Friday, December 24, 2010

Migrasi ke Wordpress

Belakangan, saya memang menemukan kendala setiap kali ingin posting atau comment di blog kesayangan saya ini. Bahkan sering kali untuk sekadar membaca di smartphone yang saya punya, loadingnya lambat sekali. Akhirnya terlinat pikiran untuk beralih ke wordpress.

Saya dulu memang punya blog di wordpress. Ini blog serius buat saya, membahas segala sesuatu yang serius. Benar-benar serius sampai tidak usah menyentuh ranah pribadi. Tapi belakangan saya merasa yang saya tulis semuanya serius. Mau perasaan saya, pengamatan, atau sekadar penerawangan...hahaha semacam cenayang....semuanya serius buat saya.

Tapi karena aksesnya susah, saya pun mencari pendapat ke beberapa teman. Sialnya, mereka semua pake wordpress. Pastilah mereka bilang wordpress lebih menyenangkan. Akhirnya saya coba objektif, walaupun sebenarnya objektivitas itu batasnya adalah subjektivitas kan...hah...pusing deh...Saya googling...mencari tahu kelebihan dan kekurangan dua mesin blog gratis ini.

Tidak terlalu signifikan memang, sama seperti yang dikatakan teman-teman saya yang punya wordpress. Tapi kemudian, tiba-tiba saya kesulitan untuk masuk ke blog ini...sekadar untuk menulis pesan Natal...dan tidak sukses. Buat saya ini pertanda, waktunya migrasi. Toh kupu-kupu memang harus bermigrasi, itu bagian dari perjalanan hidup yang harus dijalani. Menurut National Geographic Channel, kupu-kupu bisa bermigrasi jutaan mil secara terus menerus tanpa henti. Banyak yang mati tapi banyak juga yang berhasil, mereka adalah kupu-kupu baru yang selalu menyempurnakan proses metamorfosis. Karena meskipun harus menunggu sampai 4 generasi, tapi kupu-kupu itu tak pernah berubah haluan, tetap pada tujuan utama. Rumah baru untuk bertahan hidup.

Jujur saya ragu untuk bermigrasi. Takut semua yang saya tulis hilang. Bahkan cerita tentang air mata dan kegagalan yang saya hadapi sebelumnya, buat saya berarti dan saya tak mau kehilangan itu semua. Sambil menekan menu export pada blog baru, saya berdoa agar tak ada jejak yang terhapus. Voila...akhirnya berhasil....semua terekam dengan sempurna...walaupun saya harus upload ulang video Adhitia Sofyan...ya ngga papa, itung-itung menonton kembali :D

Alamat blog baru saya tak begitu berubah, hanya hostingnya saja yang ganti. www.flyingsolighttothesky.wordpress.com Itu dia alamat barunya, silahkan terus bermain. Mari kita terbang bersama.

Wednesday, December 22, 2010

Forget Jakarta with Adhitia Sofyan

Dengan mengenakan kaos V neck rendah berwarna hitam dan celana pendek bunga-bunga cerah, saya menerobos Jakarta yang sepi. Dari Proklamasi 41, menuju Epicentrum Walk Kuningan. Tak ada aura kemacetan apalagi tampilan wajah kemalasan, saya senyum berseri bahkan nyaris deg-degan.

Saya hendak bertemu seseorang, mendengarkannya bernyanyi. Setelah sekian lama saya hanya memintanya bernyanyi di laptop saya, tepat di kedua telinga saya melalui teknologi yang diberi nama earphone. Saya memintanya bernyanyi setiap hari, apalagi ketika hujan. Kalau tidak percaya, coba dengarkan lagunya ini:

Judulnya After the Rain, sangat pas melihat butiran-butiran air dari langit itu jatuh menyentuh kaca gedung kantor saya. Dan saya yang duduk di lantai 14, bisa dengan puas menikmatinya seorang diri.

Maka ketika saya melihat di Facebook, Adhitia Sofyan akan bernyanyi di acara Synchronize Season II-Epicentrum Walk, saya langsung berniat untuk hadir. Maklum Adhitia Sofyan, belakangan sering banget tampil di Bandung yang kemudian membuat saya berpikir, apa pindah ke Bandung aja ya?

Dengan langkah kaki yang pasti, sepatu merah saya berhasil mendudukan saya di deretan paling depan. Saya berhasil mendengarkan dia secara langsung. Dan lagu pertama yang dinyanyikan adalah Forget Jakarta. Soundtrack yang pas untuk menghadirkan saya di salah satu 'istana' Bakrie.

Suara Adhitia tidak beda, sama dengan apa yang saya dengarkan melalui winamp. Malah ketika dia menyanyikan After the Rain, saya benar-benar berharap ada guyuran hujan ketika itu. Hingga kemudian dia bernyanyi Tik-Tik Bunyi Hujan, saya benar-benar pengen itu jadi lagu pemanggil hujan. Karena di lagu Tik-Tik Bunyi Hujan, dia menyanyikan seluruh bait dari lagu yang biasanya hanya kita ulang-ulang di bait pertama saja.

Liriknya Adhitia itu sederhana dan bercerita. Ngga jarang sebelum nyanyi, dia kasih cerita singkat soal lagunya dan pas kita mendengar cerita itu dinyanyikan saya senyum-senyum sendiri. Lucu dan berasa berbunga-bunga. Contohnya lagu Memilihmu...dengerin deh...ada liriknya begini "Gitarku saja tak cukup jadi andalan..." Hahahahahaha...Denger sendiri deh..





Dan sore itu saya datang hanya untuk mendengarkan dia bernyanyi. Setelah itu pulang, sambil senyum-senyum kegirangan sendirian... Oiya, Adhitia ini dengan sukarela memberikan lagu-lagunya untuk didownload secara bebas kalau kita mau. Silahkan nikmati lagu-lagunya di Blog Adhitia Sofyan and let's forget Jakarta-lah




Thursday, December 16, 2010

Burqa, Buku, dan Laki-Laki

Pada salah satu halaman yang ditulis oleh Asne Seierstad, ada satu kutipan Jalaluddin Rumi yang menarik, "Ego adalah cadar manusia dengan Allah." Asne adalah wartawati asal Norwegia yang pergi ke Afghanistan untuk meliput. Dan pada satu hari, dia bertemu saudagar buku di Kabul. Nama saudagar buku itu Sultan Khan.

Jadi si Seierstad tinggal selama 4 bulan di rumah Sultan untuk mencatat, mengamati, dan menceritakan keluarga kelas menegah di negara penuh gejolak. Ada 3 hal yang menarik perhatian saya saat membaca buku Seierstad yang berjudul Bookseller of Kabul ini, yaitu burqa, buku, dan laki-laki. Ketiga hal ini selalu berhasil membuat saya tersenyum, bahkan sampai penasaran mau ke Kabul. Biasa euforia ketika membaca buku, tiba-tiba kita ingin merasakan yang dialami pelaku cerita.

Burqa, kain dua realitas perempuan Kabul.
Oke soal burqa, Seierstad berhasil menampilkan gemerlap di balik kain yang menutupi perempuan dari ujung kepala sampai kaki ini. Jadi salah satu adik Sultan, Shakila akan dinikahkan dengan Wakil. Dan sebagai pengantin wanita lainnya, Shakila harus menjalani beberapa ritual kecantikan. Rumusnya sama, pengantin wanita harus menjadi pusat perhatian sehari semalam. Bukankah itu yang selalu dibisikkan pada telingga wanita sejak dari kecil, yang kemudian membuat wanita lebih cepat memilih hari pernikahan ketimbang pria.

Jadi Shakila diantar ke salon untuk didandani. Pada masa Taliban salon dilarang, tapi ada salon yang berhasil dipertahankan demi memuaskan impian para pengantin wanita tampil cantik di hari pernikahannya. Syaratnya hanya satu, mereka yang berkunjung ke salon kecantikan harus datang dengan burqa dan pergi dengan burqa.

Walaupun saya bukan masuk dalam kategori perempuan yang gemar ke salon, tapi begitu membaca datang dan pergi dengan burqa, saya jadi bertanya, lah riasannya ngga rusak ya begitu ditutupin burqa?

Mau tau apa yang terjadi? Di salon kecantikan itu, dipajang poster artis Bollywood dengan potongan baju yang seksi. Poster itu seolah menjadi saksi bisu atas ratusan gadis Kabul yang rela dicabuti alisnya untuk dibentuk melengkung dan indah. Poster itu juga merekam hidup-hidup bagaimana para calon pengantin wanita merasakan warna menyala pada bibirnya. Dan ketika rambut-rambut mereka yang lembap akibat tertutup burqa harus digulung dengan rol-rol besar, plus disemprot dengan hair spray, poster itu hanya memberikan senyum menggoda kepada para calon pengantin wanita. Secara singkat, para calon pengantin wanita merasakan pandangan mata yang bebas untuk menatap lekat-lekat poster artis Bollywood itu.

Setelah didandani, calon pengantin wanita akan memakai baju gemerlap dan sepatu dengan hak yang menjulang. Sepatu adalah benda yang bisa dipamerkan dengan halal oleh perempuan yang mengenakan burqa, karena sepatu bukan bagian dari aurat tapi tetap menampilkan kesan feminin.

Tapi semua itu harus ditutupi saat mereka keluar dari salon. Dan rambut yang mengembang akibat rol rambut serta hair spray, membuat kain kasa yang adalah 'mata tambahan' mereka saat mengenakan burqa, akhirnya tidak jatuh tepat pada kedua mata. Burqa semakin tertarik ke atas dan batas pandangmu menjadi tak jelas. Lalu bagaimana calon pengantin wanita berjalan menembus jalan berdebu di Kabul? Sanak-saudara yang ikut mengantar adalah jawabannya. Mereka akan dipapah menyusuri tangga dan jalan-jalan. Tampil cantik membuat mereka semakin terbatas menatap dunia.

Setelah Taliban tidak berkuasa, banyak perempuan Kabul yang masih mengenakan burqa. Alasannya karena sudah terbiasa. Beberapa dari mereka memang belajar untuk melepas burqa, karena kain tebal itu tak selamanya nyaman dikenakan pada suhu terik di Kabul. Seiring belajar melepas burqa, perempuan-perempuan di sana juga belajar untuk memilih jalan hidupnya sendiri. Kursus bahasa Inggris, komputer, atau melanjutkan sekolah formal. Tapi mereka masih suka risih ketika harus berada satu ruangan dengan laki-laki yang bukan muhrim. Rasa risih juga yang dirasakan ketika belajar melepaskan burqa.

Saya membayangkan, apa rasanya ya pakai burqa? Gerah pasti. Iklim tropis Indonesia rasanya akan membuat saya keringat setengah mati ketika memakai burqa. Tapi mungkin saya juga akan memiliki kulit putih, karena jarang terpapar sinar matahari. Ngomong-ngomong soal sinar matahari, buku ini juga cerita kalau banyak perempuan Kabul yang mengalami masalah pada pigmentasi kulit mereka karena jarang terpapar sinar matahari. Padahal Kabul termasuk kota dengan paparan sinar matahari tinggi di dunia.

Anyway, kurang adil rasanya membayangkan pakai burqa hanya untuk tujuan seperti itu. Tapi saya bener-bener pengen tahu rasanya memakai burqa. Di Jakarta aja kalau ada orang pakai burqa, pasti menjadi pusat perhatian. Apa yang akan ada dalam pikiran saya, ketika dibalik kain kasa untuk melihat itu saya menangkap mata-mata yang melihat dengan penuh tanda tanya? Mungkin saya akan merasa ditelanjangi, meskipun burqa menutup tubuh saya dengan sempurna. Ah lagi-lagi, sebenarnya apa sih batasan kain untuk menutupi tubuh kita? Karena persepsi yang membentuk definisi kain itulah yang sebenarnya mengendalikan pandangan kita atas tubuh yang mengenakan kain.

Ideologi dalam buku.
Cukup soal burqa, sebelum saya benar-benar mencoba untuk memakainya selama sehari atau seminggu, rasanya saya tak adil jika menganalisa dari perasaan dan pengamatan. Sekarang saya akan bercerita mengenai bagaimana rezim yang berkuasa di Afghanistan mendoktrinasi ajarannya melalui buku, khususnya buku-buku pelajaran.

Di buku ini diceritakan, ketika yang berkuasa adalah Komunis Rusia, anak-anak belajar matematika dengan perspektif kebersamaan untuk negara. Saat topiknya soal rumus menghitung, buku matematika itu berubah menjadi cara untuk memberikan tanah kepada sang penguasa. Jika kita punya sebidang tanah sekian dan tetangga punya sekian, berapa tanah yang dapat diberikan kepada pemerintah jika keduanya digabung? Tapi begitu yang berkuasa Taliban, kalimat pengantarnya berbeda. Sebuah senjata diisi 5 peluru dan 3 sudah dipakai untuk menembak, berapa peluru yang tersisa?

Untung pas zaman Soeharto, buku matematika saya tidak bilang, jika kepala dinas adalah paman kita maka dia bisa memasukkan keluarganya untuk menjadi PNS di sana. 3 anggota keluarga telah masuk menjadi PNS dan akan ada 2 anggota keluarga lain yang akan masuk. Jika semuanya masuk, berapakah jumlah keluarga kita yang menjadi PNS di kantor paman? Yah walaupun buku matematika saya isinya tidak seperti itu, tapi keharusan untuk belajar P4 mulai dari SD sampai kuliah sudah cukup memuakkan.

Selain soal doktrinasi, di buku ini juga diceritakan betapa Sultan sangat mencintai buku-bukunya sama seperti dia mencintai keuntungan yang didapat dari menjual buku-buku itu. Dia sampai punya laci-laci rahasia untuk menyimpan buku yang tidak disukai saat rezim Taliban. Ini karena Taliban, gemar membakar buku. Apalagi buku-buku yang jauh dari ajaran Islam.

Iya buku, tak hanya membuat Sultan menjadi masyarakat kelas menengah tapi juga menjadi orang yang liberal. Dia sangat terbuka dengan demokrasi. Dia bahkan menyediakan buku Salman Rushdie yang katanya halal untuk dibunuh karena sudah menistakan Islam. Buku diam-diam sudah menjadi ideologi tersendiri bagi Sultan, ya ideologi bisnis yang sekaligus menjadi ideologi mencerdaskan anak-anak Afghanistan. Karena Sultan melakukan kerja sama dengan penerbit dan Oxford untuk menerbitkan buku pelajaran baru bagi anak-anak Afghanistan. Walaupun pada akhirnya buku itu tidak sukses diterbitkan, setidaknya niatnya untuk melakukan pembaharuan melalui buku harus diacungi jempol. Dia berusaha membuat anak-anak itu belajar matematika dengan porsi yang benar, tanpa embel-embel kepemilikan tanah atau peluru.

Syahwat itu, urusan laki-laki. Bukan Perempuan!
Awalnya saya membayangkan Sultan adalah sosok pemberontak yang ideal di Kabul. Meski sudah berumur sangat lanjut, tapi isterinya hanya satu. Sayangnya ini hanya bertahan beberapa halaman saja, sebab ternyata Sultan sama dengan laki-laki Taliban yang dia benci dengan segala ajaran fundamentalisnya. Iya saat isteri pertamanya,  Sharifa semakin lanjut, Sultan merasa butuh orang baru untuk mengurusnya. Semua keluarga tidak setuju, bahkan ibunya sendiri, tapi Sultan memberi tahu mereka bukan untuk minta restu, melainkan sekadar memberi tahu saja.

Umur Sultan ketika ingin menikahi Sonya adalah 50 tahun lebih. Sedangkan Sonya, masih 16 tahun. Tapi ada perstise tersendiri bagi keluarga Sonya yang memang miskin ketika anak gadisnya dipinang oleh orang terpandang seperti Sultan. Plus Sultan membayar mahar yang cukup fantastis, 300 kg beras, 150 kg minyak goreng, seekor sapi, beberapa ekor biri-bir, dan 15 juta uang Afgan (ini sama dengan Rp 3 juta).

Ya Sultan yang anti Taliban itu ternyata menganggap tak masalah untuk berpoligami. Saya selalu benci dengan teori poligami. Protes saya terhadap poligami adalah ketika pengusaha rumah makan Ayam Wong Solo mendeklarasikan cabang-cabang rumah makannya adalah caranya untuk menghidupi isteri-isterinya. Saya tidak pernah mau makan masakan rumah makan Ayam Wong Solo, bahkan minum atau duduk-duduk di rumah makan itu pun tidak. Ekstrim mungkin, tapi buat saya mengambil sikap itu penting ketimbang menya-menye ngga jelas.

Kembali ke Sultan, untuk menyakinkan keluarganya, Sultan berjanji akan berlaku adil terhadap isteri pertama dan kedua. Tapi pada prakteknya, Sultan suka membelikan kue kesukaan Sonya, untuk dimakan Sonya bersama anak Sonya. Bahkan Sultan sempat membiarkan Sharifa di Pakistan beberapa lama. Pasca serangan di menara kembar 11 September, Sultan harus mengungsikan keluarganya, termasuk Sharifa. Tapi Sharifa tidak langsung diboyong ke Kabul setelah keadaan membaik.

Tapi sebenarnya bukan hanya Sultan yang begitu. Sebab banyak laki-laki di sana yang merasa syahwat yang mereka punya harus disalurkan. Sedangkan untuk perempuan, syahwat atau nafsu adalah sesuatu yang asing. Atau kalau berani untuk dirasakan maka harus siap dengan risikonya.

Jadi ada satu cerita juga dalam buku ini yang menggambarkan kalau perempuan tidak boleh punya nafsu. Ketika perempuan berani untuk bertemu dengan laki-laki yang bukan muhrimnya dan keluarganya memergoki, maka perempuan itu akan dikurung di kamarnya, dipukuli, dimaki-maki, bahkan disebut perempuan sundal. Padahal perempuan itu hanya bertemu di taman dan tidak melakukan apa-apa.

Atau ketika ada seorang laki-laki yang berani menyatakan cinta, perempuan Kabul tidak boleh merasakan kupu-kupu di perutnya. Ini kejadian pada salah satu adik Sultan, Latifa yang ditaksir seorang laki-laki. Surat cinta sudah dikirim, jam tangan cantik sudah diberikan, bahkan berusaha untuk kencan singkat dengan mengantarkan Latifa ke Departemen Pendidikan agar mendapatkan ijin mengajar. Tapi Latifa tidak berani menerima cinta itu karena hanya Sultan, selaku kepala keluarga yang berhak memutuskan Latifa harus menerima pinangan yang dipaketkan dengan cinta dari siapa.

Dan dari ketiga hal di atas, ada satu bab yang berhasil membuat saya tersenyum lebar. Bab itu adalah, Tak Ada Izin Masuk ke Surga. Isinya tentang 16 dekrit ketika Taliban berkuasa, inilah dia:
  1. Larangan bagi wanita untuk memperlihatkan bagian tubuhnya.
  2. Larangan mendengarkan lagu.
  3. Larangan bercukur.
  4. Shalat wajib.
  5. Larangan memelihara burung merpati dan adu burung.
  6. Pembasmian narkotika dan penggunaanya.
  7. Larangan bermain layangan.
  8. Larangan memproduksi gambar.
  9. Larangan berjudi.
  10. Larangan mempunyai gaya rambut orang Inggris dan Amerika.
  11. Larangan atas bunga pinjaman, biaya menukar uang, dan biaya transaksi.
  12. Larangan mencuci baju di tepi sungai.
  13. Larangan memperdengarkan lagu dan menari dalam upacara pernikahan.
  14. Larangan bermain tambur.
  15. Larangan bagi penjahit untuk menjahit baju perempuan atau mengukur tubuh wanita.
  16. Larangan bermain sulap.
Ayo mau pilih larangan mana yang mau dipatuhi hihihii....Anyway buku ini bagus menurut saya, karena itu saya ingin membagikannya kepada kalian semua. Thanks to Nida yang meminjakan buku ini kepada saya.


Thursday, December 9, 2010

Kartu Matahari Pecandu Pagi

Tuhan Yang Maha Sempurna,

Hari ini, seorang teman yang baru saja ku kenal,
Kau ajak tinggal di rumahMu.

Aku tertunduk.
Memejamkan mata sambil meletakkan kedua tangan di dada.

Raih tanganku Tuhan,
tolong sampaikan hangatnya genggaman ini bagi teman baru itu.

Norvan Hardian yang akrab menyebut dirinya sebagai PecanduPagi,
sore ini menutup matanya.

Perutnya membuncit. Tubuh yang menguning.
Itu adalah kondisi terakhirnya, akibat kanker hati yang entah sudah berapa lama menggrogoti tubuhnya
tapi baru beberapa bulan terlihat.

Mungkin saat ini, dia sudah tidak merasakan itu lagi.
Rasa sakit hilang bersama nafas yang terhenti dalam pejaman mata.

Otopet, itu yang membuat dia mengingat saya dalam pertemuan yang sangat singkat.
Komik Pamali, itu yang membuat saya mengetahui bakatnya yang luar biasa.

Bahkan ketika dokter mendiagnosa dia dengan kanker stadium akhir,
PecanduPagi membakar semangatnya untuk bisa membuat komik yang bercerita mengenai kanker.

Ah Tuhan, kenangan saya hanya sedikit.
Hanya itu yang saya punya, tapi rasa kehilangan ini begitu dalam.
Rasa sedih seolah tidak henti menggelayut dalam hati.

Tiba-tiba terpikir kedua anaknya yang masih sangat kecil.
Bahkan anaknya yang bungsu umurnya masih dalam hitungan bulan.

Teringat ketika PecanduPagi menuliskan status romantik yang menggelitik pada Facebook-nya,
"Istriku,anak anakku...ingin rasanya segera berkumpul lagi...bersama kebo."
Saya menangkap pesan itu, tepat dihari ulang tahun saya yang membuat saya tertawa geli.

Dan kini, jejaring sosial itu penuh dengan tulisan belasungkawa.
Beberapa teman terdekatnya bahkan menampilkan foto-foto ketika bersama.
Seorang teman terdekat pun memilih menjadikan tangkapan kamera PecanduPagi sebagai profile pic-nya.

Semua kehilangan dan semua berduka.
Ini malam duka cita ternyata.

Usianya sangat muda tapi bakatnya luar biasa.
Apakah Tuhan sedang butuh orang muda yang berbakat?
Seorang pencinta pagi dan matahari.
Humoris sejati yang bisa menghibur banyak orang.

Kini kami hanya punya kenangan Tuhan.
Kami hanya bisa memutar apa yang pernah terjadi dengan tangan dingin dan mata berkaca.

Tapi kami juga mengirimkan kata-kata dalam nafas yang tulus
agar perjalanannya menuju rumah pemilik matahari bisa berjalan sempurna.

Kami kirimkan juga jalinan jemari yang erat pada isteri dan kedua anaknya
yang masih akan menikmati pagi.

Dan kata-kata yang terangkai ini
adalah cara kami untuk menyimpan PecanduPagi dalam semangat yang pernah dibagikan.

Ini adalah doa untuk rasa terima kasih atas kebersamaan
ketika menikmati bakat yang luar biasa.

Kartu matahari,
Sebuah kartu imajinatif yang dikirimkan melalui keikhlasan melepaskan
seorang teman, sahabat, suami, anak, suami, dan ayah yang sederhana
Sesederhana namanya yang mudah diingat Norvan Hardian

Tapi kartu matahari juga berisi energi.
Energi untuk menggenapi hidup dengan segala aura pagi.
Karena pagi adalah awal dari kenikmatan mengenapi hidup.

Dan kartu matahari itu, kami berikan pada Norvan Hardian, si PecanduPagi.
Tuhan akan bersamamu teman,
dalam perjalananmu pulang menuju matahari.



Malam duka, 9 Desember 2010



Saturday, December 4, 2010

Cukup 3 Suku Kata, BE-RA-HI!

Foto dari sini
Belakangan otak saya tak mau berhenti merangkai kata-kata. Semua yang terjadi ingin dideskripsikan dengan analisa dan esai panjang. Dan kali ini, saya mau menyusup masuk ke dalam yang namanya berahi.


Kenapa berahi, karena beberapa waktu lalu saya mendiskusikan ini pada seorang sahabat. "Kenapa sih kita punya berahi?" Pertanyaan standar memang, sama standarnya kaya, "Kenapa sih Tuhan harus ada?" Atau, "Bahagia itu apa sih?"


Dan dari semua pertanyaan standar itu, kita akan selalu bertemu dengan yang namanya psikologi serta eksistensi. Oiya, saya lagi tergila-gila dengan psikologi. Enak kayanya mengklasifikasikan manusia ke dalam kotak-kotak penyimpangannya masing-masing hihihiiii.


Oke kembali ke topik, berahi atau nafsu kalau menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah

be·ra·hi 1 n perasaan cinta kasih antara dua orang yang berlainan jenis kelamin; 2 a sangat suka; sangat tertarik: 3 n Tern gejala yg timbul secara berkala pd ternak betina sbg perwujudan berahi untuk dikawinkan;


Yang lucu dari definisi di atas adalah, birahi gejala yang timbul secara berkala pada ternak betina sebagai perwujudan berahi untuk dikawinkan. Hahahaha kenapa cuman betina? Bahasanya itu loh, sebagai perwujudan untuk dikawinkan. Jadi seharusnya betina yang aktif dalam proses perkawinan karena berahi adalah gejala yang timbul secara berkala pada BETINA. Kalau masuk dalam klasifikasi binatang, saya yang adalah perempuan adalah betina. Jadi UNTUNG aku BETINA :D


Mari kita lihat bagaimana Oxford Dictionaries mendefinisikannya.

Lust :
noun : strong sexual desire:
[in singular] a passionate desire for something:
(usually lusts) chiefly Theologya sensuous appetite regarded as sinful;
verb : have strong sexual desire for someone or something


Yang menarik adalah kamus Oxford memasukkan terminologi sinful alias tindakan berdosa untuk mendefinisikan berahi atau nafsu. Saya jadi ingat, ketika membahas ini dengan sahabat saya, dia bilang, "Nafsu itu dititipin Tuhan ke manusia untuk memenuhi bumi. Hanya untuk beranak-pinak." Lalu jika memang demikian, mengapa nafsu dikategorikan sebagai sesuatu yang sinful? Bukankah Tuhan yang ingin kita beranak-pinak? Jangan langsung dijawab.


Pernah penasaran ngga sih kenapa kita bisa menyebut sekumpulan rasa jatuh cinta atau gejala naksir orang sebagai nafsu? Atau bahkan pernah bisa dengan jago membedakan nafsu dengan cinta? Coba minta bantuan Om Google untuk mengumpulkan literatur atau penelitian seputar nafsu. 


Ternyata yang membuat kita bisa bernafsu adalah amygdala. Ini adalah pusat segala emosi kita. Mau tau ukurannya sebesar apa? Hanya sebesar KACANG ALMON! Btw, amygdala itu bahasa latin untuk almon.
Iya si kacang almon dalam otak itu bisa membuat seluruh saraf-saraf yang ada di tubuh kita ikut bereaksi ketika merasakan berahi, mulai dari mata berbinar-binar, bibir melembut, payudara memuncah, sampai organ genital siap untuk menerima pasangannya. Dan ada penelitian lebih menarik dari University of Melbourne, mereka bilang, semakin besar 'kacang almon' yang ada di kepala kita maka dorongan berahinya makin besar hahaha entah mengapa saya tertawa geli membaca hasil penelitian itu. 


Ternyata cerita Daud mengalahkan Goliat tak hanya ada pada kitab suci, melainkan dalam sistem otak kita yang begitu rumit dan canggih. Buat saya, si 'kacang almon' dalam otak ini ibarat Daud yang mengalahkan sistem kesadaran manusia. Bayangin aja, dari bagian otak yang gede-gede itu, semuanya menyerah ketika amygdala bekerja dan mengirimkan sinyal untuk waktunya kawin.


Saya jadi mikir, apakah kawin, bersetubuh, bercinta, atau apalah itu sebutannya, menjadi sangat esensial dalam keutuhan manusia. Sebelum kita jawab secara esensial, coba simak bagaimana statistik berbicara soal persetubuhan. 


Seorang Philip Muskin, MD., dari Columbia University, menyebutkan, pasangan menikah ada yang melakukan hubungan seksual sebanyak 68,5 kali dalam setahun. Ini artinya dalam seminggu hanya 1.3 kali. Jadi si Muskin ini dapat datanya dari Newsweek magazine dan mereka menyebut pasangan suami-istri yang masuk dalam kategori itu sebagai sexless marriage. Datanya masih baru, yaitu 2002 dan survei ini dilakukan oleh University of Chicago melalui National Opinion Research Center Report.


Dari data itu akhirnya dibuat pembatasan yang lebih jelas, 15 sampai 20 persen pasangan masuk dalam kategori sexless marriage, hanya karena hubungan seksnya kurang dari 10 kali dalam setahun. Dan ujung dari semua ini adalah kualitas pernikahan yang terus menurun seiring dengan berkurangnya intensitas bercinta. Bercinta dan langgengnya pernikahan...disimpen dulu aja ya analisanya. Kita lihat data berikutnya.


Saat saya melihat data sexless marriage itu, saya bertanya, "Apa iya? Dikit amat" hahahaha. Secara alam bawah sadar, kita terlalu biasa mengaitkan kehangatan cinta dengan skin to skin contact. Tapi bercinta tuh sebenarnya bukan sekadar sentuhan tubuh dengan tubuh kan. Saya ingat beberapa kali menghadiri liputan soal pentingnya kualitas bercinta, pakar-pakar yang dihadirkan cukup jelas bercerita bahwa bercinta itu butuh teknik. Bukan sekadar buka baju dan terlentang. 


Harus paham mood pasangan, sepaham titik-titik rangsang mana saja yang bisa mempermudah kita sampai pada klimaks. Ngga cuman itu, kadang kala bercinta juga menuntut situasi yang nyaman. Dan kenyamanan setiap orang selalu berbeda-beda. Ada yang masuk akal dan pasti ada yang tidak masuk akal (saya ngga mau menjabarkan keduanya, takut jatuhnya menjadi hakim atas teknik bercinta). Yah semuanya sangat tergantung pada kebutuhan dan fantasi orang yang terlibat dalam aktivitas intim yang nama lainnya bercinta. 


Tapi bercinta juga menyangkut harga diri, pride. Pernah dengar, orang merasa malu setengah mati ketika mengalami gangguan seksual. Pakar-pakar seksologi yang saya jumpai di liputan itu selalu dengan lantang mengucapkan, gangguan seksual bukanlah akhir dunia, semua bisa diatasi tapi syaratnya mau ke dokter. Tahu kenapa pakar berbicara seperti itu, karena banyak yang malu memeriksakan diri. Mereka seolah mempertaruhkan harga dirinya ketika tahu ada orang lain (baca : dokter) yang menganalisa masalah seksualnya. Padahal mana yang lebih memalukan dari beli pil perkasa di pinggir jalan atau berkonsultasi dengan orang yang belajar lebih dari 5 tahun untuk memahami mengenai hubungan seksual.


Ya itu, sensasi merasa perkasa dari pasangan adalah kepuasan yang menyelinap dari aktivitas selangkangan. Hubungan seksual memang punya nilai menguasai dan terkuasai. Posisi dan ukuran adalah batasan yang sering kali menjadi tolak ukur kepuasan dalam bercinta. Ini semua berujung pada kebutuhan kita untuk diakui, seperti teorinya Abraham Maslow, pengakuan itu adalah legitimasi bahwa eksistensi kita bukan sekadar titik-titik imajiner. Jadi jangan heran kalau ada yang sampai depresi ketika merasa tidak ada pengakuan keperkasaan seksual dari pasangannya. 

Tapi mana sih yang lebih riil, jatuh cinta atau persetubuhan? Saya pernah dengar sebuah teori yang tidak dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya, tapi lucunya, banyak yang percaya pada keabsahannya.  Teori itu adalah, buat perempuan; tatap mata, berpegangan tangan, dan nyaman berbicara dengan pasangan itu adalah kenikmatan yang lebih dari bercinta. Sedangkan bagi laki-laki, kenikmatan bercinta mengarah pada kualitas bersetubuh.

Yang membuat teori ini muncul dan pelan-pelan diamini oleh banyak orang adalah, sistem sosial kita mengarahkan kita untuk percaya bahwa laki-laki adalah pengendali interaksi dalam persetubuhan. Dalam urusan bercinta, perempuan selalu dianggap yang pasif, tidak boleh berhasrat lebih. Lagi-lagi ini berbicara mengenai pembagian peran siapa yang berkuasa dan dikuasai. Parahnya, persepsi ini membuat banyak diantara masyarakat yang menyakini laki-laki memang paling lemah dalam mengendalikan ‘rudal kecilnya’. “Yah namanya juga laki-laki, paling tidak tahan kalau digoda.” Buat saya, ini adalah kutipan yang menyerah sebelum berperang. Kutipan absurdlah, karena saya percaya, laki-laki juga dikasih nalar. Plus jika kita menerima kutipan itu bulet-bulet, sama artinya kita mengakui bahwa dunia ini memang hanya dikenalikan oleh urusan selangkangan. Buat saya, hidup lebih luas dari sekadar sejengkal di bawah pusar.
Foto dari sini


       Menurut Helen Fisher, PhD., dari Rutgers University, jatuh cinta itu dibagi dalam 3 kategori. Pembagian kategorinya didasarkan pada bagaimana otak mempersepsikan nafsu (lust). Jadi si Fisher mengumumkan kategori itu di depan seluruh psikiater di Amerikan pada acara Pertemuan Tahunan American Psychiatric Association. Penasaran? Ini dia pembagiannya:    
  • Jatuh cinta yang didasarkan pada kebutuhan untuk mendapatkan hubungan seksual sebagai gratifikasi. Ini dikendalikan oleh hormon kita. Ya laki-laki dengan androgennya dan perempuan dengan estrogen. Benar-benar murni karena kita punya nafsu.

  • Jatuh cinta karena ada ketertarikan. Ini jatuhnya lebih kepada cinta yang romantis dan gairah cinta. Ada euphoria di dalamnya. Seperti merasakan ada kupu-kupu dalam perut dan mengalami kekacauan emosi ketika harus berhenti menyintai. Ini dikendalikan oleh kadar hormon dopamin yang tinggi yang juga membuat serotonin merosot. Dopamin adalah hormon yang membuat kita bisa merasakan senang, ini adalah opium alami dalam otak. Dan serotonin adalah hormon yang keluar setiap kali stres. Klasifikasi yang kedua ini mau bilang kalau jatuh cinta karena ketertarikan akan membuat kita secara konstan menstimulasi diri untuk jatuh cinta sama pasangan. Dengan begitu, hormon dopamin alias opium alami akan terus terproduksi sehingga kita merasa sangat euphorik alias mabuk. Tapi saat patah hati, kita akan kecanduan dan merasakan sakaw seperti tubuh kehilangan kendali untuk menjadi sadar.

  • Jatuh cinta muncul karena adanya kasih sayang. Ini jenis cinta yang tenang, damai, dan tetap memiliki rasa nyaman terhadap pasangan dalam waktu yang panjang. Lagi-lagi pengendalinya adalah hormon. Tapi kali ini adalah hormon oksitosin dan vasopressin yang berperan. Ini adalah hormon yang membuat kita merasa terikat (bukan terikat yang terkekang ya tapi lebih ke terikat yang dekat atau attach). 

Buat saya apa yang dibagikan Fisher sangat menarik, walaupun sebenarnya timbul pertanyaan apakah memang jatuh cinta dan nafsu menjadi sangat ilmiah. Ada satu kutipan Fisher yang menarik, “Don’t copulate with people you don’t want to fall in love with.” Karena kata si Fisher, kalau kita tetap nekat untuk bersetubuh dengan orang yang mungkin tidak bisa membuat kita jatuh cinta, maka kita hanya sekadar berada pada kategori pertama. Merasa jatuh cinta hanya karena merasa butuh bersetubuh, demi sebuah penyaluran dorongan hormon.


Lagi-lagi mentoknya ke pilihan. Tapi saya semakin menyadari bahwa semua pilihan yang ada itu selalu diawali dengan kesadaran. Tidak mungkin kita bisa melihat ada pilihan kalau kita tidak sadar ada situasi yang mengarahkan kita untuk memilih. Dan biasanya, kesadaran itu berawal dari stimulasi yang sangat kecil yang kemudian masuk dalam batas nalar untuk mengartikulasikan apa yang terjadi.


Saya lantas teringat salah satu episode di serial Mental yang saya tonton beberapa hari lalu. Serial yang membuai saya dengan isu psikologis dan kejiwaan ini bercerita, ada seorang istri yang tiba-tiba mengalami hiperseks. Di satu sisi, suaminya adalah pengidap obsessive compulsive disorder (ODC). Jadi si suami bersedia untuk dibuka otaknya agar bisa sedikit dibetulkan ‘kabel’ saraf yang membuat dia mengalami ODC. Walaupun sebenarnya operasi pembetulan kabel itu tak akan membuat dia berhenti menjadi pengidap ODC. Suaminya merasa perlu melakukan semua itu agar istrinya tidak jenuh dengan keteraturan suaminya dan bisa kembali membangun rumah tangga yang harmonis.


Nah saat suami tengah dalam pemeriksaan, si istri tiba-tiba menggoda semua orang yang ada di rumah sakit itu. Mulai dari pasien sampai kepala psikiater yang diperanin si ganteng Chris Vance. Tapi justru si Vance yang merasa, nih orang tidak normal dengan segala dorongan seksualnya dan meminta sang istri untuk melakukan MRI. Ternyata emang benar, ada masalah pada amygdala-nya. Ada tumor yang menempel yang membuat amygdala ikut membesar. Tumornya tidak berisiko membuat dia mati, hanya saja dia menjadi ingin bercinta dengan siapa saja. Dan hasrat bercinta itu lah yang mungkin bisa membuat dia mati karena terkena HIV/AIDS.


Singkat cerita, si istri kaga mau dioperasi awalnya. Karena dia menjadi lebih percaya diri ketika berhasil membuat banyak laki-laki menyerah dan menikmati tubuhnya. Dan rasa percaya diri adalah sesuatu yang dia cari selama ini, karena sebelumnya dia tidak merasa menarik sama sekali. Jadi ketika tiba-tiba itu tumor nempel di amygdala-nya ada sensasi berani mengakui diri sehingga sekecil apapun bahasa tubuh yang dia buat, pasti akan ditangkap sebagai sinyal daya tarik oleh lawan jenis.


Tapi si Vance berhasil buat dia sadar. Caranya, dengan membawa dia ke klub murahan yang dipenuhi oleh laki-laki yang secara penampilan fisik tidak bersih dan menarik. Vence bilang, rasa seksi dan percaya diri yang dia nikmatin sekarang bisa jadi membuat dia berkenalan dengan penyakit menular seksual. Dan ketika dia bertemu dengan penyakit menular seksual itu, si Vence ngingetin bahwa tidak akan ada lagi rasa percaya diri. Ya akhirnya si istri meminta Vence untuk menyuruh timnya mengangkat tumor yang ada di amygdala-nya, sambil bilang supaya suaminya tidak usah dioperasi. Alasannya, mengangkat tumor akan benar-benar menyelamatkan dirinya dan pernikahannya. Jadi batas nalarnya dia memilih untuk mau menjadi sadar.


Saya jadi kepikiran, sebenarnya ada kesamaan antara ‘aku cinta kamu’ dengan ‘berahi’. Dua-duanya bertumpu pada angka 3. “It only takes three words to win your heart and that’s words is I Love You,” ini senjata pamungkas semua umat ketika membuat pasangannya untuk terbuai asmara. Dan angka 3 lainnya adalah, “Hanya butuh 3 suku kata untuk membuatmu berbaring dengan pasrah merasakan kulitku, yaitu be-ra-hi.” Hahahahaa maaf kalau rada maksa ya, cuman berusaha membuat penutup yang tidak mengarah pada pilihan apapun. Karena saya percaya, kita semua punya kemampuan untuk menyadari pilihan mana yang membuat kita memanfaatkan bagian otak yang lain, selain amygdala.




Sunday, November 28, 2010

(Masih) Tentang Frau

Ah entahlah saya benar-benar lagi dibuai habis-habisan oleh Frau. Tidak hanya karena dia punya bakat yang luar biasa gila tapi juga karena dia berhasil membuat saya bernyanyi di depan umum. Frau adalah momentum kenekatan saya untuk menikmati spontanitas. Adrenalin yang mengalir keras membuat saya punya pengalaman baru bernyanyi dengan diiringi blackberry.

Setelah menjadi nekat, musik Frau selalu menikam kesadaran saya. Iya saya selalu ingin menggerakkan jemari untuk mengartikulasikan tempo yang dimainkan, persis kaya konduktor orkestra. Jadi di pagi hari, saat saya berjuang setengah mati untuk menghilangkan kantuk, saya akan meminta Winamp yang saya punya untuk memainkan lagu Frau, terlebih Salahku, Sahabatku.

Lirik lagu Frau selalu sederhana tapi sangat puitik. Saya menemukan energi yang kuat dari lirik-liriknya. Bahkan pada lagu Sepasang Kekasih yang Bercinta di Luar Angkasa, saya sangat diajak berimajinasi. Bukan hanya berimajinasi pada lirik yang dibuat tapi juga pada vokal penyanyi. Saya membayangkan apa yang terjadi jika vokalnya diganti dengan jenis suara yang lain, pasti akan menghadirkan interpretasi yang lain.

Dan khusus untuk lagu Salahku, Sahabatku, saya memiliki nilai historis sendiri. Selain karena lagu ini tiba-tiba membakar keberanian saya untuk bernyanyi, lagu ini adalah cerita sebuah persahabatan. Kelekatan hubungan dengan sahabat digambar jelas dalam lagu ini. Kadang kita menjauh dari mereka tapi hati kita tetap menyimpan kerinduan. Tidak jarang di saat-saat menjauh itulah kita justru saling mengirim kehangatan.

Ada lirik yang luar biasa dalam lagu ini menurut saya. Liriknya benar-benar membuat saya mengerti bahwa sahabat adalah sisi lain dari kesempurnaan dan kekurangan kita. Sahabat adalah keakuan kita yang menjelma dalam sosok yang berbeda. Sahabat adalah kesadaran kita yang kadang kita abaikan tapi tetap hangat untuk diminta menghidupkan mimpi. Ini dia lirik yang selalu menyimpulkan senyum dalam hati saya...

Terbersit barang sedikit kita jauh, hilanglah kita jatuh.
Terbersit barang sedikit kita jatuh,

Kau tersungkur, tersungkur, dan jauh
Lalu ku tersungkur, tersungkur, dan jatuh, dan jauh

Habiskan hati sahabatku, mencari ragu untuk dibunuh
Menangkap nyali sahabatku, mengisi jantung seakan candu.

Bagus ya liriknya. Bayangkan, kita justru diajak mencari ragu untuk kemudian dibunuh. Tidak semua orang berani mencari ragu menurut saya. Dan lirik ini tak hanya meminta kita untuk mencarinya tapi juga membunuhnya di tempat.

Setelah berhasil membunuh ragu, kita bersama sahabat dapat menangkap nyali dan mengisi jantung dengan semua itu. Rasanya tak ada yang lebih hiroik dari semua itu dalam sebuah persahabatan.

Lagu ini juga mengambarkan ketulusan dalam persahabatan. Pada akhir lagu, pesan itu disampaikan dalam lirik ini...
Petik sakit, percayai, sangka baik, takkan sulit
Beri, trima, senyum, hina, sakit, rasa, tawa sahabat.

Ah saya tak pernah bosa membayangkan menyanyikan kata akhir dalam lagu sambil membuka kedua tangan dengan lebar, agar artikulasi tawa sahabat dalam lagu tersebut semakin kuat.

Ayo para sahabat, kita cari ragu untuk dibunuh dan isi jantung dengan tangkapan nyali.
Ayo ekspresikan keberuntungan kita memiliki dan menjaga sahabat yang kita punya dengan meletakkan tangan di dada sambil menyebutkan nama-nama mereka satu per satu. Semoga, saya tetap mampu menjaga kualitas sebagai teman baik :D

Dari sekian banyak sahabat yang saya punya, saya tiba-tiba rindu pada sahabat abadi saya, Sang Sahabat Hidup. Saya rindu melekat padaNya dan melentur dengan kebebasanNya. Ayo duduk di taman lagi, yang kemarin buat saya kecanduan :D

Tuesday, November 23, 2010

Duduklah Bersamaku Tuhan

Desain by : Pablo Reinoso
Pic : www.baekdal.com
Sini...
Iya Kamu, ke sinilah.
Bangku taman ini ku sediakan untukMu.

Mengapa...mengapa malu...
Ayo jangan tundukkan wajahMu,
Aku sudah menungguMu, sejam lalu.

Iya, sejam lalu.
Usai Kau katakan, tunggu Aku di taman itu, satu jam dari sekarang.

Lalu sekarang Kau hanya tertunduk malu.
Ayo duduk di sampingku dan tautkan jemariMu pada jemariku.

Apa, tanganMu terluka? Karena Kau baru saja tergantung pada kayu penebusan itu.
Ah manusia memang tak mengerti dengan siapa mereka berhadapan.

Mari...mari aku balut lukaMu.
Iya, akan aku balut. Jadi duduklah lebih dekat.
Berhenti menunduk, biar ku lihat cahaya di wajahMu.

Hei mengapa Kau menangis?
Rupanya bukan hanya tanganMu yang terluka.
Apa mereka juga mencolok mataMu?
Manusia keparat memang, apa mereka benar-benar tidak tahu siapa yang dihadapi.

Kau ingin aku menghujamkan belati pada jantung mereka?
Kau ingin aku merobek lambung mereka?
Atau Kau ingin aku menghancurkan jari-jari kaki mereka?

.....

Mengapa Kau hanya diam?
Kau ingin aku mendekat? Baiklah aku mendekat.
Apa...aku tak dapat mendengar suaraMu...bicaralah lebih keras.
Apa...Kau terlalu pelan.
Biar aku tempelkan daun telinga di bibirMu
"Aku hanya ingin, kau duduk bersamaKu di bangku taman ini," ucapMu begitu mesra.

Teramat mesra, karena itu kali pertama aku mendengar suaraMu.
Suara kekasih hati yang rindu duduk di bangku taman yang sudah menua.
"Ini bangku kita. Hanya bangku ini yang mempertemukan kita. Duduklah bersamaKu."
Kau katakan itu semua sambil menggenggam tanganKU
Meski darah tak berhenti menetes, Kau tetap genggam tangaku.
"Duduklah bersamaKu di bangku taman ini."
Hanya itu yang Kau katakan sambil menghitung daun-daun yang berjatuhan.


Jakarta, 23 November 2010



*Saya tidak tahu, tapi saya merinding menulis ini.
Ah mungkin hanya perasaan saya saja.

Sunday, November 21, 2010

Hidup adalah PERAYAAN!

Foto by Darisman
Ingin tahu, tahun ini saya melakukan kegilaan apa untuk merayakan ulang tahun? Saya catwalk di atas meja dan nyanyi di depan teman-teman untuk pertama kalinya. EXTRAORDINARY, itu yang saya rasakan.

Awalnya, saya tidak terpikirkan untuk merayakan ulang tahun. Terakhir kali saya merayakan ulang tahun kalau tidak salah pas SD, kelas 5. Tapi itu lebih ke traktir teman-teman makan bakso dekat rumah hahahaha dan diberi kado pensil plus buku yang banyak hahahaaha.

Akhirnya saya mikir, tahun depan, saya akan memiliki awalan angka baru buat usia saya jadi kenapa ngga kita gila-gila aja tahun ini. Mumpung masih twenty of something. Loh memang kalau sudah thirty of something ngga bisa gila? Ngga juga sih, cuman being twenty of something giving you the gut to be crazy and wild. So why don't celebrate it with lots of madness.

Jadi saya undang teman-teman saya. Jumlahnya ngga tanggung-tanggung, 30 orang! Walaupun yang datang tidak genap, tapi kehadiran mereka semua sudah cukup mengkooptasi aura di Melly's Resto and Bar.

Sebelum malam perayaan tiba, tiba-tiba saja dua minggu belakangan, saya terpukau dengan lagu Frau. Frau adalah folk pop singer dari Jogjakarta. Really talented! Saya udah lama dengar dia, tapi entah kenapa baru sekarang kena guna-guna. Dari beberapa lagu dia yang luar biasa, saya terhanyut oleh lagunya yang berjudul Salahku, Sahabatku.

Saya tidak ngerti dengan aransmen musik. Tidak juga paham dengan partitur piano. Yang saya tahu, setiap kali dengar lagu ini, saya selalu ingin bernyanyi! Gilanya lagi, tiba-tiba saya jadi pede untuk nyanyi di depan umum...REALLY HAVE MY OWN STAGE!

Alhasil saya cari cara untuk mewujudkannya. Mencari pemain gitar yang bisa mengiringi tapi tidak sukses. Saya ngga putus asa, saya mencari tahu apakah ada software yang bisa membuat file lagu yang saya punya hanya memperdengarkan alunan pianonya saja.

Setelah hampir seminggu mencari cara, akhirnya malam minggu (20/11) kemarin, saya menyanyikan lagu itu untuk teman-teman terdekat saya. Rasanya deg-degan banget, bahkan saat saya menulis dan mengingat semuanya saat ini, jantung saya masih berdetak kencang! Luar biasa ketika melihat teman-teman saya begitu serius menatap dan menyimak lagu yang saya nyanyikan. Saya sempat bertindak konyol untuk membuat mereka tidak seserius itu menatap saya hahahaha.

Dengan bantuan audiocity (thanks to Mario who gave me the link) yang kemudian saya save di blackberry, saya pun bernyanyi. Saya berdiri dan sedikit menarik napas. Saya memejamkan mata untuk meresapi instrumen piano yang dimainkan Frau. Lalu saya tak peduli dengan apa yang terjadi, hanya bernyanyi dan berekspresi. BENAR-BENAR PENGALAMAN GILA YANG MENYENANGKAN! And it quite a show, me and my blackberry ;D

Ada yang lebih gila dari itu sebenarnya. Masih soal sexy heels saya, pada invitation saya tulis:
Dress Code : Be free as you are. One thing for sure, I'll wear my sexy heels :D

Jadi teman-teman saya penasaran, dan meminta saya jalan di atas meja yang disusun. Gila, saat saya berdiri, teman-teman bersorak dan membuat semua tamu mengarahkan matanya kepada saya.

Spontan saya jongkok karena rasanya malu! But hey the show must go on. Plus saya harus menghargai kesediaan teman-teman saya untuk menghadiri pesta malam itu. Ada yang rela-rela datang dari Bandung dan Garut demi saya. Ah saya memang special dan beruntung :D Jadi ya, sedikit nekat dengan catwalk dadakan di atas meja pada sebuah tempat hang out yang ramenya luar biasa adalah pengalaman yang menyenangkan.

Jalan dan pose. Lalu merasakan beberapa kamera berebut menangkap momen itu. Menikmati blitz-blitz itu menerangi langkah kaki saya. Ah begitu toh rasanya jadi model hahahahaha.

Malam yang luar biasa. Kegilaan yang menyenangkan. Tawa yang menyegarkan dan perbincangan yang benar-benar lepas. Plus, kado-kado yang memang gua banget hihihihihihi. 

Ah para sahabat, kehadiran kalian adalah energi yang tak pernah padam. Cerita yang kalian bahasakan benar-benar membentuk senyum lebar pada wajah saya. Ditambah kehangatan pelukan serta jabat erat, membuat saya tak akan pernah merasa kekurangan semangat untuk terus menantang dunia. Penutup manis dari baris terakhir lagu Frau untuk kalian semua, "Beri, trima, senyum, hina, sakit, rasa, tawa sahabat." And this good girl ready to be GREAT!!! Dan karena hidup adalah sebuah perayaan, maka saya merayakannya dengan kalian semua :D



Wednesday, November 10, 2010

Esai Cinta dalam Kesetiaan dan Perselingkuhan

Ini dia si Pygmalion
Tidak ada yang kebetulan dan pertanda. Boleh jadi ini adalah kedua hal yang saya percaya.  Jadi beberapa hari belakangan ini, saya menangkap cerita dan pertanda yang temanya sama, yaitu kesetiaan, cinta, dan perselingkuhan.

Oke tulisan ini bukan untuk membangkitkan macan tidur (baca: rasa sakit hati) yang berhasil saya tidurkan dengan obat bius (baca : harga diri) kelas wahid. Tapi saya tergerak karena banyak sekali cerita cinta yang menggelayut dengan seksi di hadapan saya.

Sebelum bercerita, saya ingin bertanya, ada yang kenal dengan Pygmalion? Ini adalah salah satu cerita mitologi Yunani yang akan membuat kita membelalakan mata atau justru menyimpulkan senyum seperti saya. Belakangan saya sering tersenyum memang kalau mengingat cerita tentang cinta…alah bahasanya kaya judul lagu.

Jadi Pgymalion adalah pematung terkenal dari Cyprus yang jatuh cinta dengan patung yang dibuatnya sendiri. Patungnya terbuat dari gading, berwarna putih dan memiliki liuk tubuh yang sempurna. Menurut si Pgymalion, patung indah yang dibuatnya itu sangat real dan menggoda untuk dimiliki. Maka dia meminta kepada dewi Venus untuk mengubahnya menjadi manusia. Perempuan utuh yang hidup dan bisa dicintainya secara real. Tapi sial, Pgymalion sepertinya laki-laki pemalu, karena dia tidak berani berkata jujur pada Dewi Venus. Lalu apakah dia tetap mencintai patung itu selamanya?

Namanya juga mitologi, entah angin apa yang berhembus, dewi Venus mengirim Cupid untuk mencium patung gading cantik itu. Bagian yang dicium pun sangat spesifik, jari manis! Ciuman Cupid mengubah patung Pygmalion menjadi perempuan cantik yang sesungguhnya. Tak hanya itu, ciuman di jari manis membuat Pgymalion dan si patung menjadi suami-istri. Dewi Venus mengabulkan permintaan Pygmalion yang tak terucap melalui ciuman maut Cupid.

Ah mitologi memang selalu beda tipis dengan sinetron, selalu diakhiri dengan kebahagiaan. Biar orang tidak kapok membaca mitologi Yunani dan menonton sinetron hahahahaha.

Sebenarnya perkenalan saya dengan Pygmalion tidak sengaja. Melalui National Geographic channel pada program Taboo yang mengangkat tema Strange Love. Mereka bercerita mengenai seorang laki-laki yang memilih menikah dengan boneka perempuan ketimbang perempuan beneran. Dalam dunia ilmu kejiwaan, pecinta boneka ini diibaratkan mirip si Pygmalion. Laki-laki yang menikahi boneka dalam feature Natgeo itu memberikan pembeda yang jelas antara perempuan boneka dengan perempuan benaran. Perempuan beneran alias manusia berkelamin perempuan adalah perempuan organik, sedangkan boneka perempuan adalah perempuan sintetik. Tahu alasannya kenapa dia memilih menikah dengan boneka yang ukuran dan bentuknya memang benar-benar mirip manusia berkelamin perempuan? Patah hati. Dia sering patah hati pada kehidupan nyata, baik itu patah hati karena perselingkuhan atau karena memang tidak cocok.

Saya yang memasuki fase menang hati ;D tentu terperangah dengan alasan dia. Saya berpikir orang ini pasti trauma berat dengan fase-fase patah hati.

Tapi memang sih, patah hati bukan bagian dari cerita hidup yang menyenangkan. Saya mengalaminya sendiri. Asam lambung naik setiap kali teringat hal-hal yang harus dilupakan. Pikiran tidak fokus karena berjuta pertanyaan menumpuk, mulai dari salah di mana, apa yang kurang, sampai semua yang dijalanin ini beneran atau rekayasa sih? Itu belum cukup, saya yang energi positifnya ibarat Saluran  Udara Tegangan Tinggi (SUTET) tiba-tiba anjlok dan yang dilakukan hanya menangis ngga karuan. Ah KEPARAT emang, mata saya sampai pedas ketika itu. Jika setiap sejarah dunia memiliki masa kegelapan, maka itulah masa kegelapan saya.

Saya pun melakukan riset kecil-kecilan, maklum saya termasuk orang yang ngga terima kalau dibilang menderita sendirian hahahaha. Ternyata patah hati memang tidak bisa menjadi proses yang menyenangkan. Seorang teman saya, bahkan sampai harus dikasih obat penenang sama keluarganya agar dia bisa tidur tenang. Tapi ketika itu, dia tidak tahu keluarganya ‘mencolek’ dokter untuk memberi resep obat penenang. Dan teman saya yang lain nyaris menabrakkan dirinya ke mobil di jalan raya ketika dia merasa cinta kekasihnya tiba-tiba hilang tanpa jejak. Rasanya tidak adil jika saya bilang saya beruntung, iya beruntung karena tidak pernah terpikir untuk bunuh diri demi patah hati. Lagi-lagi, saya terlalu mencintai hidup.

Pelan-pelan saya mengerti mengapa ada orang yang trauma dengan patah hati dan memilih untuk mencintai boneka. Bahkan orang itu bilang, “Perempuan sintetik ini tak hanya menyelamatkan saya dari rasa patah hati tapi juga tidak pernah membuat saya merasa canggung untuk berbicara apapun.” Dia mengakui bahwa dirinya memiliki keterbatasan kemampun untuk berinteraksi dengan sekitarnya. “Saya bingung apa yang harus saya katakan kepada mereka dan apakah mereka akan menerima apa yang saya katakan.” Bahasa sederhananya, orang ini sangat introvert dan anti sosial.

Tapi kalau dari sisi ilmu kejiwaan, orang-orang seperti ini tidak dianggap aneh. Ada penggolongan untuk karakter yang mereka punya, mereka dikategorikan mengalami Asperger disorder. Ini adalah gangguan interaksi sosial yang masuk dalam sepktrum Autisme. Jadi bahasa sederhananya, Asperger disorder ini kelas ringan dari Autisme yang ditandai dengan sulit berinteraksi dengan sekeliling mereka.
Jadi ketika patah hati dialami oleh yang memiliki Asperger disorder ya bisa dibayangkan apa yang terjadi, salah satunya adalah bersedia menikahi boneka. Tapi tahu apa yang saya kagumi dari pria yang menikahi boneka ini, “Saya cinta dia dan saya akan setia sampai maut memisahkan.” Kesetiaan. Dia berani setia untuk benda yang tidak bernyawa. Atau mungkin dia berani setia karena tahu perempuan sintetiknya tidak akan memberontak untuk segala apapun yang dia katakan dan lakukan.

Itu adalah contoh kesetiaan yang ideal dalam hubungan percintaan boneka yang monogami. Karena ternyata ada juga orang yang mencintai beberapa boneka. Layaknya keluarga poligami, si pemilik boneka harus menciptakan pengertian antar boneka-boneka yang sebelumnya ada. “Saya harus menjelaskan kepada mereka mengapa saya butuh boneka baru.” Husss jangan ketawa, tidak sopan menertawakan niat baik orang yang ingin menciptakan kedamaian dalam kekacauan rasa.

Sebelum membeli boneka baru, dia menjelaskan alasan yang membuat dia harus menambah anggota baru. Tujuannya sama, agar tidak ada rasa sakit hati antar boneka. Pengertian dan penjelasan juga diberikan kepada boneka baru.  “Jangan takut, mereka semua sudah mengerti dan menerima kehadiranmu,” ucapnya dengan tulus. Ah andai boneka itu bisa bicara pasti dia tidak mau dimadu hahahaha.

Sampai pada level itu, apa cinta dan kesetiaan menurut kalian semua? Jangan langsung dijawab, ada fakta berikutnya.

Di seri Taboo yang sama diceritakan juga sebuah konsep negotiation fidelity alias kesetiaan yang dinegosiasikan. Benda apa lagi ini. Jadi ada pasangan di Australia yang punya rumus soal perselingkuhan. Ayo yang suka selingkuh pasti suka topik ini hahahahahaha.

Jadi pasangan ini tidak menikah tapi mereka berkomitmen untuk saling setia. Plus mereka diperbolehkan untuk berhubungan dengan orang lain tapi hanya sebatas hubungan seksual. Menarik kan?!?  Jadi pasangan ini diperbolehkan flirting dengan siapa saja. Bahkan targetnya itu harus di bawa pulang untuk diperkenalkan ke pasangannya. Baru setelah itu bercinta dengan targetnya sambil pasangannya menunggu di luar.

Tahu kenapa mereka melakukan itu? Karena mereka terlalu sering diselingkuhin dari hubungan sebelumnya, khususnya sang perempuan. Dia bahkan sampai mencari tahu kenapa laki-laki suka selingkuh. Percaya atau ngga, jawaban yang dia temuin adalah laki-laki menyimpan gen berburu perempuan, layaknya pejantan gemar mencari perhatian betina. Ketika mereka mencoba menaklukkan hati perempuan, adrenalin mereka terpacu. Inilah saat mereka menyadari kehilangan akal sehat dan kenekatan adalah definisi sederhana dari kelelakian mereka. 

Sedangkan yang terjadi pada perempuan adalah (ini murni analisa saya dari riset kecil-kecilan itu)  peranannya yang lebih banyak melindungi dan menenangkan membuat perempuan tidak akrab dengan adrenalin. Plus peran domestik membuat perempuan tidak biasa mengasah adrenalinnya dengan usaha pemburuan, jadi ya berselingkuh bukan untuk menunjukkan kegagahan adrenalin tapi untuk memuaskan jati dirinya sebagai pelindung.

Aneh mungkin, tapi disadari atau tidak, perempuan yang berselingkuh akan rela mengorbankan apa saja demi laki-laki yang menampilkan aroma adrenalinnya dengan lekat. Bagaimana saya sampai pada kesimpulan ini?

Pertama, perempuan yang ada di Natgeo itu bercerita bahwa ketika dia bisa mengetahui sendiri dengan siapa pasangannya bercinta maka dia merasa dia bisa mengawasi secara langsung apa yang terjadi. Tahu apa yang dilakukan perempuan itu saat pasangannya mengeluarkan suara-suara desahan bersama perempuan lain? Dia mewarnai kuku kakinya dengan kuteks. "Ngga cemburu mba?" Kira-kira begitulah sang narator bertanya. "Jika kita mencintai pasangan kita maka kita akan melakukan apa saja untuk membuat mereka bahagia. Dan apa yang dilakukannya sekarang adalah sesuatu yang membuat dia bahagia jadi ya tidak ada rasa cemburu." Makin banyak pertanyaan muncul? Sabar tulisan ini akan sangat panjang :D

Sebenarnya perempuan itu tetap cemburu, sebab dia membuat aturan dari ajaran perselingkuhan yang dinegosiasikan itu. Aturannya adalah, setelah adegan percintaan, tidak boleh ada pertemuan lanjutan. Semua harus berakhir sesaat pintu di tutup dan selingkuhan lenggang kangkung ke luar rumah. Jadi artinya, kalau pasangan melakukan pertemuan kedua, ketiga, atau keseratus secara diam-diam maka itu namanya perselingkuhan. See dalam konsep cinta yang seekstrim ini pun perselingkuhan tidak diterima.

Kedua, perempuan punya kemampuan untuk menyerahkan segala-galanya secara total. Menurut saya sih ini pengaruh anatomi, khususnya rahim. Ketika perempuan hamil, dia rela tubuhnya berubah total. Pada akhirnya perubahan total ini disebut pelengkap kehidupan. Oleh karena itu perempuan yang berselingkuh akan menelan semua pil pahit pengorbanan demi melengkapi cerita yang baru ditulis. Mulai dari dijadikan cinta kedua, disimpan dalam kotak, membatasi ekspresi dan kemunculan diri, tidak diakui, sampai memasang badan demi menghadapi berbagai caci maki dari sekitar. Tahu bagaimana perempuan yang berselingkuh mendefinisikan ini semua? "Ini adalah risiko yang saya pilih ketika harus mencintai dirinya." Atau lebih parah lagi, mereka akan melihat ini sebagai panggilan alam atas peran mereka sebagai pelindung.

Bicara soal perselingkuhan, saya jadi ingat pada Minggu (7/11) kemarin, tanpa sengaja saya dan Nida menghadiri Festival Film Eropa di TIM. Kita menyaksikan film dari Portugis yang berjudul O Misterio da Estrada de Sintra. Film ini menceritakan dua penulis novel yang tegah menggarap proyek menulis perselingkuhan para pejabat Portugis dan Inggris. Tau yang lucu apa dari film ini, semua yang selingkuh kena sifilis. Penyakit ini dijadikan cara untuk balas dendam pada pasangan yang berselingkuh. Bahkan salah satu tokoh mati di dalam novel karena sifilis. Maklum ketika itu antibiotik tidak sekuat sekarang. Dan nafsu selalu saja berhasil mengalahkan kepantasan termasuk kesadaran berhubungan secara sehat. Yah secara kesehatan (karena sekarang saya wartawan kesehatan) tidak setia pada pasangan akan menyebabkan penyakit menular seksual dan sifilis adalah salah satunya. Jadi siapa bilang perselingkuhan hanya bertabrakan dengan norma, dunia kesehatan juga memandangkan sebagai ketidakwajaran.

Oke kembali ke topik. Tahu apa lagi yang absurd dari kesetiaan, cinta, dan perselingkuhan? Rasa cinta tidak selalu dihubungkan dengan sesuatu yang memiliki fisik. Pernah dengar kalau di Jepang ada anak muda yang jatuh cinta pada tokoh anime. Dan yang dimaksud dengan jatuh cinta adalah bersedia menikah dengan video game yang membuat tokoh tersebut hidup. Iya ini betulan, Astried, salah satu sahabat saya, menunjukkan video youtube-nya kepada saya. Dia mengucapkan janji setia secara online kepada masyarakat pencinta games online di Jepang. Dia bahkan mengenakan jas terbaik dengan wajah yang berseri-seri. Tahu bagaimana laki-laki pecinta anime ini mengartikan cintanya pada tokoh anime yang semua pembicaraanya sudah diprogram. "Saya suka karakternya, dia perempuan yang saya cari." Dan ketika ditanya apa dia ngga takut dibilang aneh karena mencintai video game? Laki-laki muda itu bilang,"Saya berharap satu saat nanti, semua orang bisa menerima konsep mencintai kepada siapa pun, baik yang berwujud maupun tidak."

Ketika ditanya apa yang jadi alasan dia mencintai perempuan dalam bentuk video game, laki-laki itu menjawab kalau perempuan anime tidak bikin pusing. Yang dimaksud dengan pusing adalah menuntut banyak demi sebuah konsep take and give.

Iya dalam hubungan cinta yang ideal, take and give adalah rumus dasarnya. Itu kenapa ada istilah cinta itu ada ketika kedua tangan bertepuk bersamaan. Keduanya harus saling memberi dan menerima. Kalau hanya satu yang memberi atau menerima maka cinta jadi beban. Apa iya cinta itu harusnya membebani?

Pada akhirnya semua harus memilih, termasuk pelaku perselingkuhan. Tahu apa alasan mereka yang melakukan perselingkuhan saat mengakhiri hubungan dengan kekasihnya. Aku tidak ingin menyakiti (baca : membebani) kamu, karena rasa ini terlalu besar untuk dibendung. Atau, aku masih sayang tapi rasanya tidak seperti dulu. Lalu biasanya yang tahu bahwa dia terlibat dalam perselingkuhan akan bilang, "Maaf saya datang di waktu yang salah." Atau, “Maaf semua terjadi begitu saja.”

Tapi apa iya cinta mengenal salah waktu? Atau apa iya, kita tiba-tiba jatuh cinta pada seseorang tanpa bisa mengerti bagaimana semuanya terjadi Mmmm...saya rasa sih cinta adalah sebuah kesempatan dan kesadaran. Sama seperti perselingkuhan, dia adalah kesempatan dan sebuah kesadaran. Semua orang diberi kesempatan untuk jatuh cinta dan selingkuh. Porsinya sama menurut saya. Kesempatan untuk jatuh cinta sama besarnya dengan kesempatan untuk selingkuh. Pembedanya adalah seberapa sadar kita memaknai itu semua. Dan kesadaran akan membuat kita bertemu pada batas kewajaran, apakah ini masuk benar atau tidak.

Belakangan, saya dijadikan tempat curhat oleh teman-teman saya. Temanya sama tentang cinta dan perselingkuhan. Kata mereka, "Priska sekarang lebih matang dan dia semakin lembut plus berani menghadapi segala kerumitan tentang cinta."  Jadi mereka merasa saya bisa membantu mereka keluar dari kerumitan cinta dan perselingkuhan. Malah pernah dalam satu hari saya menyarakan seorang teman saya untuk berani jatuh cinta lagi dan seorang lainnya agar berani memutuskan hubungannya. Yang saya lakukan sebenarnya hanya membuat mereka berbicara dengan kata hati mereka dan sedikit memberikan gambaran realitas soal menjalin serta melepaskan cinta dengan harga diri. Tahu apa tandanya jika apa yang kita putuskan benar? Lega. Rasa lega adalah kejujuran realitas yang bisa kita nikmati dengan tulus.

Tapi apa iya cinta itu membuat kita tidak sadar sehingga kita tidak bisa memilih dengan akal sehat? Mari kita lihat bagaimana ilmu kedokteran mengartikan jatuh cinta? Saat kita bahagia, otak mengeluarkan hormon oksitosin dan jatuh cinta biasanya diidentikan dengan perasaan bahagia. Itu kenapa hormon oksitosin juga disebut sebagai hormon cinta.

Ini bukan sembarang hormon. Oksitosin adalah hormon yang kerjanya seperti opium, membuat kita melayang dan kecanduan. Maka jangan heran kalau kita jatuh cinta, rasanya rela membelah dada ini untuk membuktikan bahwa di dalam jantung kita ada namanya...Hahahaha dangdut bener ini. Dan jangan juga heran kalau saat kita tiba-tiba diminta untuk berhenti mencintai seseorang yang selama ini menjadi belahan jiwa, maka kita akan seperti orang sakaw yang minta dihilangkan rasa sakitnya.

Saya pernah menulis tentang bagaimana otak merespon patah hati untuk website yang menggaji saya setiap bulan. Penelitian membuktikan, patah hati akan membuat orang butuh waktu lama untuk kembali normal karena hormon cinta kita dimatikan dosisnya. Padahal hormon cinta ini juga bekerja untuk membuat kita tenang dan sehat.

Karena cinta kita dicabut dari akarnya secara tiba-tiba, kepala kehilangan stimulasi untuk mengeluarkan oksitosin. Alhasil tubuh sakaw dan minta pasokan opium baru. Apa yang kita lakukan? Bisa menabrakan diri ke mobil agar mantan pasangan melihatnya sebagai pengorbanan, plus cara untuk mengakiri sakaw karena cinta. Atau bisa juga bangkit dan meninggalkan semua memori tentang cinta karena bisa memiliki positif energi sehingga nyala hormon oksitosin bisa disulut. Seperti saya :D

Jadi ya cinta memang membuat kita tidak masuk akal. Sama seperti ketika kita patah hati, semuanya bisa jadi sangat tidak masuk akal. Tapi lagi-lagi kita diberi kesadaran untuk memilih. Apakah kita akan dengan sukarela memilih menjadi tidak masuk akal atau sebaliknya? Saya rasa ketika kita bisa merasakan jatuh cinta maka kita telah memasuki satu tahap kedewasaan. Biologi menandai masa transisi dari anak-anak menuju remaja dengan adanya ketertarikan terhadap seseorang. Jadi sebagai orang dewasa, harusnya kita punya kesadaran yang baik dalam memilih. Tidak sekadar terbuai dengan efek opium yang sebenarnya dengan sadar bisa kita picu sendiri.
By:

sh1va-frozen

Mau tau bagaimana mengeluarkan opium alami dalam otak, salah satunya adalah melalui sentuhan. Sebab kulit adalah organ terbesar manusia yang dilengkapi dengan jutaan syaraf untuk mengirimkan signal ke dalam otak. Jadi jangan pernah meremehkan efek sentuhan.

Melihat analisa panjang ini, saya menyadari betapa cinta begitu rapuh. Apa kalau begitu kita memilih dengan sadar saja untuk tidak mencintai siapa pun. Bagaimana menurut kalian?

Setidaknya ada 2 orang yang saya tahu menjadikan kesendirian sebagai pilihan. Seorang yang pertama bahkan sudah dengan tegas mendeklarasikan tidak akan pernah menikah dan tidak menjadikan jatuh cinta sebagai kebutuhan. Alasannya, dia sangat mencintai kemandiriannya. Pilihan ini bukan karena dia patah hati tapi karena dia sangat puas dengan individualitas yang dia punya. "Semua kepuasan bisa gue dapatin sendiri, jadi buat apa butuh pasangan." Aneh? Tidak juga, saya justru kagum sama dia karena berani memilih sesuatu demi dirinya. Dia mengerti apa yang menjadi kepuasaannya sendiri.

Sedangkan seorang yang lain, memilih sendiri karena merasa tidak ada yang bisa menjamin kesetiaan. Iya manusia terlalu egois untuk memuaskan egonya sendiri. Jadi dari pada memaksakan diri untuk tetap setia atau meminta orang lain setia, lebih baik setia pada pilihan untuk menyendiri. Apa ini aneh? Tidak juga, saya sih selalu kagum dengan pilihan-pilihan di luar kotak. Buat saya, pemikiran di luar kotak sama dengan kelinci yang berani keluar dari topi sulap seperti dalam cerita Dunia Shopie. Mereka lah penantang hidup sesungguhnya.

Jika saya ditanya, apakah lebih memilih sendiri atau tetap jatuh cinta? Jawabannya sederhana, saya sangat mencintai hidup. Dan elemen terpenting dalam hidup adalah cinta, jadi saya memilih jatuh cinta. Walaupun teman saya yang memilih untuk menyendiri itu, telah menggoda saya dengan kebebasan yang menggiurkan. "Kita bisa menikmati dunia di mana aja dan kapan aja tanpa perlu negosiasi dengan orang lain yang belum tentu sempurna menyerahkan diri." Hahahahaha...saya sih hanya bilang, "Jatuh cinta bikin gue centil dan gw suka jadi orang centil....hahahaha." 

No, saya hanya merasa pilihan saya ya itu berpasangan. Karena saya suka rasa yang dikirimkan seluruh inci dari tubuh saya ke dalam pancaran mata saya. Iya, jatuh cinta buat saya 10 tahun lebih muda hahahahaha. Plus saya suka bagaimana tubuh saya bereaksi ketika saya memeluk, menyentuh, dan mencium kekasih hati saya dengan kehangatan. Saya juga suka ketika saya harus bermanja-manja atau ngambek ngga jelas demi sebuah perhatian. Dan rasanya semua itu akan saya dapat ketika saya berpasangan hehehehe. Makanya saya ngga sabar untuk jatuh cinta lagi :D

Ah kayanya enak kalau saya jadi Dewi Venus yang bisa dengan sesuka hati meminta Cupid mengarahkan panah asmara ke setiap laki-laki yang saya mau. Tapi kalau begitu bukan kah cinta jadi sebuah produk egois yang direkayasa. Bukankah cinta salah satu anugrah yang Tuhan beri?

Ngomong-ngomong soal Tuhan ya, saya jadi berpikir, sebenarnya konsep rela berkorban demi cinta itu datangnya dari proyek egois Tuhan yang mau hanya ada Dia di dalam kepala kita. Rasanya semua agama berbicara demikian, bahwa tidak boleh ada Allah lain dihadapanKu. Atau hanya Aku-lah Allah yang Maha Besar.

Tuhan juga butuh pengakuan dan ingin digilai hanya oleh kita. Bahkan hubungan Tuhan dan manusia sama rapuhnya dengan hubungan cinta manusia. Ada waktu di mana Tuhan merasa perlu ngambek sama manusia karena manusia mengabaikannya. Tapi ada waktu juga di mana Tuhan tergila-gila pada manusia. Caranya, membuai manusia dengan segala keindahan dan kenikmatan hidup.

Sebenarnya konsep setia dan monogami, semuanya berawal dari bagaimana agama coba memasangkan Tuhan dengan manusia. Bahkan pendeta saya pernah cerita kalau Tuhan dan manusia itu ibarat pengantin pria dengan pengantin wanita. Keduanya saling memberi cinta dan setia dalam bercinta. Ada konsep take and give dalam hubungan keduanya. Dan tidak jarang juga kita jadi kehilangan akal sehat ketika coba 'bercinta' dengan Tuhan.

Buktinya kita suka melihat ada orang yang saking jatuh cinta dengan Tuhan akan membunuh orang lain karena menjelek-jelekan kekasih hatinya (baca: Tuhan). Atau ada juga orang yang rela menyerahkan tubuh dan hidupnya demi menguduskan kesetiaanya pada Tuhan.

Semuanya pilihan, klise memang tapi pilihan mendefinisikan hidup yang kita jalani. Apakah kita mau menjadi pencinta boneka yang monogami atau poligami? Bisa jadi kita juga memilih untuk berpasangan dengan setia atau kerap selingkuh atau mungkin setia yang dinegosiasikan? Tidak salah juga untuk memilih setia pada kesendirian dan mengendalikan hidup dengan kemandirian serta keberanian menaklukkan dunia. Bahkan jika kita memilih untuk menikahi figur anime di video game, buat saya itu juga pilihan dan saya menghargai mereka dengan ketulusan yang saya punya untuk menerima mereka. Setidaknya mereka berani memilih karena suka atau tidak hidup kita terlalu rapuh untuk dibiarkan tanpa pilihan.

Jadi mau pilih yang mana, setia, cinta, atau selingkuh? Saran saya, pilihlah dengan sadar karena otak kita terlalu besar untuk hanya digunakan sebagai mesin pengoperasi insting. 

Wow....akhirnya setelah 2 hari 3 malam mendengarkan cerita, mengamati, dan merenung akhirnya tulisan ini jadi juga :D Berharap tulisan ini akan membuat teman-teman yang menjadikan saya tempat curhat untuk cerita tentang cinta, punya keberanian untuk memilih dengan kesadaran yang utuh tidak sekadar dibayangi rasa trauma atau euforia opium oksitosin. Jadi apa pilihan kalian?

Saturday, November 6, 2010

Les Voila!!

Seingat saya, di blog ini belum pernah ada tulisan yang membahas mengenai sepatu. Iya sepatu!! Sebenarnya saya bukanlah penggila sepatu, apalagi high heels shoes. Soalnya dulu saya tomboy jadi tidak pernah akrab dengan sepatu ber-heels. Kalau pun punya, paling tinggi 5 cm dan buat saya itu sudah cukup memuaskan langkah kaki saya.

Tapi entah kenapa, sekitar seminggu yang lalu, saya kepincut dengan sepatu yang satu ini. Bayangin, tingginya 12 cm! Dan yang membuat saya semakin tergerak untuk mengamati lekat-lekat sepatu ini adalah karena di sebelahnya ada tulisan DISCOUNT 20% Akhirnya otak saya bersuara (otak ya bukan hati hahahahahaha), "Lucu juga kayanya kalau dicoba."

Sesaat kemudian yang saya tahu, saya sudah duduk bangku yang disediakan khusus untuk pembeli atau pelintas seperti saya. Saya sengaja memilih tempat duduk yang di depannya tepat terpasang kaca besar yang mencerminkan penampilan kita seluruh badan. Dan ketika itu, saya duduk di antara dua laki-laki yang tengah menunggu pasangannya mencari sepatu. Mereka hanya memainkan handphone sambil bertumpang dagu. Lalu saya kenakan sepatu kulit bertali ini pada kaki kanan saya, sedangkan kaki kiri saya masih memakai sepatu yang lama yang heels-nya hanya 5 cm.

Tapi entah kenapa, sepatu yang hanya sebelah ini cukup memberikan daya magis. Kaki saya nyaman sekali bahkan ketika berdiri, haknya tidak terasa kesulitan menopang tubuh saya. Bahkan kedua laki-laki itu berhenti memainkan handphone-nya. Ini serius, sepatu itu menyimpan daya magis bagi semua orang yang melihatnya.

Akhirnya saya sangat percaya diri untuk melangkahkan kaki saya menuju kaca besar tersebut. Saya berjalan menjauh dan mendekati kaca itu, efeknya masih sama, SEXY! Tiba-tiba saya melihat ada senyum lebar di wajah saya dengan rona berseri-seri, persis kaya pertama kali jatuh cinta. Akhirnya saya duduk kembali dan berpikir apakah ini harus dibungkus dan di bawa pulang atau.....Suara hati saya bilang, "Tunggu dulu, jangan sekarang." Tapi kepala saya bilang, "Nanti diskonnya lewat loh," benar-benar suara yang membuat kita bisa melakukan apa saja demi sepatu. Lagi-lagi entah kenapa, saya menahan sedikit emosi saya.

Tapi tahu apa yang terjadi, selama 2 hari berturut-turut saya tidak bisa menghapus daya ingat saya terhadap sepatu itu. Saya bahkan membayangkan koleksi baju apa saja yang akan menyempurnakan penampilannya. Bayangannya semakin luas, saya mengamati kedua kaki saya dan kembali meminta otak memutar apa yang terjadi ketika saya mencoba sepatu itu. Ah sepatu itu punya daya magis, ada peletnya. Dan semakin dicoba, peletnya menempel di kepala. Saya harus beli!!!!!

Akhirnya pada Selasa (2/11) kemarin saya membelinya. Walaupun kemudian saya sadar ternyata di bawah tulisan 20% ada tulisan selected items, yang memang tidak terlihat olah mata dengan jelas. Tapi niat saya sudah bulat. Bukan sekadar untuk memuaskan rasa penasaran akibat telah mencobanya tapi juga sebagai simbol keberanian saya. Iya saya berani untuk membeli dan memakai sepatu 12 cm! Ini adalah sepatu tertinggi yang saya pernah punya. Bahkan modelnya sangat merepresentasikan saya, Bold but Sexy.

Dan sepatu ini adalah representasi kemenangan saya atas kebebasan yang saya nikmati sekarang. Plus heel 12 cm itu adalah pengingat bagi saya untuk mencari pasangan baru yang setidaknya selevel dengan saya. Ya satu level dalam menjaga harga dirinya. Saya berucap kepada salah satu teman saya, "At least kalau nanti gua jalan pake sepatu ini sama yang baru, bisa sama tingginya...hahahahaha." Bahkan teman baru saya, Mbak Gati, berkata "Ya sekarang kau memakai sepatu berhak tinggi, maka bisa memandang lebih jauh." Sangat benar!

Maka pada Jumat (5/11) kemarin saya mendeklarasikan kebebasan saya dengan sepatu seksi ini. Saat saya mengenakannya ada perasaan sangat puas karena saya tidak sekadar membayangkan bagaimana indahnya sepatu tersebut di kedua kaki saya, tapi saya benar-benar berhasil memilikinya. Tak hanya itu, sepatu ber-heels yang ringan ini  membuat langkah kaki saya sangat elegan, penuh percaya diri dan anggun. Saya bertemu dengan diri saya yang baru, iya kupu-kupu ini berhasil keluar dari kepompong menyeramkan dan menantang dunia.

Ternyata kebebasan menawarkan daya magis yang luar biasa. Saya bebas melakukan apa yang saya mau. Saya hanya fokus pada diri saya, apa dan bagaimana kita menyempurnakan hari ini. Tak perlu lagi menunggu seseorang untuk mau menyemangati dirinya sendiri. Tak perlu lagi mengeluarkan segala daya dan upaya untuk membuat seseorang percaya bahwa dirinya mampu. Kali ini semuanya tentang saya. Kalau saya mau akan saya lakukan, tapi kalau tidak, maaf saja, diri saya sangat penting saat ini.

Dengan gaun bunga-bunga cerah berwarna pink, saya semakin mengeluarkan aura yang saya punya. Tapi kali ini, auranya lebih matang karena saya yang sekarang lebih berani melakukan apa saja demi kepuasan diri saya tanpa perlu berkompromi dengan siapa pun. Saya lebih lepas tertawa dan lebih bebas mengeluarkan apa saja yang ada di dalam kepala saya. Dan sebagian besar yang mendengar apa yang saya katakan sambil merasakan riangnya tawa yang saya keluarkan mengatakan, saya yang sekarang lebih keren. Saya hanya berucap, "Orang keren, temenannya sama orang keren," dan kami pun tertawa bersama.

Sebenarnya ada misi tertentu mengapa saya memakainya kemarin, karena saya akan bertemu dengan Ika dan Odit. Sudah lama kami tidak pergi dan mengeluarkan tawa lebar bersama. Karena saya menulis tentang sepatu dengan gaya magis ini di facebook, mereka pun penasaran untuk melihat sepatu tersebut. Maka bertemulah kami di salah satu cafe di Setia Budi.

Oiya tahu apa juga kepuasaan yang diberikan sepatu high heels? Saat kita mengeluarkan salah satu kaki kita dari mobil, kita dapat merasakan bagaimana kaki jenjang itu bisa menghipnotis banyak orang. Iya ini benar, saya merasakannya sendiri hahahahaha. Saat saya keluar dari taksi, saya merasakan bagaimana kaki jenjang benar-benar bisa memutar dunia. Dan seharian kemarin saya harus naik taksi, karena tidak mungkin menggunakan bis dengan baju serta sepatu se-seksi itu. Banyak penjahat kelamin di angkutan umum itu dan saya terlalu berharga untuk memuaskan hasrat mereka. Bahkan ketika Athied coba mengabadikan momen saya me-launching sepatu itu, saya benar-benar mengerti mengapa model harus berkaki jenjang. Karena kaki jenjang adalah salah satu bentuk keindahan tubuh perempuan.

Bertemulah saya dengan Ika dan Odit. Tahu apa yang menjadi pembicaraan kita pertama? Ketika saya bertemu sama Ika, kita langsung membicarakan sepatu keren itu dan saya meminta dia untuk mencobanya. Begitu juga dengan Odit. Bahkan teman-teman di kantor, saya suruh untuk ikut merasakan bagaimana daya magis sepatu itu menempel di kepala ketika kita mencobanya langsung hahahahaha.

Tapi ternyata sepatu itu tidak hanya memberikan daya magis pada teman-teman perempuan saya saja, melainkan pada laki-laki yang saya lintasi. I feel sexy, itu dia daya magis sepatunya. Semua menjadi seksi ketika memakai sepatu hitam dengan hak 12 cm ini. Dan para laki-laki menangkap aura seksi itu juga. Walaupun ketika salah satu dari mereka mendekati, saya sebenarnya tidak sedang memakai sepatu itu, ya emang saya seksi berarti hahahahaha.

Sebenarnya saya sudah menangkap dia mengamati saya, saat saya menoleh, "Damn kenapa dia di sini." Maklum laki-laki ini dari masa lalu yang tidak berhasil membuat hati saya bergetar.

Untuk Ita dan Atun : Ingat anak HI'98 yang datang ke kosan gua dan menghabiskan roti tawar yang kita beli patungan? Kita makan dikit-dikit eh dia malah makan sesuka hati...hahahahahaha...Cara PDKT yang aneh ya teman-teman. Iya, gua ketemu dia kemarin, masih kaya dulu aja ANEH.

Laki-laki itu terlihat sekali ingin diajak bergabung, tapi saya tidak memberikan peluang itu. Dia hanya berdiri tanpa saya pernah suruh untuk duduk di sofa yang kosong. Saat inilah saya merasakan nikmatnya menjadi bebas, saya berhak memilih mana yang boleh menikmati aura saya dan mana yang tidak. Mana yang layak terbang ringan bersama saya dan mana yang boleh melihatnya dari kejauhan. Saya sangat siap untuk memilih!

Seorang teman dari Filipin, Mildred menyarankan, agar saya tidak terburu-buru mengingat apa saja yang baru saya alami. Tapi saya katakan ke Mildred, bahwa akhir dari semua peristiwa yang terjadi 3 bulan lalu, menyimpulkan sayalah pemenangnya. Saya tidak kehilangan apapun, bahkan harga diri saya tidak saya gadaikan begitu saja demi sebuah hasrat semu. Karena bukan saya yang menjadi korban dan bukan saya yang kehilangan. Dalam hati dan diri saya tak ada yang terluka, ketulusan tidak mengenal luka. Maka tak perlu waktu untuk memulihkan diri. Dan Mildred pun memberikan saya senyum lebar dengan pelukan hangat.


Ya, saat ini saya telah keluar dari kepompong gelap yang menyesakkan itu. Saya telah menghadapi semua proses untuk membuat saya mengeluarkan kedua sayap saya dengan segala corak yang meringankan tarian saya di udara menuju langit. Kini waktunya saya menikmati semua kesempurnaan yang diberikan Si Pengendali Proses Metamorfosis. Waktunya memilih dan ketika kita berbicara mengenai memilih itu artinya kita yang pegang kendali. Jadi ini waktunya mengendalikan tarian kedua sayap saya sambil menatap matahari yang menyinari setiap corak yang ada di sayap saya. SEMPURNA!!!!