum, saya berjanji untuk datang. Rasanya luar biasa, melihat tour guide keren bercerita dengan lugas tentang benda-benda bersejarah. Lugas, karena sang tour guide tidak seperti tour guide kebanyakan yang kaku dan pegawai negeri bangetlah. Tour guide yang ini trendi, pake kemeja kotak-kotak dengan syal melilit di lehernya. Saya kalau jadi anak-anak itu pasti naksir sama Mas Kelik, abis keren banget sih (gaya abg mode on).

Dan hari ini, saya lagi-lagi terpesona apa yang pasangan ini lakukan. Mereka bahkan sampai menyewa bis yang sangat nyaman untuk mengantarkan 18 anak dari Pondok Cabe sampai Museum Gajah. Dan anak-anak merasa sangat antusias mengisi titik-titik di kertas kuis yang mereka sediakan. Seingat saya dulu, setiap kali dikasih soal pas mengunjungi museum saya merasa biasa aja. Karena ya itu, tour guidenya bapa-bapa berseragam cokelat :D

Melihat bagaimana pasangan ini membagikan waktunya bersama anak-anak yang awalnya gemar mampir ke rumah mereka, rasanya luar biasa untuk bisa memiliki keinginan berbagi seperti mereka. Menangkap setiap ekspresi yang dilontarkan bebas tanpa dibatasi, beruntungnya anak-anak itu mengenal dua sosok orang dewasa yang mengajarkan keutuhan untuk menjadi diri sendiri.

Ah mereka berdua memang simbol ketulusan yang hidup yang saya temui dan nikmati. Keterbukaan mereka terhadap berbagi itu indah tidak hanya terbukti pada hubungan perteman yang belum lama saya jalani dengan mereka, tapi juga terlihat nyata melalui interaksi miss, mas, dengan anak-anaknya.

Cobalah berkunjung ke rumah Senyumpagi. Temukan seorang perempuan yang sangat mencintai hidup tengah duduk di depan pintu rumahnya yang bermodalkan whiteboard dan spidol, menulis tentang bahasa inggris yang sederhana. Tidak perlu menjadi yang terhebat di kelas ini karena Miss-nya masih suka lupa bahasa inggris dari sebuah kata dan mencarinya di dalam kamus di depan anak-anaknya.

Setelah belajar tanpa tekanan, giliran Mas-nya menciptakan permainan. Bisa jadi permainannya origami, hang man, atau ular tangga, yang pasti permainan sederhana yang membuat kita penasaran dan tertawa. Di akhir pelajaran, anak-anak akan diberi choki-choki yang didapat setelah mengantri dengan rapi. Belum puas bermain di rumah Senyumpagi, tenang saja Miss Ika dan Mas Kelik masih bisa dipanggil setiap kali kita melintasi depan rumahnya. Seperti anak-anak itu yang tidak bosan mengajak mereka bermain, "Miss besok olahraga pagi yuk." Atau, "Miss mau main dong."

Dear Ika dan Mas Kelik, makasih ya untuk pembelajaran tanpa hentinya. Taman belajar Rumah Senyumpagi selalu memberikan candu kepada saya untuk selalu datang, datang, dan bermain. Love you both so much :D

Tuesday, November 17, 2009

Merealisasikan 28

Hari ini Sang Pemilik Kehidupan memberikan kepercayaan kepada saya untuk memasuki ke-28 tahun hidup di dunia. Mari mendalami usia ini.

Sewaktu saya masih remaja, saya menggambarkan di usia ini saya akan menikah. Mengapa? Karena saya memprediksikan karir saya sudah lebih enak. Enak buat saya dan keluarga. Ya ini ada benernya.

Disamping itu, saya juga menyakini secara psikologis saya siap. Entah dari mana ketika itu saya bisa dapat keyakinan sedemikian bulat.

Kenyataannya....
Beberapa hari menjelang pertambahan usia, saya jadi gampang marah dan semakin egois. Ntah apa ini memang buah perjalanan karir yang lebih enak. Karena tanggung jawabnya makin besar, tingkat stres saya juga makin tinggi. Tapi saya bersyukur, amat bersykur bahkan. Karena Sahabat Kehidupan saya memberikan kepercayaan untuk masuk dalam kenaikan tanggung jawab. Saya percaya apa yang dipercayakan Dia adalah yang paling baik yang saya bisa lakukan.

Selain gampang marah, saya semakin egois. Tanya saja pacar saya, dia bertubi-tubi dapat "serangan" keegoisan saya (Maaf ya sayang). Apa ini namanya kematangan psikologis, rasanya tidak juga.

Beberapa jam lalu, saya cerita dengan seorang sahabat saya yang lama sekali tidak bertemu. Saya bilang, saya merasa aneh ketika beradu argumen dengan teman-teman lain. Saya merasa asing. Saya percaya, people do change tapi saya tidak pernah membayangkan bahwa perubahaan itu membuat kita merasa kikuk ketika berhadapan dengan mereka yang lama kita kenal tapi dengan perbedaan pemikiran. Iya, saya menjadi tidak adil jika memaksa semua orang untuk berubah ke gelombang yang sama dengan perubahaan saya. Itu mengapa, saya memilih saya yang merasa asing.

Lalu saya bertanya kepada sahabat saya itu, apa saya yang masih menjadi alien sementara yang lain sudah jadi manusia :D Teman saya menjawab, interaksi kita sudah beda jadi outputnya juga beda. Ya apa yang teman saya katakan benar, tapi saya masih bertanya, mengapa saya berubah terlalu cepat? Teman saya itu bilang lagi, semuanya masalah pengertian. Kalau kita mengerti telah terjadi sebuah perubahan pada masing-masing orang, lebih baik menganggap perbedaan itu sebagai kondisi sekarang yang diterima dengan porsi yang pas.

Iya porsi yang pas dengan mengerti ketika jalur perubahan kita terlalu cepat, lebih baik memancing pembicaraan yang umum-umum saja. Biar tidak ada yang tersakiti atau disakiti dengan kesadaran people do change.

Mungkin kecenderungan egois saya yang tinggi muncul karena saya merasa sendirian. Tidak banyak pendamping pikiran-pikiran gila saya. Semuanya berjalan sesuai aturan, sedangkan saya masih jatuh cinta dengan ketidaknormalan. Alhasil saya merasa butuh menyuarakan keinginan saya dengan berlebih agar semua orang mendengar ketidaknormalan saya dan memahaminya sebagai kewajaran. Entahlah saya sedang egois memang.

Tapi saya bersyukur, setidaknya saya bisa merasakan fluktuasi emosi yang melelahkan. Ini membuat saya ingin keluar dari kekacauan emosi dan keegoisan ini dengan cepat.

Lagi-lagi saya butuh keluar dari kepompong saya. Saya butuh menegaskan diri sebagai sesuatu di luar garis. Saya harus menjadi asing karena proses metamorfosis mengantarkan saya pada itu.

Tapi saya juga menyadari, bahwa kebutuhan menjadi asing ini seharusnya tidak membuat kekasih saya terzalimi berkali-kali. Saya hanya ingin kita menjadi asing bersama-sama. Saya takut dia saya temukan menjadi sosok yang tidak saya kenal. Dengan cara yang salah, saya coba menyadarkan dia dengan "memaksa" dia mendengarkan saya. Karena saya ingin, kita tetap pada atmosfer cinta yang sama ketika memutuskan untuk menjalani hubungan. Saya tidak mau hubungan saya yang ini berubah menjadi sesuatu yang pragmatis. Karena sudah biasa jadi tidak perlu manis-manisan atau manja-manjaan lagi. Saya ingin tetap deg-degan ketika dibonceng dia dengan supra fit.

Ya saya takut menjadi pragmatis. Saya ingin tetap hidup dengan keliaran berpikir saya. Aku berharap kamu tetep temenin aku yang. Karena ternyata, semakin kita tua kita menjadi seragam. Dan itu bukan sesuatu yang menyenangkan buat aku.

Ah umur 28 itu ternyata butuh banyak pengertian dan kesabaran. Di umur ini, lingkungan kita jadi linear. Pilihannya ditarik garis lurus itu atau menarik garis ke luar kertas. Saya sih inginnya yang kedua. Saya percaya menjadi dinamis lebih aduhai ketimbang sekedar jalan tanpa tau kenapa harus jalan. Bila kemudian ini diartikan sebagai egoisme karena tidak mau bertoleransi dengan keseragaman ya saya telan saja bulat-bulat. Toh dulu saya juga dibilang demikian saya memilih keluar dari kewajaran.

Semoga metamorfosis ini akan lebih kuat saya jalanin karena usia 28 itu dasar dari kematangan proses hidup. Jika saya sukses merealisasikannya maka saya tinggal memoles proses saya menjadi istri, ibu, dan nenek dari masa depan saya.

Ayo kupu-kupu, sudah habis waktunya menjadi kepompong. Robek kepompongnya dan lebarkan sayap, karena keliaraan itu ada di luar selubung hitam yang menyesakkan. Selamat memasuki proses baru dan selamat menikmati hidup :D

Wednesday, November 11, 2009

Fluktuasi Emosi

Entah apa yang terjadi, tapi beberapa waktu ini saya mudah sekali tersinggung dan ingin sekali diperhatikan...Tidak seperti ini harusnya saya mengisi hari...melelahkan dan menyakiti hati orang terkasih...

Ayo kupu-kupu berhentilah menyakiti diri...metamorfosis terlalu mahal jika hanya diisi dengan menghantam diri dan sekitar. Really need vacation

Sunday, November 8, 2009

3 Tahun Kebersamaan

6 November lalu, saya dan pacar merayakan komitmen kebersamaan.Hmmmm....komitmen kebersamaan, dulu pas mengawalinya, modal saya hanya rasa suka karena enak diajak ngomong dan pintar. Tapi seiring berjalannya waktu, rasa suka saya berubah jadi nyaman.

Saya bisa jadi anak kecil yang super manja setiap kali bersama dia. Benar-benar berusaha untuk membuat dia hanya memperhatikan saya. Rasa nyaman juga membuat saya tenang setiap kali bergandengan atau berpelukan dengan dia. Bahkan setiap kali kami akan berpisah, saya selalu menyelipkan doa dalam hati, meminta Pemilik Cinta untuk mengijikan kami menikmati rasa ini selamanya.

Meski berjalan lumayan lama, kami masih berbeda pendapat dalam beberapa hal. Saya termasuk orang yang cuek dan santai dalam menjalani hidup. Sedangkan pacar saya, sangat serius dan mendalami semua rutinitas dengan kening berkerut. Kadang-kadang sih saya berpikir, apa pacar saya ngga cape mikir ribet begitu? Tapi tidak jarang juga saya mengagumi pikirannya yang filosofis.

Kalau soal kesamaan, ntah bagaimana menjelaskannya secara detail, tapi saya percaya kita berdua punya passion atas apa yang kita jalanin. Itu kenapa, selalu menyenangkan untuk berbagi cerita dan "pikiran" liar bersama dia. Alhasil rasa cinta kami semakin dalam dan ini semua menyenangkan.

Kami juga sadar, pembatasan sosial atas identitas yang kami punya menjadi "kerikil" besar dalam perjalanan kebersamaan kami. Tapi kami punya keyakinan, rasa ini tulus yang kemudian membuat kami memberanikan diri untuk fight for it. Dengan mengirim beribu doa dan pengertian pada orang-orang sekitar, saya yakin semuanya akan bisa dilalui dengan segala keyakinan serta risiko yang siap diterima.

Saya hanya meminta, kami bisa berbagi hidup selamanya. Dia menjadi rekan hidup saya dan saya menjadi rekan hidupnya. Dia memenuhi gelas kasih eros saya dan saya melakukan hal yang sama dengan senang hati :D

Makasih ya sayang, buat kebersamaan ini. Kalau memperingati komitmen berpacaran saja begitu bikin kita deg-degan, pasti lebih enak kalau kita bisa memperbesar rasanya dengan komitmen hidup bersama. Karena itu, yuk kita tetap menyakini apa yang kita punya karena hanya keyakinanlah yang bisa mengantarkan alam untuk mendukung segala impian kita. Sayang kamu banget dan miss you already everytime.God bless you sayang :D

Sunday, November 1, 2009

Mengugat Identitas

Saya sedang marah,

Marah karena ternyata kita terlalu sering menilai seseorang atau lebih tepatnya menyimplikasi seseorang dari identitas yang melekat. Mulai dari apakah dia perempuan, laki-laki, suku, ras, hingga agama.

Buat saya, individu itu adalah esensi utuh yang tidak bisa hanya dirunut dalam kategori tersebut. Mungkin ngga ya, seseorang dari lahir sampai mati menggenapi hari-harinya tanpa harus dibatasi dengan identitas. Cukup disebut sebagai, ya ini Priska yang keras kepala dan punya keyakinan kuat atas apapun yang dipilihnya. Tanpa kemudian diperjelas menjadi, Priska yang anak perempuan satu-satunya dari keluarga batak yang patrilineal dan kristen itu, keras kepala dan tidak pernah mau mendengarkan apa yang dikatakan sekitarnya.

Ah saya sedang menggugat sistem sosial yang menyerhanakan proses manusia dalam beberapa penggalan stigmasasi. Saya butuh, orang melihat saya lebih lebar dari pada sekedar pengabdian pada keluarga, negara, dan agama. Karena identitas yang sederhana itu semuanya merujuk pada "pembayaran hutang" karena telah diklasifikasikan dalam tiga hal tersebut.

Ini unek-unek mendekati hari saya menjadi hidup...padahal biasanya saya merayakannya dengan ritual kontemplasi yang menyejukkan jiwa...tapi kok ya sekarang saya justru mengisi hari dengan marah-marah ya...Jangan-jangan ada yang membaca blog ini dan berujar, "Ngga bersyukur bener nih orang."

Well saya mensyukuri banyak hal, termasuk ketika saya tidak puas dengan tuntutan sosial seperti sekarang ini. Ah Tuhan, kenapa sih, Kau tidak membisikkan kepada telinga setiap manusia, bahwa ciptaanmu terlalu kompleks untuk hanya diartikan sebagai pengabdi keluarga, negara, dan agama. Saya sedang menumpuk keberanian untuk melawan itu semua, tolong bantu saya ya pencipta kehidupan.

Saturday, October 31, 2009

Perkenalan

Akhirnya hari ini datang juga, sang kekasih berkenalan dengan mamaku. Entah apa yang dirasakan pacar saya, tapi saya sudah mulai deg-degan sejak dua hari lalu. Tapi saya juga percaya, kesayangan saya bisa menghadapinya dengan baik.

Hasilnya....

Siang tadi, tepat di hari hallowen mulai jadi komersil di jakarta, saya mengajak mama dan inang tua makan di restoran bernuansa sunda yang berlokasi di Sarinah. Awalnya, pacar saya memilih tempat yang bertempat duduk tapi akhirnya kami berpindah ke yang lesehan.

Sesi memilih makanan menjadi lebih santai dan diselingin tawa, karena beberapa makanan tidak ada jadi kami memilih untuk membuat pernyataan-pernyataan lucu agar suasana lebih kondusif :D Saat makan pun berjalan relaks, karena ada sesi tanya-jawab soal bagaimana makanan kita.

Tapi agendanya bukan itu, setidaknya itu yang saya yakini ketika dari tahun kemarin, mama mengajak saya untuk bertemu dengan pacar saya. Selesai mama makan, tidak tunggu makanan dicerna halus oleh sistem pencernaan, mama mengajukan pertanyaan serius. Dan bola-bola pertanyaan serius pun semakin membulat. Saya sendiri ingin sekali rasanya memeluk pacar saya untuk membisikkan, sabar ya sayang pertanyaannya emang frontal.

Tapi pacar saya sangat tenang, dia bahkan beberapa kali menempatkan dirinya pada posisi mama saya. Dia beberapa kali mengamini dan merespon pernyataan-pernyataan yang menekan dengan bahasa yang halus serta tenang. Saya menangkap mama melakukan kontak mata kepada pacar saya ketika meluncurkan pertanyaan "misinya". Dan lagi-lagi, pacar saya tidak mengimbanginya dengan frontal tapi justru mengerti serta berharap adanya pengertian.

Ada kejadian lucu sebenarnya, ketika mama bilang bahwa restu orang tua itu paling esensi dalam suatu pernikahan. Mama meminta pendapat inang tua, tapi inang tua justru tidak mengamininya. Karena perjalanan hidupnya cukup mengantarkan dia pada esensi kehidupan yang lain. Ada rasa lega sebenarnya, sebab inang tua benar-benar menempatkan diri pada peran mediator. Tidak memihak hanya memberikan pendapat dan pengertian dari pengalaman yang dia ketahui. Reaksi inang tua yang jujur inilah yang kemudian saya twist menjadi pencair suasana. Berharap mama bisa mengerti bahwa definisi kebahagiaan dan restu orang tua tidak selamanya berjalan linear.

"Kita tidak pernah tahu apa yang terjadi di depan, tapi kita menjalaninya dengan keyakinan," inang tua sempat menimpali seperti itu. Dan pacar saya pun mengambil momen itu dengan kembali menegaskan keyakinan apa yang kami punya.

Saya ingat, menaruh tangan saya di paha pacar saya. Berharap dia bisa tahu, saya akan membantu dia dan memohon dia untuk tidak merasa dipojokkan. Tapi selain menenangkan dia, saya juga melakukan hal itu untuk menenangkan diri saya sendiri karena ada beberapa pernyataan mama yang seharusnya tidak terucap. Yah well, lagi-lagi saya disadarkan oleh pacar saya, reaksi mama adalah reaksi yang wajar diberikan seorang ibu terhadap niatan anak perempuan satu-satunya untuk memilih pasangan hidup yang berbeda agama.

Tapi pada akhirnya, saya merasa, pertemuan ini adalah awal yang baik. Karena pacar saya sempat memberikan pernyataan penutup, yang intinya berterima kasih pada mama dan inang tua yang mau menemui kami berdua. "Setidaknya saya jadi mengerti situasinya seperti apa," ucapnya dengan lembut tadi.

Ah Tuhan, mengapa sih kau biarkan umatmu menjadi ribet dengan perbedaan agama dan kesukuan. Dan mengapa harus ada terminologi, satu kapal itu harus satu nahkoda. Apa sih kepala rumah tangga itu? Toh pada prakteknya, tidak semua keputusan secara bulat diambil dan dilakukan secara utuh oleh kepala keluarga kan (baca : laki-laki). Bukankah hidup berumah tangga sebenarnya adalah esensi dari berbagi. Berbagi tanggung jawab, berbagi rasa sayang, berbagi mimpi. Tidak ada kan yang semuanya dilakukan ansich secara sendiri. Punya anak aja mesti berdua, lalu kenapa harus selalu membatasi diri dengan siapa harus menentukan apa dalam rumah tangga. Dan penentuan agama apa yang ada dalam rumah tangga, kemudian menjadi lebih aman atau mudah ketika pasangan mengayuh ke satu perairan keagamaan yang sama.

Ini sebenarnya memaksakan prinsip ketuhanan dalam berumahtangga dan bercinta. Apa iya, rumah tangga yang bertuhan sama menjadi jaminan tidak akan ada masalah. Menjadi jalan keluar yang paling benar untuk membentuk karakter anak yang mumpuni? Sepertinya semua proses tidak berjalan dengan selinier itu kan?

Adakah cara untuk membuat kedua orang tua kami mengerti? Kalau bagi mama saya, orang tua akan bahagia dan mengerti ketika kami kemudian menjadi satu keyakinan. Entah mengapa saya jadi malas mengulik tentang keyakinan. Saya jadi merasa semua orang berhak mendefinisikan kebahagiaan buat saya, tapi saya tidak berhak mendefinisikan kebahagiaan saya. Semakin besar, saya semakin benci dengan keberadaan menjadi anak perempuan satu-satunya di keluarga yang patriakal.

Terima kasih ya Sang Empunya Kehidupan, untuk memberikan pacar saya ketenangan dan kemampuan untuk menjawab semua pertanyaan. Setidaknya kami berani menghadapi tantangan hari ini, setidaknya kami berani berbicara mengenai keyakinan kami untuk berbagi hidup. Saya percaya setiap usaha akan memberikan hasil dan saya lebih percaya, apapun hasilnya itu adalah yang terbaik bagi kami. Ketika Kau memercayai kami melalui tantangan hari ini, saya percaya kami akan bisa lebih kuat lagi memasuki proses sebelumnya.

Bantu kami untuk menemukan keyakinan yang sama pada keluarga kami. Bantu kami untuk bisa menunjukkan kepada mereka, bahwa rasa sayang yang kami punya lahir dari keimanan kami menikmati serta berbagi hidup. Tolonglah percaya pada kami, hanya itu yang kami minta.

Sunday, October 25, 2009

In a deep sorrow

This is an official statement from the owner of the blog :

We are in the deepest sorrow, because the butterfly was asked to limited her own expression.

Sunday, September 27, 2009

Panas terik yang romantik

Jalan besar yang gersang menuju RS. Internasional Bintaro itu terasa sangat menggoda roda motor Honda Supra Fit untuk melaju kencang, karena jalanannya sangat lengang. Tapi dua mahluk yang duduk di atasnya tengah berburu "spanduk" masa depan.

Sambil mengendalikan Supra Fit, sang pria berkata, "Panas ya yang, kalau lagi kaya gini ban motor kempes mantep banget dah." Si perempuan, hanya menelan ludah. Maklum panas matahari membuatnya dehidrasi lebih cepat. "Haus yang, pengen minum."

Keduanya asik memperhatikan spanduk-spanduk penawaran rumah dari developer, karena itulah laju motor sangat pelan meskipun aspal yang mulus itu banyak dilewati kendaraan dengan kencang. Saking asiknya liat spanduk, sesekali si pengendali motor tidak memerhatikan adanya polisi tidur membentang di depan mata. Jadi aksi ngerem mendadak, yang tidak disukai kekasihnya pun, diterima sebagai konsekuensi jalan di jalan baru.



Tapi tiba-tiba, pengendali motor merasa kehilangan keseimbangan karena supra fit melambat seolah tak bertenaga. Keduanya menundukkan kepala melihat ban, LUAR BIASA, ban belakang kempes hingga menempel aspal dengan sempurna. Pasang kekasih ini pun saling memandang, berjuta kata melintas di kepala tapi tidak ada yang mau keluar menjadi suara.

Si perempuan turun, sambil membuka helm. Sedangkan si pengendali motor, mengulum senyum malu-malu. "Tuh kan sayang, kata-katamu adalah doamu. Makanya jangan ngomong kempes-kempes kejadian deh," ucap si perempuan sambil menyibakkan rambutnya yang basah karena disarungi helm. Si pengendali motor tidak lagi dapat mengulum senyum, "Hahahaha...is not your lucky day honey."

Alhasil keduanya pun mengiringi putaran roda motor yang malas berputar. Di depan mata yang terlihat hanya kantor-kantor yang lengan tanpa ada tanda-tanda bengkel atau tambal ban. "Alamat bisa 2 kilometer nih neng jalannya." Si langsung berkomentar, "Psssttt...watch your words...udah kamu jangan ngomong yang macem-macem, ini aja udah luar biasa."

Sepanjang jalan melawan panas, keduanya coba mencairkan kekesalan. "Pasti mobil-mobil yang lewat pada bilang, ih pasangan itu sial bener nasibnya narik motor panas-panasan. Eh itu pacaran apa tukang ojek sama penumpang ya," si perempuan coba menyindir kekasih hatinya. "Jangan gitu neng, ini kan di luar kuasa kita hehehehehe."

Saat matahari makin terasa menyengat kulit, ada bengkel. Si perempuan merasa ini adalah pertolongan, tapi semakin dekat yang terlihat adalah bengkel mobil yang tutup. "Beautifull coincidence," grutunya dalam hati. Di depan bengkel mobil yang tutup itu duduk tiga bapak-bapak yang seolah sudah biasa melihat orang menggiring motor. "Tanya gih yang, bengkelnya ada di mana," ucap perempuan yang rambutnya kemerahan.

Si kekasih hati pun menghampiri sumber informasi berharga itu. Dari jarak 100 meter, si perempuan mengamati apa yang dibicarakan kekasih hatinya dengan bapak-bapak yang tengan duduk menikmati hari. "Wah petunjukknya kayanya jauh nih," si perempuan coba membaca bahasa isyarat yang dikeluarkan sambil mempersiapkan diri jalan jauh dengan menenggak air mineral yang ditaruh dalam plastik hitam dengan dua roti sebagai bekal.

"Tenang neng, tambal bannya ada kok...ngga jauh samping honda," si pengendali motor coba menyakinkan dengan senyuman. "Emang kamu tahu di mana hondanya?" "Kita cari sama-sama ya sayang," senyum pengendali motor semakin menyungging.

Yah, panas-panas pacaran memang penuh kejutan. Mulai keringetan, kehausan, sampai sinar matahari yang rasanya sudah di depan mata, adalah kondisi yang harus diubah menjadi kenangan manis. Pasangan ini memang akhirnya menemukan tambal ban, dua sekaligus bahkan. Tidak hanya itu, petualangan mereka tidak berhenti sekedar di tambal bal karena penjelajahan untuk membuktikan bahasa iklan developer pun menemukan jawabannya.

Semua kekesalan yang diselingi dengan banyak tawa adalah harga yang pantas untuk memburu masa depan kita sayang. Ini akan jadi cerita manis untuk keturunan kita selanjutnya, Amin :D

Sunday, August 16, 2009

Bila Kita Tua Nanti

Belakangan, saya dan pacar sering bercerita tentang hidup kita saat usia senja menghampiri. Pacar saya sih ngga mau hidup sendirian saat tua, sedangkan saya mulai berpikir ngga masalah kok di panti jompo.

Sebab gua terinspirasi dengan cerita Athied soal maminya yang selalu tidak mau ngerepotin anaknya. Maminya Athied malah sudah siap sedia untuk itu, karena katanya dia akan lebih pusing kalau harus merasa ngerepotin anak-anaknya. Toh setiap anak ketika sudah berumah tangga pasti punya masalah sendiri.

Tapi pacar saya serem bayangin kaya gitu, katanya dia pengen seperti keluarga orang Indonesia kebanyakan tetap bersama anak-anaknya...yah minimal ada di satu rumah dan jauh dari panti jompo. Saya malah sempet merayu dia, "Kita kan bisa senang-senang yang...dugem bersama nini-nini dan aki-aki sesama panti jompo."

Ah saya memang selalu punya pikiran ekstrim dalam menikmati hidup sedangkan pacar saya berpikir ekstrim hanya tentang Tuhan...Tapi bener deh, belakangan saya jadi ngga takut untuk membayangkan hidup di panti jompo. Yah sesama orang tua harus berteman dengan orang tua. Ketimbang dipindah dari rumah anak yang satu ke anak yang lain. Itu lebih ironis lagi.

Saya malah berpikir, nanti kalau sudah tua ya jadi traveler aja. Mengunjungi kota yang satu ke kota yang lain. Berduaan dengan suami dan ciuman di bawah matahari senja atau di bawah bintang-bintang malam...itu kan lebih indah. Ketimbang ngebayangin hari tua cuman tidur-tiduran atau baca koran sambil duduk depan pekarangan rumah. Iya kalau ada pekarangannya kalau ngga ada?

Ah jika saya tua nanti, saya mau menikmati hiduplah. Berpetualang kaya Frederiksen di film Up...siapa bilang tua itu menyeramkan? Itu adalah waktunya matahari memberikan kesan terindah pada dunia :D

Sunday, July 19, 2009

Saya Bosan

Entah apa yang terjadi...tapi saya bosan...

Tiba-tiba saya ingin melepas kemapaman...pergi ke tempat yang saya belum pernah datangi sebelumnya. Menjalani hari-hari dengan petualangan baru. Atau menjauh dari hiruk-pikuk kota yang menuntut banyak hal dari saya...Cukup mengenal saya sebagai orang asing.

Saya tidak tahu apakah ini krisis usia mapan atau memang saya hanya bosan menjalani rutinitas yang ada. Atau jangan-jangan saya jenuh untuk selalu diikuti dengan berbagai target...target kehidupan, target kerjaan, target percintaan, dan target lainnya. Saya merasa kosong, ada yang hilang tapi saya ngga tahu itu apa.

Ah apa yang tengah terjadi padamu...ayolah bicara dan bermainlah bersamaku...

Saturday, July 18, 2009

Stop Bombing !!

Yesterday, at 7.15 in the morning, stupid terrorist bombing two international hotels in Jakarta. JW Marriot and Ritz Calton. Why they did this again. The terrorist attacking innocent people. People who not related to what they believe against they fundamental way of life.

The terrorist is a group of people with aimless mind of perspective. And on behalf of the victims who got killed because of the bombing, we will share the humanity perspective so the terrorist will understand that nothing can stop the existence of love and peace in this great universe. God bless you all

Tuesday, July 7, 2009

Michael Jackson Memorial

Even though I watched Michael Jackson Memorial from television but the sadness that fulfill the staples center, Los Angeles-California really wrenching my heart. From all the memories that brought back form all his relative and friends, you will feel how this King Of Pop share a lot of love and peace to every people surround him.

How this humble man has touch every individual all around the world to stop making barrier among human and start thinking to heal the world. He already talking about the natural damage long before we realize that global warming really happen.



But it never be easy to live as a superstar. You don't have privacy that is why every single step you had made will be criticize by other who literally don't know the real situation. Be a superstar is to let every individual in this earth to interfere your identity, love, and religion. That is why this talented superstar feel really abounded by the world. His life really represent the two side of coin. In other side he has everything that people dying to have but he also has the sorrow that people back to be excused.

And last night, the King was has the best memorial service ever. All around the world need to give their last reverence for honoring his existence. And like the song that sang by his old brother Jermaine Jackson, Smile is how the King saying goodbye to the world. According to his ex girlfriend Brooke Shields, Michael love to smile and his smile is the most sincere and pure smile she ever know.

Goodbye My Superstar, thank you for giving me the spirit and for letting me know that there are many way to express the love you for your family, friends, and the world. Thank you for embracing the life with us...God Bless You Michael Jackson.

Smile
Smile, though your heart is aching
Smile, even though it's breaking
When there are clouds in the sky
You'll get by...

If you smile with your fear and sorrow
Smile and maybe tomorrow
You'll find that life is still worthwhile if you'll just...
Light up your face with gladness
Hide every trace of sadness
Although a tear may be ever so near
That's the time you must keep on trying
Smile, what's the use of crying
You'll find that life is still worthwhile
If you'll just...
Smile, though your heart is aching
Smile, even though it's breaking
When there are clouds in the sky
You'll get by...

If you smile
Through your fear and sorrow
Smile and maybe tomorrow
You'll find that life is still worthwhile
If you'll just Smile...

That's the time you must keep on trying
Smile, what's the use of crying
You'll find that life is still worthwhile
If you'll just Smile


Monday, July 6, 2009

2 tahun 8 bulan

Waktu hanya bunyi detik yang berjalan
Dan semuanya jadi lebih bermakna ketika kita bersama melaluinya...
Semoga selalu ada ruang untuk kebersamaan kita dirangkaian waktu berikutnya.
Amin

Sunday, June 28, 2009

Ngambek Perdana

Setelah hampir 3 tahun berpacaran, akhirnya pacar saya ngambek juga. Well, saya ngga sengaja sih bikin dia ngambek. Cuman keadaan aja yang bikin kita jadi sama-sama sensitif dan milih untuk ngga banyak ngomong apa-apa.

Tapi ternyata dia malah uring-uringan ngga jelas dan sempet bikin panik. Diteleponin ngga diangkat. SMS pu ngga dibales. Soalnya malam sebelumnya, dia ngeluh lehernya sakit luar biasa. Saya pikir syaraf lehernya yang kejepit pasca kecelakaan itu kambuh lagi.

Pikiran jelek saya muncul, jangan-jangan dia kenapa-napa lagi. Walaupun sebenarnya, dalam hati saya ngga terlalu panik. Biasanya, kalau terjadi sesuatu dengan orang terdekat saya, perasaan ngga enak muncul tanpa alasan.

Untuk memenuhi rasa penasaran, saya pun datang ke tempatnya. Belum sampai pintu kamar kosnya, saya langsung tanya penjaganya apa dia udah keluar kamar dari pagi. "Wah belum tuh Mba." Saya makin panik, masa udah siang belum bangun. Dia ngga pernah bangun sesiang itu, saya membatin.

Saya gedor-gedor pintunya. Karena tidak ada jawaban dari dalam, saya gedor semakin kencang. Tiba-tiba pintu kebuka dan dia muncul dengan muka cemberut. "Sayang, aku ngambek." Sebel, marah tapi lucu juga liat mukanya yang kaya anak-anak gitu. Tapi saya milih nunjukkin marahnya, karena sudah dibuat panik semalam suntuk.

Well ini kali pertama dia NGAMBEK besar...nyebelin emang...tapi lucu juga sih...Asal jangan sering-sering aja ya....Karena ngambaek adalah "wilayahnya" perempuan *pembenaran mode on*

Love you sayang

Tuesday, June 23, 2009

Menantang Diri

Saya sangat menyadari kalau saya ini keras kepala, sangat keras kepala bahkan. Kalau tidak percaya, tanya saja pacar saya yang sudah berpengalaman membujuk rayu kalau saya sedang marah. Ngga cukup sejam atau dua jam merayunya, karena pacar saya sudah pernah menjajali merayu saya tidak henti sampai sehari semalam.

Ini bukan prestasi memang, saya sadar itu. Lagian mana ada perlombaan siapa yang paling bebal otaknya. Kalaupun ada, saya tidak akan mendaftarkan diri karena apa hebatnya jadi orang yang keras kepala.

Tapi setelah saya telisik-telisik, kebebalan seseorang itu lahir karena dia punya rasa penasaran yang besar. Dan dia tidak akan berhenti menantang dirinya untuk berada pada ranah penasaran kalau pihak seberang belum merasa harus mengalah. Yah ini bahasa lain dari orang keras kepala tidak mau disalahin sebenarnya. Itu kenapa dia akan menunggu sampai tahun kuda kalau perlu, agar pihak yang dihadapinya dengan "sukarela" mengalah.

Beberapa waktu lalu, saya memberanikan diri untuk menantang sekitar saya. Tapi saya gagal. Saya mengalah. Ya tidak 100 persen mengalahlah karena sekitar saya juga melunakkan persepsinya. Mereka mundur satu langkah dan saya melakukan hal yang sama. Sejauh ini sih, diri saya masih bisa menyesuaikan win-win solution yang ditawarkan tapi entah kenapa saya masih merasa harus menggenapi tantangan tersebut. Tantangan yang membuat sekitar saya kepanasan. Apa emang sudah waktunya saya bermetamorfosis kembali? Atau kempompong yang sekarang cukup tebal untuk diterobos?

Ah entahlah, saya hanya perlu menelisik kata hati saya. Apa yang sebenarnya saya butuhkan dengan tingkat kedewasaan yang semakin menua. Mudah-mudahan ada titik terangnya.

Saturday, May 30, 2009

Tanggung Jawab Itu Saya Terima

Mungkin memang ada benarnya ucapan yang mengatakan, "kata-katamu adalah doa." Saya sering mengalami ini. Dan saya bersyukur karena kata-kata saya yang terbaik yang menjadi doa dalam kenyataan.

Dulu sewaktu masih jadi mahasiswa, saya begitu mengagumi Jerman karena konsep Jurnalistik Jerman lebih original. Lalu saya membatin, semoga satu hari saya bisa ke sana untuk belajar. Lima tahun lebih setelah kata-kata yang dalam kepala itu terucap, saya mendapat kesempatan untuk fellowship di Jerman. Ya cuman pelatihan sih, sebulan doang lagi. Tapi buat saya itu salah satu legenda pribadi saya yang tercapai. "Saya telah melihat piramida itu," ucap Santiago seraya menitikan air matanya.

Selepas kuliah, saya menganggur hampir setahun lebih. Alasannya idealis, saya ingin bekerja di media yang menulis tema-tema yang saya suka. Inceran saya saat itu, Majalah Basis. Majalah filsafat kebudayaan yang emang ngga perlu reporter karena semua tulisannya adalah kiriman orang-orang pinter :D Tapi saya tetap membatin, saya ingin satu saat realitas yang berkorban demi saya. Mau mengakui bahwa saya bisa melakukan apa yang saya suka dan dibayar.

Dan legenda pribadi saya yang ini, tengah saya lakoni selama sebulan ini. Bekerja sebagai editor di majalah online PreventionIndonesia.com. Saya merasa sangat bersyukur karena media online ini membahas mengenai kesehatan dan perempuan. Wilayah yang menurut saya sangat mewakili nafsu intelektualitas saya selama menjadi buruh tinta.

Banyak tanggung jawab yang ditawarkan ke saya. Mulai harus bikin tema, polling, ngedit sampai mulai mencari cara agar tetap berjalan dengan "asupan" yang menyehatkan. Saya semakin tersadar ketika seseorang mengatakan pada saya, "Kita udah di level manejerial jadi harus mulai mikir gimana semuanya biar laku." Jujur saya kaget, karena sebelumnya saya terlalu asik dengan hanya liputan dan memberikan laporan dalam bentuk tulisan. Dan kini saya ditantang untuk bisa memimpin, kreatif, dan bertanggung jawab pada pembaca.

Kadang saya merasa, Am I not to fast for this. Tapi saya kubur dalam-dalam rasa itu, saya takut otak merekamnya menjadi doa. Saya percaya, ketika Santiago memilih untuk meninggalkan apa yang dia punya untuk mencari sesuatu yang sebenarnya hanya berupa ide, dia sudah mengerti bagaimana agar sampai pada pewujudan ide itu. Kalau Santiago berani, kenapa saya tidak.

Saya semakin yakin, ketika baru 5 hari kerja, kantor memfasilitasi saya dengan laptop. Iya laptop, barang yang dari 2006 saya pengen-pengen tapi selalu gagal untuk alasan ekonomi. Saya sangat diberkati, laptop ada di tangan tanpa harus membayar seperak pun. Cuman pegel aja, setiap hari harus luntang-lantung bawa barang berat itu. Tapi well semuanya harus membawa sesuatu untuk sampai pada legenda pribadi berikutnya kan.

Kepada Sang Pencipta Legenda Pribadi, saya percaya Dirimu tidak pernah mencelakai kekuasaanMu sendiri. Ketika Kau memutuskan untuk memberikan semua ini padaku, Kau pasti tidak tengah bermain dadu apakah aku bisa atau tidak. Kau yakin aku bisa dan aku yakin itu. Dan dengan segala keyakinan yang Kau selipkan di dalam kepalaku, biarkan aku menjadi padi menundukkan kepala bukan karena kalah tapi karena begitu rindu untuk membagikan apa yang ada ke bawah. Plus, mampukan aku tidak sekedar menjadi daging yang melongo tanpa makna. Biar daging yang bisa melahirkan ini, bertanggung jawab atas hidup yang Kau beri dengan menikmatinya seutuhnya. Dengan segala kerendahan hati, mari jalan bersamaku ke Legenda Pribadi yang berikutnya.

Monday, April 27, 2009

Makan Siang ala Komandan Polisi

Siang ini, saya dan pacar saya memilih untuk makan siang di Gado-Gado Bobplo. Maklum, pacar saya baru tiba dari pengembaraanya di negeri Jiran. Jadi hasrat untuk makan-makanan tradisional menggebu-gebu. Kembali ke lidah asal.

Saat kami sedang menikmati gado-gado yang identik dengan bumbu kacang yang kental, tiba-tiba ada seorang Bapa mengisi bangku-bangku di hadapan kami. Satu meja terdiri dari empat bangku dan Bapa berkulit putih itu menempati satu meja khusus. Gayanya sangat santai sekali, tidak terlihat kelaparan berat seperti kami.

Tidak lama setelah Bapa itu duduk, datang seorang pria tinggi menyeret kursi dari meja sebelah Bapa tersebut. Pria tinggi berseragam coklat ini dengan cekatan memanggil pelayan. Setelah pelayan menangkap lambaian tangan, pria tinggi berseragam, mengarahkan telunjukkan ke meja Bapa putih bertubuh sedikit gempal.

Ternyata pria tinggi berseragam tidak sendiri, di belakangnya tegap berjalan dua polisi. Dua polisi menyeret bangku dari meja yang sama dengan pria tinggi berseragam. Saya berbisik pada pacar saya,"Kenapa mereka ngga duduk satu meja aja ya yang?" Pacar saya hanya membalas, "Psssttt...nanti kedengaran."

Belakangan, datang juga seorang pria bersafari hitam dan berkaca mata. Pria tinggi berseragam, menyilahkan pria bersafari untuk duduk di sampingnya. Saya berasumsi, pria putih berbadan gempal itu pastilah petinggi instansi tertentu. Pria tinggi berseragam adalah ajudannya, ini diperkuat karena selalu membawa tas hitam yang menyerupai agenda. Sedangkan pria bersafari hitam adalah supirnya.

Sang pria putih berbadan gempal, selesai memesan makanan dan meminta sesuatu pada ajudannya. Yang terdengar oleh saya, hanyalah balasan Sang Ajudan. "Siap komandan," seraya menyerahkan dua buah handphone.

Komandan menekan keypad dan berbicara, "Tadi pagi, saya sampai bandara jam 09.30 ...." saya tidak mendengar jelas apa kata komandan ini karena lagu yang diputar restoran berpadu dengan suara hujan yang deras. "Saya sudah lama pakai jasa perusahaan Anda."

Tidak lama kemudian, makanan komandan datang. Tungku kecil berwarna perak mengeluarkan asap dengan aroma yang nikmat. Sang Komandan,kembali memanggil ajudannya. Memberikan perintah dan ajudan pun menghampiri pelayan. Sesaat kemudian,pelayan datang membawa gelas berisi air panas.

Air panas diterima dengan sigap dan memasukkan sendok serta garpu ke dalamnya. Setelah terendam beberapa detik, komandan mengangkat sendok garpu tersebut dan mengelapnya dengan tisu. "Wah higienis sekali," batin saya.

Tiba giliran pelayan mengantarkan makanan para pendamping komandan. Uniknya sebelum makan, mereka punya kata sandi. "Mohon ijin komandan untuk makan." Sang komandan dengan santai atau bahkan setengah tidak peduli karena sedang menikmati makananya hanya mengganggukkan kepala.

"Wah makan aja minta ijin," saya tidak tahan untuk tidak berkomentar. Pacar saya yang awalnya tidak peduli untuk berkomentar, akhirnya mengeluarkan suara, "Hah masa sih?!?"

Mereka makan selahapnya dan usai komandan selesai makan, ajudan memberikan sebungkus rokok dan matches. Sang Komandan menyalakan rokok sambil menghisap dalam-dalam. Saat kepulan asap rokok dihembuskan, handphone komandan berbunyi. "Iya, saya ini sebenarnya ingin marah kepada Ibu. Ibu tau, bawahan itu tidak mengeri konfirmasi..." Komandan mengeluarkan uneg-uneg dan para ajudan menikmati makananya.

Selesai menunjukkan kekuasaanya pada perusahaan taksi yang melakukan kesalahan, komandan bercerita. "Ibunya bilang, maaf Pa atas kinerja bawahan saya," sambil ketawa cengengesan. Ketawa cengengesan inilah yang membuat saya sedikit tidak nyaman. Rasanya komandan puas menggunakan kekuasaanya untuk dilayani bak raja. Berbagi cengengesan dengan bawahan menunjukkan betapa dia punya pengaruh, jadi jangan macam-macam sama dia.

Kenapa komandan bangga sekali mengintimidasi. Dia tidak memberi peringatan dengan tendensi mengedukasi tapi lebih kepada, layani saya dengan baik atau kalau tidak perusahaanmu celaka. Para ajudan ikut cengengesan sambil mengucapkan, "Siap komandan....siap setuju komandan." Tidak hanya itu, mereka memperhatikan detail cerita komandan, seolah hal itu patut ditiru agar ketika kejadian yang sama terjadi semuanya mempunyai guru untuk amalkan.

Selesai menghisap rokok, komandan meminta ajudannya untuk membayar. Dompet berbentuk agenda itu dibuka, ajudan mengeluarkan lembaran ratusan ribu. Saat menunggu pelayan menyerahkan bukti rincian, komandan memberikan intruksi. "Ayo kita jalan sekarang." "Siap komandan," semuanya menjawab sambil berdiri padahal di tangan mereka rokok baru saja dinyalakan. Hisapan awal menjadi hisapan akhir.

Komandan berjalan di depan, ajudan bertubuh tinggi memeriksa meja. Memungut bungkus rokok dan matches. "Hatssssimmmm...." ajudan bersin seraya mengambil tisu. Tisu tipis yang menyentuh hidungnya yang berair itu, digumpalnya dalam genggaman tangan. Setelah itu tisu diletakkan sembarang di kursi kosong yang melintasinya. Kenapa dia tidak buang di tempat sampah ya? Apa dia tidak takut, kalau satu hari komandan memilih duduk di kursi yang telah ditempeli virus flunya?

Ah ternyata makan siang bersama komandan tidak seru. Penuh perintah dan terlalu dimanjakan. "Namanya juga komandan neng, raja kecil"ucap pacar saya sambil meledek.

Tuesday, April 14, 2009

A Sign

Pernahkah kamu ngerasain pengen sesuatu teramat semangat tapi tidak yakin apakah hal itu yang terbaik. Bila di posisi seperti ini yang biasa saya lakukan adalah meminta petunjuk Sang Empunya pertanda.

Kalau memang apa yang diinginkan yang terbaik, diukur berdasarkan Sang Pemberi Tanda melancarkan segala sesuatunya. Tapi kalau apa yang diinginkan bukan yang terbaik, ya tidak perlu proses yang lancar.

Tapi lucunya, pertanda yang saya inginkan mengalami pasang surut. Untuk satu waktu semuanya dimudahkan. Lalu tiba-tiba, mendekati waktu eksekusi mejewantahkan keputusan, ada aja rintangannya. Dan ketika memutuskan untuk membatalkan pengejewantahan keputusan itu, kemudahan diberikan lagi.

Kalau kondisinya seperti itu, apakah itu pertanda baik atau pertanda buruk. Pertanda bahwa sesuatu yang kita inginkan itu baik buat kita atau sebaliknya?

Gimana sih caranya menilai sesuatu yang subjektif dengan kaca mata objektif? What is a good sign or what is a bad sign...Oh now give me a sign ...

Friday, April 3, 2009

Semangat Rock n Roll

Sewaktu masih kuliah dulu, saya terbuai dengan jemantik jari Jim Hendrix di gitarnya. Tidak sampai disitu saja, saya malah semakin menjadi-jadi. Suara David Bowie yang serak-serak gimana gitu, berhasil membuai saya.

Entah atas nama totalitas atau penjiwaan yang mendalam, saya pun mulai berdandan ala rock n roll. Ikat pinggang paku-paku melingkar di pinggang saya. Bahkan tas kuliah saya dipenuhi dengan pin-pin bernada rock. Plus saya punya kaos bertuliskan ROCK, besar-besar.

Tapi entah kenapa, seorang teman saya malah memanggil saya Avril Lavine. Emang sih, ketika itu Avril lagi naik daun, cuman saya masih belum bisa mengerti kenapa saya diidentikan dengan penyanyi pop rock belia itu.

Alhasil teman-teman satu jurusan memanggil saya dengan sebutan Mba Avril. Sempat ngga suka dengan panggilan ini, karena bukan saya banget. Usut punya usut, panggilan itu terinspirasi dari ikat pinggang paku-paku yang melinggar yang menjadi salah satu aksesoris si Avril itu. Yah apalah arti sebuah panggilan. Pokoknya saya cinta David Bowie dan sejenisnya, bukan Avril.

Saya pikir, semangat mencintai rock n roll ada hanya karena jiwa muda saya...Kalau katau Bang Rhoma, "Darah muda...darah yang berapi-api." Tapi Bang Rhoma tidak pernah benar memang :D Karena saat ini saya sedang dibius oleh kekentalan musik rock n roll ala The Changcuters.

Tanpa sengaja saya menonton ditelevisi saat mereka meluncurkan album teranyarnya, The Changcuthers dan Misteri Kalajengking Hitam. Saya meresapi sekali permainan bass, melodi, dan drum yang dipadu dengan suara melengking bergelayut. Meskipun liriknya masih berbau santai, tapi musik yang ditampilkan cukup ampuh membawa saya pada identitas musik Mick Jagger dan kawan-kawan. Saya pun tidak memindahkan channel, saya simak dengan khusyuk karena saya penasaran dengan trik yang dilakukan Tria bersama kawan-kawannya.

Meskipun liriknya bernada santai dan jenaka, tapi mereka cukup jelas melemparkan semangat rock n roll sebagai kemasan yang kasat mata. Saking kasat matanya, saya sampai berniat untuk membeli album baru mereka. Setelah itu saya download ke mp3 saya agar bisa saya dengarkan dengan volume tertinggi, ketika saya menyusuri jalan di mana saja.

Dulu ketika kuliah, saya melakukan ini dari Setiabudi sampai Jatinangor. Saya menghadirkan penyanyi-penyanyi edan rock n roll era 80-an di kepala saya. Saya menjadi egois, dengan membiarkan mereka hanya menyanyi untuk saya di dalam bis damri yang melaju di jalan tol. Orang yang duduk di samping saya, hanya kebagian getah mendengar sayup-sayup sambil menggelengkan kepala atas volume mp3 yang membetot telinga saya.

Tujuannya hanya satu, mematik adrenalin saya agar apapun yang saya hadapi setiap harinya sekuat teriakan penyanyi rock n roll. Seperti Mick Jagger yang membuka rongga mulutnya lebar-lebar untuk menyampaikan kecanduannya pada musik cadas yang hanya memerlukan gerakan kepala yang normal alias tanpa head banging ala hard core.

Ah rasanya saya akan kembali memiliki kebiasaan lama, mendengarkan musik itu untuk keegoisan diri. Tapi tanpa ikat pinggang paku-paku tentunya....ah atau malah akan lebih afdol dengan ikat pinggang paku-paku? Well we see :D

Wednesday, March 18, 2009

Mencuri optimisme

Rabu (18/3), melalui sambungan internet saya dan my ice cream maker berbagi cerita. Sebenarnya tidak seratus persen cerita, angan-angan lebih tepatnya. Kita berhayal :D

Berhayal kalau salah satu diantara kita mendapatkan beasiswa. Pengalaman berpisah beribu-ribu mil dalam satuan waktu tertentu, membuat kita semakin menyadari betapa kita tidak bisa jauhan. Alhasil kita berhayal.

Bila salah satu diantara kita dipercaya bersekolah ke luar negeri, kita akan tetap bersama. Yang tidak dapat beasiswa mengikuti yang dapat. Lalu apa yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan hidup? Ya bekerja. Bisa dengan mengirimkan tulisan mengenai objek wisata atau tempat unik. Bisa juga kerja di kedutaan karena kalo hanya kerja jadi waiter, cuman meras tenaga tanpa tambahan knowledge.

Hayalan membuat kita percaya bahwa setiap situasi ada jalan keluarnya. Hayalan membuat kita percaya bahwa setiap kondisi ditentukan oleh kita. The power is on our hands.

Mencuri optimisme, itulah nikmatnya berhayal. Kita jadi tidak kecut menghadapi realita. Apalagi kalau kita punya teman dalam berhayal. Rasanya seperti ada teman yang menyakinkan kita bahwa optimisme yang dicuri itu bisa jadi kenyataan. Ah indahnya berhayal...indahnya mencuri keberanian untuk mengalahkan penatnya realita. Jadi, mari berhayal bersama!!!

Monday, March 9, 2009

Hmppffff...

Saya kelelahan...
Saya jenuh luar biasa...

Saya marah teramat dalam,
sedalam rasa dendam saya kepada ular yang konon menjatuhkan manusia ke dalam dosa.

Saya merasa sudah waktunya....
sudah waktunya untuk melakukan pernyataan tegas.

Dan ketegasan itu tengah menunggu waktu untuk menjadi nyata.
Karena kini, saya tidak peduli apa yang mereka beri untuk saya.
Seperti ketidakpedulian saya untuk memberi yang terbaik untuk mereka.

Ini memang sudah menjadi saatnya!!!!

Monday, February 16, 2009

Hidup Adalah Pertunjukan Sirkus

Hidup itu sirkus. Ada yang rela dikurung bareng singa atau beruang di depan ratusan orang. Hidup menjual rasa takut dan keberanian secara bersamaan.

Ketika yang dikurung terlihat ketakutan, Sang Penonton akan memegang kursi erat-erat atau bahkan menutup mata. Ketakutan inilah yang dibayar Sang Penonton ketika lembaran uang ditukar menjadi selembar karcis.



Melihat ketakutan dari para Sang Penonton, yang terkurung menaikkan tawarannya, dramatisasi. Dan atas nama etika performance, kurungan pun ditutup. Sang Penonton menutup telinganya dengan tangan sekuat mungkin, tujuannya agar tidak terdengar jeritan yang terkurung.

Tiba-tiba lampu dimatikan. Gelap dan hening. Para Sang Penonton terhentak ketika mengeluarkan auman terdasyatnya. Para Sang Penonton kesulitan bernapas, ini adalah reaksi biologis tubuh. Ketika ketakutan menghujam, jantung akan memompa cepat dan menuntut hidung menghirup cepat. Tapi otot paru-paru terlalu lemah untuk dipaksa, alhasil tersengal adalah kondisi logisnya.

Inilah klimaks dari rasa takut, kematian. Kematian selalu menjadi pintu akhir dari napas yang tersengal. Maka jangan heran jika bertemu dengan rasa takut, kematian akan menghampiri.

BLAR!!! Yang terkurung bersuara, coba menarik para Sang Penonton dari dramatisasi ketakutan dan kematian. Namun para Sang Penonton belum tersadar, mereka coba memilih realitas kematian dalam ketakutan atau imajinasi ketakutan dalam kematian?

YA!!! Yang terkurung kembali berteriak sambil bertepuk tangan. Tepukan tangan adalah tanda berhentinya mantra. Tepukan tangan adalah simbol kehidupan. Dua tangan bersatu menghasilkan suara karena ada udara yang bergetar. Inilah eskalasi kehidupan, semua elemen harus bersatu untuk menggelembungkan pentingnya hidup mempunyai arti.

Para Sang Penonton terhenyak dan membelalakan mata. Ternyata hidup menuntut banyak hal. Para Sang Penonton tidak bisa memutuskan keberadaanya dalam drama ketakutan, karena Yang Terkurung adalah penjagal kehendak bebas.

Sambil menyeringai, Yang Terkurung lari dan menari. Ini dilakukan untuk menyakinkan para Sang Penonton bahwa dirinya tidak sedikitpun terluka dari cengkraman singa. Namun dalam hati Yang Terkurung berbisik, "Sirkus adalah kehidupan terbaik di alam semesta ini. Tidak ada yang lebih sempurna dari menggenggam kehendak bebas semua orang."

Bisikan dalam hati yang dibungkus melalui senyum tipis Sang Penghianat dihargai tepukan meriah dari para Sang Penonton. Bahkan para Sang Penonton memberikan penghormatan tinggi dalam etika pertunjukkan, tepukan kehormatan. Dengan gegap gempita para Sang Penonton menitipkan suara dalam kepala mereka,"Terbebas dari rasa takut dan sensasi kematian memang luar biasa. Hidup memang indah." Para Sang Penonton lupa bahwa mereka tidak secara langsung memasuki kematian. Mereka hanya menikmati sensasinya dan menitipkan nyawa pada Yang Terkurung.

Bahwa hidup adalah sirkus untuk memutuskan siapa yang harus berakrobatik dan siapa yang harus merasa sangat puas dengan hanya menitipkan nyawa. Hidup adalah sirkus untuk menggadaikan kebebasan berkehendak.

Friday, February 13, 2009

Long distance love letter

To : My Ice Cream Maker

At 14 February 2009 along with the romantic songs from radio and pink color in the magic box (read : television), here I am siting writing love letter to my honey :)
Well this is not our first valentine day, but since you thousand miles away, I think it will be romantic to sent you the love atmosphere trough my digital diary.

Sayang, I'm always happy every time I near you. You treat me more than great. Wonderful maybe the closest word to describe it. Well sometimes we fight because simple reason but most of the time we fall in love for the essential reason. For me those experience is amazing and I want to have more. Because every time I'm with you, I know how to embrace devoutly and thanked God for trusting me to enjoy all of this.

Please come back soon, so that you can spoil me again :) Happy valentine day ya sayang, I love you with all my heart. God Bless Our relationship :) (I'm trying to teased God by saying this blessing thing)
From : Tangerine

My gift for you :

I'm Yours
By : Jason Mraz

Well you done done me and you bet I felt it
I tried to be chill but you're so hot that I melted
I fell right through the cracks, now I'm trying to get back

Before the cool done run out, I'll be giving it my bestest
And nothing's going to stop me but divine intervention
I reckon it's again my turn to win some or learn some

But I won't hesitate no more, no more
It cannot wait, I'm yours

Well open up your mind and see like me
Open up your plans and damn you're free
Look into your heart and you'll find love love love love

Listen to the music of the moment baby sing with me,
All of peaceful melody
it's our God-forsaken right to be loved loved loved loved loved

So I won't hesitate no more, no more
It cannot wait, I'm sure
There's no need to complicate, our time is short
This is our fate, I'm yours

D-d-do do you, but do you, d-d-do

I've been spending way too long checking my tongue in the mirror
And bending over backwards just to try to see it clearer
But my breath fogged up the glass
And so I drew a new face and I laughed

I guess what I be saying is there ain't no better reason
To rid yourself of vanities and just go with the seasons
It's what we aim to do, our name is our virtue

But I won't hesitate no more, no more
It cannot wait, I'm yours

Come on and open up your mind and see like me
(I won't hesitate)
Open up your plans and damn you're free
(No more, no more)
Look into your heart and you'll find that the sky is yours
(It cannot wait, I'm sure)

So please don't, there's no need
(There's no need to complicate)
There's no need to complicate
(Our time is short)
'Cause our time is short
(This is our fate)
This is, this is, this is our fate
I'm yours

Oh, I'm yours
Oh, I'm yours
Oh, whoa, baby you believe I'm yours
You best believe, best believe I'm yours

Tuesday, February 3, 2009

Kelelahan

Ntahlah, mungkin saya sedang jenuh atau saya kecapean, tapi saya sedang merasa bosan luar biasa. Rutinitas membuat saya kelelahan, mungkin juga karena saya sedang terserang flu berat jadi cepat cape.

Saya ingin liburan panjang. Ingin membaca buku seharian sambil duduk-duduk di pelataran museum atu gedung tua. Saya ingin belanja baju atau sepatu sampai mabok.

Gimana ya caranya kita bisa dibayar dengan melakukan hal yang kita sukai? Hmmm...sepertinya saya benar-benar kelelahan. Saya butuh "opium" baru nih. Saya butuh baca jurnal perempuan, basis atau novel vulgar Ayu Utami. Saya butuh merasakan ekstase dari kontemplasi pikiran yang melumut tanpa arti.

Ah sayang,kamu pake ke luar negeri sih. Aku butuh terjerembab dalam pikiranmu yang ngga jelas. Atau menarik kamu dalam kontruksi genderku yang berlabirin. Ah...aku emang butuh ngomong dengan vocabulary ngga jelas seperti konstruksi gender yang berlabirin. Apaan lagi tuh artinya hihihihi...tapi aku suka istilah itu :D

Monday, January 26, 2009

Long distance again





Pacaran jarak jauh atau long distance zaman sekarang memang lebih mudah, thanks to the technology. Tapi rasanya selalu ngga enak untuk berada di bentangan ribuan kilometer. Maklum saya perempuan yang menikmati ketika dimanja pacar saya :D

Ini memang bukan pengalaman kali pertama kami pacaran jarak jauh. Kurang lebih dua tahun lalu, selama enam bulan saya memanggil pacar saya 'Bang Toyib', karena dia harus meliput berita di Bali. Dan tahun kemarin, saya hampir tiap hari menerima sms kangen luar biasa selama sebulan dari pacar saya yang di Jakarta, sedangkan saya di Jerman.

Dua pengalaman itu memang bisa jadi guru untuk hubungan jarak jauh selama tiga bulan. Kesayangan saya harus mengikuti pelatihan di negara pengeruk pasir pantai Indonesia. Iya sih kali ini ngga selama waktu dia ke Bali atau sejauh waktu saya ke Jerman. Tapi rasanya tetap ngga mudah.

Saya inget betul sewaktu mengantar dia ke bandara sebelum terbang ke Bali, saya nangis sejadi-jadinya waktu dia boarding. Saya telepon dia tanpa bisa bersuara, cuman sesenggukan aja. "Kamu mau aku keluar lagi yang?" dia lembut banget ngomongnya. Cara dia menenangkan saya sebenarnya yang ngangenin.

Dan seminggu sebelum berangkat ke Jerman, pacar saya kecelakaan motor. Ini bikin saya tambah sedih, karena saya tidak bisa menemani dia terapi untuk syaraf lehernya yang kejepit. Selama seminggu itu, dia juga merasa sedih karena bakal sendirian pascakecelakaan. Pacar saya parnoan, maka ketika saya bisa menghilangkan keparnoannya dari jarak jauh, bener-bener ngangenin.

Beberapa hari lalu, saya dan dia mengucapkan berkali-kali betapa kami saling menyangi satu sama lain teramat sangat. Kata keterangan berkali-kali menunjukkan betapa kami sangat menyadari bahwa terpisah ribuan kilometer, tidaklah mudah. Karena, kami terlalu nyaman saat bersamaan dan rasanya tidak sempurna kalau tidak berdekatan.

Untuk menciptakan kenyamaan jarak jauh, pacar saya menyarankan agar saya menulis puisi-puisi Jalaluddin Rumi setiap harinya di blog ketika dia harus enam bulan di Bali. Tapi saya hanya memberikannya beberapa, karena saya lebih suka telepon-teleponan berjam-jam. Ini membuat biaya telepon kami membengkak. Dan sewaktu saya ke Jerman, setiap hari bisa lebih dari sepuluh sms saya kirim untuk menghadirkan dirinya dekat saya. Lagi-lagi, ini membuat bayaran telepon saya sampai Rp 1 juta!! But it worth it :D plus dia ikut menyumbang kok hihihi.

Selain berkali-kali mengucapkan betapa kami saling mencintai, kami juga bilang "Jangan nakal-nakal ya sayang." Ini biasa diucapkan sambil tersenyum biar senyum saya terpatri di kepalanya setiap kali melihat perempuan berbaju merah. Atau ketika dia mengatakan kalimat itu, dia akan mencium kening atau memeluk saya. Saya yakin tujuannya sama dengan saya, cuman tanpa perempuan berbaju merah :D

Ah sayang, I miss you already. Please come back soon coz you complete me when we were together. Bahkan kamu belum jalan aja, aku udah smsin kamu untuk 'melaporkan' hal-hal yang ngga penting. "Kamu kan suka mencuri perhatianku yang," itu katamu meresponi smsku yang cuman bilang aku mimpi seram atau sakit perut karena menstruasi.

I love you honey, I love you million times and don't be naughty ya :D

Monday, January 19, 2009

Common People

Perhatikan lirik dibawah ini,
Judulnya Common People yang dinyanyikan oleh Band alternatif asal Inggris, PULP.
Liriknya seperti orang curhat dan curhatannya adalah sebuah satiran untuk menjadi orang kebanyakan. Apakah menjadi orang kebanyakan adalah sebuah satiran? Hahahaha...yang pasti saya suka lagu ini.





She came from Greece she had a thirst for knowledge,
she studied sculpture at Saint Martin's College,
that's where I,
caught her eye.
She told me that her Dad was loaded,
I said "In that case I'll have a rum and coca-cola."
She said "Fine."
and in thirty seconds time she said,

"I want to live like common people,
I want to do whatever common people do,
I want to sleep with common people,
I want to sleep with common people,
like you."

Well what else could I do -
I said "I'll see what I can do."
I took her to a supermarket,
I don't know why but I had to start it somewhere,
so it started there.
I said pretend you've got no money,
she just laughed and said,
"Oh you're so funny."
I said "yeah?
Well I can't see anyone else smiling in here.
Are you sure you want to live like common people,
you want to see whatever common people see,
you want to sleep with common people,
you want to sleep with common people,
like me."
But she didn't understand,
she just smiled and held my hand.
Rent a flat above a shop,
cut your hair and get a job.
Smoke some fags and play some pool,
pretend you never went to school.
But still you'll never get it right,
cos when you're laid in bed at night,
watching roaches climb the wall,
if you call your Dad he could stop it all.

You'll never live like common people,
you'll never do what common people do,
you'll never fail like common people,
you'll never watch your life slide out of view,
and dance and drink and screw,
because there's nothing else to do.

Sing along with the common people,
sing along and it might just get you through,
laugh along with the common people,
laugh along even though they're laughing at you,
and the stupid things that you do.
Because you think that poor is cool.

I want to live with common people,
I want to live with common people


Perhatikan bait yang terakhir, because you think that poor is cool. Hahahahaha hidup memang hanya satiran. Siapa dan apa yang dijadikan satiran kembali pada how cool is it...Is it?