Monday, October 1, 2007

Suciwati : Biar Lelah, Tak Kan Menyerah



7 September lalu, merupakan tiga tahun terbunuhnya pejuang aktivis Hak Asasi Manusia (HAM) Munir Said Thalib atau yang akrab dipanggil Munir. Dan tahun ini, peringatan atas pembunuhan konspirasi ini dilakukan dengan menggelar kuliah umum yang membahas hal-hal yang diperjuangkan oleh Munir. Maka Munir Memorial Lecture pun di gelar di dua tempat. Pertama di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayahtullah, Jakarta pada 7 September dan Universitas Utrech Belanda pada 13 September.

Dalam peringatan yang digelar di Belanda, istri Munir, Suciwati merasa terharu melihat apresiasi dari universitas yang seharusnya menjadi tempat Munir menimba ilmu tersebut. Karena mulai dari para guru besar fakultas Hukum hingga Direktur Amnesti Internasional Pusat, bersedia meluangkan waktu untuk terus menggaungkan nilai-nilai perjuangan munir dalam bentuk kuliah umum. Hal-hal seperti inilah yang semakin menguatkan perjuangan Suciwati, bahwa proses pematangan demokrasi bisa jadi mengorbankan nyawa pasangan jiwanya tapi tidak akan pernah menyurutkan semangatnya. Semangat ini juga yang kemudian ditularkannya kepada buah hatinya Soultan Alief Allende (9) dan Diva Suukyi Larasati (5).

1. Bagaimana Munir Memorial Lecture berlangsung ?
Di UIN lumayan ramai pada saat hari H-nya, tapi ketika itu aku kebetulan pas sakit sehingga aku ngga bisa datang. Tapi dari apa yang diceritakan teman-teman acara itu berlangsung lumayan sukses. Hal serupa juga terjadi di Belanda, hampir dua ratus lebih orang yang datang ke acara Munir Memorial Lecture. Yang datang ada dari orang-orang Belanda dan orang-orang Indonesia yang menetap di sana. Acara ini terlaksana atas niatan Amnesti Internasional dan Partner van Ondernemende Mensen (ICCO). Selain dua lembaga itu, dosen-dosen Utrech juga ikut memfasilitasi agar acaranya dapat berlangsung. Ada satu lembaga lagi yang ikut membantu terselenggaranya acara itu adalah SIM Studie-en Informatiecentrum Mensenrecthen. Acara ini luar biasa karena mereka mempringati dengan alasan menurut mereka peristiwa Munir sangat penting, penting untuk Indonesia dan dunia.

Nilai yang diperjuangkan oleh Munir adalah apa yang ingin lebih diambil oleh mereka.
Aku pikir justru salah kalau kita hanya berpikir soal legalnya saja, tapi justru kemudian melupakan apa yang diperjuangkan oleh Munir. Nilai itu sendiri yang seharusnya dipertahankan, bahkan kalau perlu ditularkan. Hadir juga dalam acara itu Direktur Amnesti Internasional Pusat, Lilian Goncalves untuk memberikan pidatonya atas pentingnya untuk mengungkapkan siapa di balik pembunuhan Munir.

2. Pernah berpikir untuk pindah ke luar negeri, karena mereka lebih concern terhadap kasus Munir ?
Ngga ...ngga...kami itu terlalu cinta kepada Republik Indonesia, meskipun saya tau bagaimana kehidupan di sini. Ya mungkin bener ya pepatah bilang, hujan emas di negeri orang hujan batu di negeri sendiri, tetap nikmat aja di sini hahaha. Kalau soal tawaran sebenarnya banyak yang pernah datang ke saya, tapi terus terang saya justru tidak tertarik. Justru disitu tantangannya, sesusah apapun ya itulah negeri kita. Kalau kita ingin membuat perubahan, disitulah momennya.

Bahkan ketika almarhum masih hidup pun pernah ditawarkan asilum ke Perancis, tapi dia tidak mau. Ada juga beberapa ketika saya sedang melakukan kampanye di luar negeri, ada yang menawarkan langsung kepada saya tapi saya pikir tidak perlu lah. Bukan itu kok tujuan saya untuk kampanye di luar negeri, justru mereka harus men-support saya, mendorong dibukanya siapa dalang pembunuhnya di sini.

3. Apa yang dirasakan ketika pembunuhan konspirasi ini belum juga menghukum dalangnya ?
Yang pasti sakit ya, kesakitan yang aku pikir bukan aku saja yang merasakannya. Karena aku belajar dari keluarga korban. Contohnya keluarga korban ’65, mereka melihat dengan nyata siapa yang melakukan pembunuhan. Tapi itu tidak dihukum, bahkan mereka yang kemudian disingkirkan. Bagiku itu adalah cermin buat aku. Jadi aku tidak akan pernah berangkat dari dendam tapi hal yang menyakitkan ini merujuk pada adanya satu sistem yang salah. Maka sistem yang salah ini harus sama-sama didobrak, karena saya tidak bisa melakukan sendiri. Dan itu yang sedang kami lakukan saat ini.

4. Kalau kita memundurkan waktu sejenak, bagaimana reaksi Anda ketika dikabarkan Munir meninggal ?
Pertama kali, aku justru tidak percaya karena sering kali orang membuat isu yang kadang-kadang tidak benar. Yang pertama kali memberi tau aku, Usman Hamid. Lalu saya tanya, dapat kabar darimana. Dia sebetulnya ingin memastikan juga apakah saya sudah dapat telepon dari Munir ? Dan dia bilang bahwa ada yang menginformasikan Cak Munir meninggal. Meskipun shock, aku tetap rasional. Bahwasanya aku harus ngecek di tempat yang lain. Tidak hanya berdasarkan informasi dari Usman.

Jadi aku kemudian menelepon ke Imparsial, dari sana aku menanyakan nomor telepon Garuda. Kemudian aku telepon Garuda di Jakarta dan Schiphol Belanda, untuk menanyakan fakta itu. Aku juga menanyakan kepada teman-teman yang ada di Belanda. Jadi semuanya aku cross cek, dari situ semuanya tidak menjawab dengan jelas bahwasanya mereka tau dan melihat langsung jenazah almarhum. Jadi aku tidak percaya, meskipun mereka bilang bahwa mereka dapat kabar Munir meninggal. Bahkan ketika itu sudah ada yang menangis-menangis. Dan kemudian aku mendesak ke Garuda yang di Schiphol, Baru ada satu orang yang memberikan jawaban benar bahwasanya itu pa munir, aku jadi percaya. Ya apalagi yang bisa dilakukan, saya pikir itu adalah takdir.

Pada dasarnya tidak ada yang pernah siap dengan ancaman pembunuhan dan hal ini tidak hanya dirasakan oleh aku tapi juga teman-teman Munir. Maka ketika itu mereka shock dan tidak ada yang tau harus bagaimana. Akhirnya, setelah aku melihat jenazah Munir, aku iklas tapi dengan kebulatan tekad untuk melakukan sesuatu terhadap pembunuhannya. Walaupunaku yang harus mengawali pergerakan dengan menelepon langsung 108 untuk cari tau bagaimana prosedur pengusutan kematian Munir harus aku lalui. Munir selalu bilang kalau aku ini orang yang sangat rasional, tapi aku melihatnya adalah ketika aku diam saja itu akan menyakiti aku sendiri. Tapi pada prosesnya kemudian aku selalu mengajak teman-teman untuk sama-sama mengungkapkan kasus Munir.

5. Mengapa memilih Munir sebagai pasangan hidup ?
Orang yang penuh semangat, pengertian dan tanggung jawab. Dia juga mau belajar dari pasangannya, itu hebatnya dia. Kemudian ketika kita mempunyai anak, karena dia dibesarkan di keluarga yang partriaki maka tidak biasa untuk memandikan, menyuapi, dan mengurusi anak. Awal-awal dia memang risih karena di keluarganya itu adalah pekerjaan perempuan. tapi kita diskusikan dan debatkan mengenai kesetaraan jender. Dan kemudian kita sepakat bahwa mengurus anak adalah tanggung jawab bersama sehingga kita harus berbagi untuk urusan itu. Dia mau belajar dan akhirnya menikmati, ini yang romantis dari dia.

6. Bagaimana setelah ditinggalkan Munir ?
Bagi aku bukan hal yang berat, karena sejak muda sudah terbiasa independent. Jadi aku memang sudah biasa melakukan banyak hal sendiri dan ketergantungannya ku terhadap keluarga memang tidak tinggi. Dulu ketika munir masih hidup, aku juga sempat mengkritik dia karena terlalu protect terhadap aku. Jangan membuat aku sangat tergantung dan lemah, sehingga aku tidak bisa melakukan banyak hal. Itu kritikanku untuk dia kala itu, akhirnya dia pun menyadari. Hidup itu tidak selamanya harus bersama, karena pada satu titik kita bisa sendiri. Itu yang aku katakan dan dia sepakat akan hal itu. Bagi aku sebenarnya kehilangan yang sangat luar biasa adalah lebih kepada kehilangan teman dan sahabat yang sangat mengerti aku. Ya yang pasti pasangan jiwa karena buat aku munir memang lengkap untuk aku

Aku jadi teringat, sesaat sebelum dia bording, dalam sejarah kami bersama dia tidak pernah menangis. Ketika itu dia menangis dan meluk aku sambil membaca Bismillah. Karena dia merasa tidak yakin dan ingin pulang. Dia melakukan itu sampai tiga kali. Dan baru aku berpikir, mungkin itu tandanya. Ya begitulah, seandainya (sambil menghela nafas).

7. Bagaimana menceritakan kematian Munir kepada anak-anak ?
Awalnya berat banget. Tapi aku tidak mau menutupi apa-apa dari mereka. Jadi aku bilang bahwa Abah (panggilan anak-anak untuk Munir-red) tidak akan pernah kembali lagi. Abah dipanggil Tuhan karena Tuhan terlalu mencintai Abah. Dan dengan berjalannya waktu mereka mulai memahami. Aku juga selalu mengajak mereka terbuka. Misalnya ketika mereka sangat sedih karena rindu Abahnya, aku bilang itu tidak apa-apa untuk menangis.

Pernah satu kali, aku mendapati Alif malam-malam menangis. Lalu aku tanya dan mengajak dia mengungkapkan yang juga membuat aku bersedih lalu kita nangis sama-sama. Aku bilang kita berhak untuk menangis karena Abah memang orang yang sangat kita cintai dan Abah sangat mencintai kita. Abah itu tidak kemana-mana, Abah itu ada dihati dan dipikiran kita. Abah itu masih hidup, mungkin hanya jasadnya saja yang tidak bisa kita pegang. Tapi pikirkan saja tentang abah setiap saat. Saya juga mengajarkan mereka untuk berdoa minta ditemukan dengan abah dalam mimpi, setiap kali mereka rindu abahnya. Proses yang membuat mereka jadi lebih mengerti sekarang.

8. Lalu bagaimana menceritakan soal pembunuh Abah mereka ?
Mereka tau abahnya meninggal karena diracun, racunnya arsenik. Ada pernah satu hari dimana Alif, tiba-tiba marah-marah. Dia berteriak-teriak, Pollycarpus itu pembunuh. Waktu itu, pemberitaannya memang sedang marak. Ketika itu aku memang sedang sedikit waktu untuk berbicara dengan mereka karena kesibukan proses saat itu, jadi waktunya sangat sedikit sekali bagi Alif untuk bercerita ke aku. Akhirnya ketika aku coba ajak bicara, di sanalah dia mulai marah-marah dan bilang kalau Pollycarpus adalah pembunuh ayahnya. Trus saya minta dia untuk tarik nafas agar tenang. Lalu saya bilang, ’marah itu enak ngga sih?’. Dia bilang tidak enak karena sakit, akhirnya ketika dia tenang saya beri penjelasan. Bagaimana sebenarnya bukan hanya Pollycarpus yang melakukan pembunuhan itu, dia sebenarnya disuruh. Dan yang menyuruh itu adalah orang-orang dengan kekuasaan yang tinggi. Mereka adalah orang-orang jahat yang tidak perlu dicontoh oleh Alif.

Saya selalu saya tegaskan adalah apa yang telah dilakukan Munir. Bagimana Abahnya adalah orang yang sangat membanggakan dan banyak dicintai oleh banyak orang. Itu yang lebih saya tekankan kepada mereka, saya tidak mau membuat mereka dendam. Karena dengan dendam itu maka kita akan menjadi sama dengan mereka. Saya bilang dendam akan menjadikan kita orang jahat dan orang jahat hanyalah temannya setan. Sejak awal saya tidak memiliki rasa dendam apapun, buat aku itu hanya akan merendahkan diri saya sendiri. Menyamakan diri dengan mereka. Doa saya justru saya berharap mereka insaf untuk kemudian memberikan pengakuan kepada publik, sehingga proses hukumnya bisa cepat.

9. Pernah merasa lelah menjalani semua ini ?
Pasti dan itu manusiawi. Kadang-kadang saya suka stress sendiri kenapa prosesnya lambat sekali. Kadang-kadang menyesal lahir di Indonesia hahahah, tapi ya sudahlah. Dan karena sudah lahir di sini, mau bagaimana lagi selain terus berjuang sebagai bukti cinta kami terhadap Indonesia. Lelah sangat manusiawi, tapi aku tidak akan pernah menyerah.

Karena ini memang tugas berat, jadi seharusnya harus dilakukan bersama-sama. Jadi saya akan terus menyemangati teman-teman di beberapa lini untuk terus bersuara mengkritisi intelijen, atau hal-hal lain yang dapat mematangkan demokrasi kita yang masih terlalu bayi ini. Karena itu, kasus munir ini adalah kunci bagi titik tolak atas keberhasilan Indonesia menjadi lebih baik.

10. Almarhum sebelumnya sering mendapatkan ancaman. Apa yang dirasakan setelah ancaman benar-benar menunjukkan wujudnya ?
Tidak pernah siap karena siapa yang siap untuk sebuah ancaman. Dan ketika itu, teman-teman almarhum pun tidak siap. Mereka menjadi sangat shock sehingga bingung mau melakukan apa. Akhirnya ketika itu, aku yang berinisiatif menelpon ke 108 untuk mencari tau bagaimana prosedurnya memproses pengusutan kematian Munir. Terus terang sebelum aku melihat jenazahnya, aku masih belum paham apa yang seharusnya dilakukan. Tapi ketika aku melihat bahwa itu memang munir, tiba-tiba ada rasa iklas. Dan saat itu juga aku punya kebulatan tekad untuk melakukan sesuatu hal terhadap peristiwa kematian munir. Ya aku melihatnya pembunuh munir harus ditemukan, walaupun harus aku yang mengawali pergerakannya.

Munir selalu bilang kalau aku ini orang yang sangat rasional, tapi aku melihatnya adalah ketika aku diam saja itu akan menyakiti aku sendiri. Jadi aku harus melakukan sesuatu karena sudah mencurigai sejak awal. Sejak keberangkatan dia sehat-sehat saja, maka ada hal yang harus aku investigasi. Itu yang aku lakukan, ketika pertama kali. Aku kan tidak tau bagaimana peta anak NGO di Jakata, karena aku keluar dari NGO setelah menikah. Itu pilihan ku memang untuk concern ke anak-anak. Awalnya terkaget-kaget, karena aku biasa bekerja sama dengan Munir. Ketika aku mengeluarkan ide, atau resah dengan sesuatu kemudian punya ide apa yang harus kita lakukan, Munir cepat sekali menganalisa dan menanggapinya. Tapi ketika aku yang menjadi korbannya, aku tiba-tiba merasa tidak ada orang yang bisa aku andalkan kecuali aku sendiri yang mengambil langkah-langkah.

Makanya ketika aku bertanya kepada teman-teman dan hasil outopsi keluar, kita tidak punya kenalan satu pun dari Deplu ya aku nanya ke 108. Jadi aku melacak sendiri, menelponi polisi, menelponi polkam dan orang-orang yang memang berkaitan dengan kasus ini. Tapi dalam prosesnya kemudian saya selalu mengajak teman-teman.

11. Apa yang harus dibenahi dari lambatnya proses pengungkapan pembunuhan Munir ?
Kasus munir memang jelas-jelas berjalan sangat lambat. Dan yang pasti serta selalu kita hadapi yang membuat pengungkapan ini berjalan lambat adalah kekebalan hukum atau immunity. Karena ketika kita ketahui siapa pembunuh atau para pelaku dari sebuah kejahatan, di kasus HAM seperti munir, mereka justru bersembunyi di balik nama lembaga. Nah ketika mereka bersembunyi di situ, harusnya kita mendobrak di sana. Karena pada prinsipnya ketika kita ingin berbicara bahwa dewi keadilan itu matanya tertutup, itu artinya dia tidak mengenal apakah kamu memakai baju tentara atau kekuasaan ataupun uangmu, keadilan harus sama diterapkan pada mereka. Selama ini yang terjadi adalah ketika salah satu pelaku atau para pelaku yang memakai atribut militer, intelijen, tiba-tiba tumpul.

Hukum itu tidak berjalan dan itu namanya pembunuhan konspirasi. Jadi wajarlah kalau pengungkapannya berjalan lama tapikan persoalannya adalah mau tidak berubah bangsa ini? Karena badan intelijen negara ini adalah sebuah badan yang selama ini tidak pernah ada kontrol dari masyarakat dan terutama dari DPR. Tidak ada lembaga kontrolnya, karena dia hanya dibentuk oleh Presiden lewat Keppres, jadi dan pertanggungjawabannya hanya ke Presiden. Setelah itu selesai. Sementara apa yang mereka lakukan, kita tidak pernah tau apa-apa. Kan mengerikan, bagaimana mereka menyelesaikan tugas dan kekuasaannya itu sangat-sangat tercium sekali. Bahkan menurut saya sangat vulgar. Jadi ini yang harus dibenahi.

Seperti halnya almarhum dulu, kenapa dia tidak pernah bosan untuk mengkritik tentara agar menjadi lebih profesional. Karena selama ini banyak keluar dari itu, garis-garis yang seharusnya tidak dilewati justru dilewati oleh mereka. Menggunakan senjata sebagai bisnis militer, kemudian menjadi birokrat padahal dia masih menjabat sebagai tentara. Kan tidak boleh merangkap seperti itu. Itu yang seharusnya diubah. Bagaimana mungkin kekerasan tidak akan muncul dari senjata dan kekuasaan.

12. Apa istimewanya Munir ?
Aku pikir munir berbeda, dia istimewa buat aku. Karena ada banyak hal yang aku temui di munir tapi tidak aku temui di laki-laki lain. Kecerdasannya, kepekaannya, dia punya talenta, keberanian, dan hampir ada banyak hal yang nyambung dengan diriku. Jadi ada sesuatu hal yang aku harapkan dari laki-laki dan itu ada di Munir, dia bisa mengimbangi aku. Ternyata dikehidupan yang lalu, aku tidak menemukan itu. Karena banyak laki-laki yang kemudian justru membuat aku yang mendominasi. Akhirnya ketika bersama Munir, itu selalu nyambung dan sangat setara. Dan itu buat aku luar biasa. Aku berpikir, mungkin ini anugerah dari Tuhan. Ya meskipun perlu waktu lama juga untuk kemudian yakin untuk bersama dia hahahaha.

13. Memang berapa lama hingga akhirnya yakin akan mengarungi hidup bersama Munir?

Dia menyatakan cintanya, tahun 92. Tapi ketika itu aku sebenarnya keberatan, karena mungkin aku nyentrik aja hahaha. Aku pikir ketika itu aku kan mengorganisir buruh bersama dengan dia. Saat itu, kita baru saja membentuk satu organisasi yang mendukung perbaikan buruh. Dan aku termasuk orang yang sangat saklek. Ketika aku mempunyai organisasi, aku ingin profesional di sana. Aku juga sudah belajar dari berbagai pengalaman orang, ketika ada jalinan pribadi akhirnya merusak organisasi yang sedang di bangun. Karena aku lebih mendahulukan keberlangsungan organisasi ketimbang hubungan pribadi. Maka aku bilang, ketika aku bekerja sama dengan kamu dan ada hal-hal yang pribadi, terus terang bagi aku akan tidak menyenangkan. Aku selalu berpikir ke depan, ya kalau jadi terus it’s OK. Tapi kalau tidak, bisa berantem dong aku karena persoalan pribadi yang bisa ke bawa ke organisasi dan itu males aja buat aku. Hal-hal ini yang aku tekankan kepada dia. Kita sempat memikirkan akan hal ini selama seminggu tapi karena dua-duanya memang merasa ada ketertarikan akhirnya kami memutuskan untuk pacaran.

Hanya saja ketika itu kami membuat komitmen bahwa hubungan ini harus dijalani tanpa harus merusak organisasi yang kita buat. Jadi ketika itu pacaranya juga diam-diam, tidak banyak teman yang tau. Dan kesempatan pacarannya hanya ketika akan berkumpul bersama teman-teman buruh, jalan berdua ke tempat pertemuan. Itu saja waktu pacarannya hahahaha.

14. Hal teromantis apa yang pernah dilakukan Munir ?
Munir itu bukan orang yang romatis ya, karena kalau dia sudah mulai romantis aku-nya ngejek-ngejekin dia. Menurutku dia menjadi romantis setelah kita menikah, meskipun awal-awal berat juga karena banyak hal yang berbeda. Maka perlu ada adaptasi, bagaimana beda budaya itu memang harus disesuaikan. Sesudah itu justru kita enjoy sekali, kita bahkan menyesal kenapa tidak dari dulu-dulu menikahnya hahahaha.

Karena waktu berdiskusi kita berdua jadi bisa lebih intensif dan munir adalah laki-laki yang selalu mau belajar dari pasangannya. Inilah yang menurut saya hal romantis yang dilakukan munir. Setiap pagi dia selalu mengucapkan I Love You dan meskipun terbilang orang yang sibuk dia sangat memperhatikan detail dari diriku dana anak-anak. Perkembangan dan perubahan aku serta anak-anak sangat diperhatikan oleh dia, padahal ketika itu aku pikir dia tidak perhatikan karena waktunya sangat terbatas. Dan ini merupakan pembuktian Munir terhadap komitmen yang kita yakinin. Karena bagi kami ketika menikah, lini terdepan adalah keluarga. Maka kami berprinsip bahwa keluarga harus dibangun kuat baru berkoar-koar di luar.

15. Apa yang dirindukan dari Munir ?
Kehilangan yang tidak tergantikan dan yang lebih penting adalah aku merindukan orang yang bisa bersuara seperti dia, itu yang sampai sekarang belum aku temukan. Banyak orang pintar, banyak orang yang punya data tapi tidak bisa seperti dia. Banyak orang yang berani sebenarnya, tapi tidak ada yang punya talenta menganalisa seperti dia. Ini yang saya sering rasa kehilangan ketika menghadiri acara diskusi misalnya, tiba-tiba kehilangan itu muncul.

Aku bukannya mendewakan atau mengkultuskan dia. Tidak. Tapi itu hal yang aku rasakan, kehilangan figur kuat. Mestinya ada orang yang harus mengambil alih, leading di sana. Akhirnya aku harus realistis, apapun yang ada aku akan terus menyemangati anak muda. Karena anak-anak muda harus melakukan banyak hal yang penting pergerakannya tidak pernah berhenti untuk perbaikan bangsa kita.

16. Apa yang diharapkan dari Pemimpin Bangsa ini untuk kasus Munir ?
Presiden juga tidak hanya memberikan pernyataan saja, karena dia memiliki wewenang untuk menginstruksikan bawahannya. Karena dia yang mempunyai kekuasaan untuk memerintah polisi, kejaksaan, Kepala BIN. Ini bisa bisa menunjukkan bahwa dia tidak plinplan atau bahkan takut.

Karena ketika Hendropriyono menolak untuk dipanggil TPF (Tim Pencari Fakta) Munir, Presiden memang secara tegas mengatakan dia kecewa. Tapi ketika hal tersebut disampaikan langsung kepada Hendropriyono oleh wartawan, dia malah bilang ah yang bener dia kecewa ? Saya rasa tidak, karena dulu itukan dia junior saya dan saya ini komandannya. Dan itu dilakukan di ranah publik loh, seorang presiden diperlakukan seperti itu. Itu sih contoh buat aku, ya kesimpulannya ditarik sendiri saja.

Biodata

Nama: Suciwati

Anak: Soultan Alief Allende (9)dan Diva Suukyi Larasati (5)

Pendidikan: 1987-1989, Diploma IKIP Malang

Pekerjaan:

2006 - sekarang, Knowledge Sharing Officer Yayasan Tifa

2006 - sekarang, Ketua Presidium Jaringan Solidaritas Keluarga Korban

2004 - sekarang, Tim Kampanye Kasus Munir di Komite Solidaritas untuk Munir

2004 - 2006, Sekretaris Program Yayasan Tifa

1996 - 1997, Finance PT Mashill

1993 - 1995, Tim Peneliti Upah Buruh di Malang

1992 - 1993, Koordinator Kelompok Studi Perempuan Malang

1992, Sekretaris dan Divisi Buruh di LBH Surabaya Pos, Malang

1991, Tim Peneliti tentang Peran serta Masyarakat terhadap Buruh PT Sidobangun Ketindan, Malang

1990 - 1991, Koordinator Kelompok Buruh Malang

1989 - 1990, Guru SMA Cokro Aminoto, Malang

Penghargaan:

2006, Human Rights First Award

2006, Metro TV Award

2005, Asia's Heroes

Tampilan ini bebas editan karena tidak ada keterbatasan space. Adapun pada Jurnal Nasional, 2 Oktober 2007, pertanyaanya hanya sampai nomer sembilan. Karena sembilan pertanyaan untuk Suciwati. Internet memang tanpa batas.

No comments: