Friday, November 23, 2007

9 Pertanyaan untuk Andreas A Prasadja: Tak Sengaja Jadi Dokter Tidur




BELAKANGAN ini makin banyak rumah sakit yang mendirikan laboratorium tidur atau sleep laboratory. Namun, tidak banyak orang yang tahu bahwa RS Mitra Kemayoran adalah yang mengawalinya. Dan adalah Dr Andreas A Prasadja yang dengan berani menerima tantangan untuk mempelajari secara mendalam hal yang sering disepelekan banyak orang, yakni tidur.

Dari apa yang dipelajarinya, Sleep Technologist (teknolog tidur) ini disadarkan bahwa sepertiga hidup manusia diisi dengan tidur. Inilah yang kemudian menyeret proses kecemplung-nya sebagai sebuah kesadaran bahwa tidur diciptakan Tuhan karena memegang peranan penting bagi mental, kognitif, dan emosional seseorang.

Berikut petikan wawancara Jurnal Nasional dengan dokter yang tidak mau disebut sebagai dokter tidur pertama di Indonesia ini.

1. Bagaimana awal Anda mempelajari seluk-beluk tidur?

Awalnya kecemplung ha ha ha. Saya bisa mempelajari masalah gangguan tidur karena memang dari awal sudah bekerja di RS Mitra Kemayoran sebagai dokter umum. Dan kemudian saya mendengar kalau rumah sakit ini akan membuat sleep laboratory. Dalam hati saya mengatakan, ‘apaan nih' dan saya pun tidak menaruh perhatian lebih terhadap itu. Sampai suatu saat the owner of the hospital over me to study, ya kenapa tidak. Saat itu saya baru ambil course-nya saja di Singapura. Tapi, mata saya langsung terbuka bahwa yang dipelajari dokter tidur itu ternyata luas sekali. Akhirnya saya yang meminta untuk disekolahkan kembali dan mendapatkan sertifikasinya, waktu itu saya belajar di Sydney University, Australia.

Saya belajar langsung dari Prof Collin Sullivan yang menemukan alat Continuous Positive Airway Pressure (CPAP) untuk masalah sleep apnea. Rasanya luar biasa, yang pasti pada awalnya saya tidak tau kalau beliau itu penemunya ha ha ha. Sadarnya, setelah banyak orang membicarakan mengenai latar belakang dia dan membaca langsung penelitiannya.

2. Mengapa Anda yang dipilih untuk belajar tersebut?

Jujur sampai saat ini saya tidak tahu, mungkin karena saya dilihat orangnya nekatan. Dan dulu dianggap Bahasa Inggrisnya yang paling bagus, padahal modal saya hanya jeblak doang ha ha ha. Tapi, pada intinya proses itu berangkat dari visi rumah sakit yang ingin menjadi rumah sakit yang terlengkap. Dan kami juga melihat bahwa kedokteran tidur di luar negeri sangat maju sekali, bahkan di Singapura atau Malaysia sekali pun. Di Asia Tenggara, Indonesia-lah yang paling tertinggal untuk kedokteran tidur. Karena kita baru memulainya belakangan ini saja dan di Indonesia rumah sakit inilah yang pertama kali berani mendirikan sleep laboratory.

Sebagai perbandingan, di Australia, hampir setiap enam kilometer ada sleep clinic. Rumah sakit besar, sleep laboratory-nya minimum terdiri atas empat tidur. Sedangkan kita baru satu tempat tidur. Dan di sana, pasien yang ingin memeriksakan dirinya atau melakukan sleep study itu waiting list lebih dari satu bulan. Bahkan, ada beberapa sleep laboratorium yang ternama, kalau ingin diperiksa harus mengantre sampai enam bulan. Karena mereka sudah aware dengan kesehatan tidur, sedangkan kita bisa dibilang tidak masuk hitungan sama sekali.

3. Seberapa penting tidur itu bagi kesehatan?

Kalau mengambil pemikiran Prof William C Dement, the father of sleep medicine, ada tiga komponen penting untuk kesehatan. Pertama, physical fitness. Kedua, keseimbangan nutrisi, dan terakhir adalah tidur. Tapi, tidur sering diremehkan banyak orang bahkan oleh kalangan medis sekalipun. Karena the practice of the medicine stop when the patient sleep. Itu mengapa dulu pasien hipertensi ditangani dengan koridor pikiran bahwa pasien makan apa dan bagaimana kegiatan olahraganya. Yang dilihat hanya diet and physical fitness, sehingga tidak pernah mempertimbangkan tidurnya. Padahal, contoh satu gangguan tidur saja, sleep apnea, dapat menyebabkan hipertensi. Perlahan-lahan ilmu gangguan tidur semakin berkembang sehingga di luar negeri pemeriksaan tidur sama umumnya seperti pemeriksaan darah, roentgen, bahkan menjadi basic diagnostic.

4. Apa yang menarik ketika Anda mempelajari tidur?

Ternyata sepertiga dari hidup kita itu adalah tidur. Artinya, tidur itu sangat penting manfaatnya bagi kehidupan. Karena kalau tidak penting atau terjadi tanpa maksud apa-apa, maka it would be the biggest mistake that God made. Jadi, tidur itu sangat penting sekali karena sepertiga hidup kita diisi dengan tidur.

Tidur menjadi penting karena ketika tidur REM (rapid eye movement atau fase mimpi-Red) dipercaya meningkatkan kemampuan mental, kognitif, dan emosional. Ini artinya tidur membentuk kesehatan tubuh secara keseluruhan. Sebenarnya pada tahap tidur REM, otak itu amat aktif karena gelombang otaknya sama seperti ketika kita sadar. Termasuk signal-signal yang dikirimkan ke anggota gerak tubuh seperti tangan dan kaki. Hanya saja pada tahap itu juga ada mekanisme pengaman yang memotong sinyal sehingga otot-otot besar lumpuh, maka ketika tidur kita tidak gerak-gerak seperti ketika sadar. Itulah mengapa orang yang kurang tidur sebenarnya kurang memaksimalkan memorizing otaknya.

5. Banyak rumah sakit yang kini mendirikan laboratorium tidur, apakah ini memang trend?

Sebenarnya trend ini sudah telat sekali, karena kami sudah menyadarinya sejak tahun 2001. Kami sering melihat apa yang sedang trend di luar negeri, lalu kami implementasikan di Indonesia. Di Amerika Serikat laboratorium tidur berkembang pesat karena alasan asuransi. Contohnya, pasien sleep apnea yang tidak terdiagnosis dan tidak dirawat akan memerlukan kunjungan ke fasilitas kesehatan 10 kali lebih sering dibanding pasien sleep apnea yang dirawat. Maka, menurut asuransi di sana, lebih murah biaya klaimnya apabila dilakukan pemeriksaan tidur. Itulah mengapa di luar negeri pemeriksaan tidur sama umumnya seperti pemeriksaan darah, roentgen, bahkan menjadi basic diagnostic.

Keprihatinan saya sekarang ini, munculnya laboratorium tidur yang tidak disertai peralatan lengkap, sehingga tidak memenuhi sebuah syarat laboratorium. Ada beberapa yang alat laboratorium tidurnya sebenarnya diperuntukan untuk screening saja bukan diagnosis, jadi sayang sekali. Tapi, makin bermunculannya laboratorium tidur harus disemangati juga. Artinya kan makin banyak orang yang sehat. Karena penyebaran seputar tidur akan semakin gencar dan menciptakan awarness di masyarakat.

6. Boleh dibilang Anda adalah dokter ahli tidur pertama di Indonesia?

Jangan dibilang begitu, saya lebih suka disebut sebagai sleep technologist. Di samping itu, perkembangan ilmu mengenai tidur juga masih terbilang baru di Indonesia, sehingga belum banyak yang mengetahui bahwa dunia kedokteran mengenal sleep specialist. Di Amerika sejak tahun kemarin sudah ada sleep phisician. Tapi, ya biarkanlah prosesnya berlangsung untuk mengembangkan kesadaran masyarakat mengenai pentingnya tidur.

7. Seandainya tidur dimasukkan ke kurikulum sekolah kedokteran?

Itu bagus sekali, karena dulu waktu kuliah saya hanya belajar mengenai tidur selama dua jam. Padahal, sekolah kedokteran empat tahun dan prakteknya dua tahun, tapi masalah tidur hanya dapat porsi dua jam. Ketika itu yang dibahas juga hanya mekanisme dan manfaat tidur. Makanya saya selalu senang ketika diundang menjadi pembicara di fakultas kedokteran untuk berbicara secara klinis mengenai tidur. Tapi, saya lebih suka membuka sekolah mengenai kesehatan tidur dan mempersiapkan tenaga-tenaga kesehatan yang bisa mengoperasikan laboratorium tidur. Saya pribadi sudah punya ancang-ancang kurikulum untuk sekolah ini. Tapi, kan modalnya besar sekali karena alat-alat pendukungnya pun mahal sekali.

8. Anda sendiri dan keluarga menerapkan tidur yang cukup?

Iya, karena sudah mengetahui pentingnya. Khususnya anak saya karena saya berkeyakinan tidur akan bermafaat bagi perkembangan otak dia. Banyak orang tua yang mendidik anak pra sekolah untuk melatih bangun pagi agar terbiasa pada saat sekolah nanti. Kalau saya, justru saya biarkan tidur karena saya tahu tidur lebih penting. Urusan nanti masuk sekolah pagi ya disiasati pada waktunya saja.

9. Anda memeriksa pasien saat dia tidur, berarti tidak perlu stetoskop dong?

Tak pernah pakai lagi, malah sekarang lebih sering pakai mouse. Karena, di laboratorium tidur, pasien dipasangi sensor yang kemudian dihubungkan ke komputer untuk direkam. Kemudian pada pagi hari saya baca statistiknya. Walaupun memang pada beberapa kasus saya ikut nungguin selama pasien tidur.

Ada kepuasan tersendiri karena saya pernah menangani pasien yang tidak boleh mengoperasikan alat-alat berat oleh perusahaannya karena dianggap mudah tertidur. Dan setelah diperiksa, ternyata dia mengalami sleep apnea yang setelah dirawat hampir enam bulan dia bisa beraktivitas lagi. Ini kan sangat membantu dia karena produktivitasnya naik lagi dan dia tidak jadi dipecat.


Biodata

Nama Lengkap: Andreas A Prasadja

Tempat/Tanggal Lahir: Jakarta, 16 Mei 1975

Istri: Kristanti Madona Gunadi

Anak: Chiara Monica Prasojo

Partisipasi:

- Board Advisor Majalah Parents Indonesia

- Better Sleep, Better Life, Fakultas Kedokteran Universitas Atmajaya

- Snoring dan Sleep Apnea, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

Pendidikan:

- Lulus Fakultas Kedokteran Universitas Atma Jaya (2002)

- Sleep Technologist, Sidney University (2005)

Pekerjaan:

- 2002, mendirikan Klinik Pandawa

- 2006 - sekarang mengepalai Sleep Disorder Clinic, RS. Mitra Kemayoran.

Dimuat pada Jurnal Nasional, 22 November 2007

No comments: