Wednesday, November 10, 2010

Esai Cinta dalam Kesetiaan dan Perselingkuhan

Ini dia si Pygmalion
Tidak ada yang kebetulan dan pertanda. Boleh jadi ini adalah kedua hal yang saya percaya.  Jadi beberapa hari belakangan ini, saya menangkap cerita dan pertanda yang temanya sama, yaitu kesetiaan, cinta, dan perselingkuhan.

Oke tulisan ini bukan untuk membangkitkan macan tidur (baca: rasa sakit hati) yang berhasil saya tidurkan dengan obat bius (baca : harga diri) kelas wahid. Tapi saya tergerak karena banyak sekali cerita cinta yang menggelayut dengan seksi di hadapan saya.

Sebelum bercerita, saya ingin bertanya, ada yang kenal dengan Pygmalion? Ini adalah salah satu cerita mitologi Yunani yang akan membuat kita membelalakan mata atau justru menyimpulkan senyum seperti saya. Belakangan saya sering tersenyum memang kalau mengingat cerita tentang cinta…alah bahasanya kaya judul lagu.

Jadi Pgymalion adalah pematung terkenal dari Cyprus yang jatuh cinta dengan patung yang dibuatnya sendiri. Patungnya terbuat dari gading, berwarna putih dan memiliki liuk tubuh yang sempurna. Menurut si Pgymalion, patung indah yang dibuatnya itu sangat real dan menggoda untuk dimiliki. Maka dia meminta kepada dewi Venus untuk mengubahnya menjadi manusia. Perempuan utuh yang hidup dan bisa dicintainya secara real. Tapi sial, Pgymalion sepertinya laki-laki pemalu, karena dia tidak berani berkata jujur pada Dewi Venus. Lalu apakah dia tetap mencintai patung itu selamanya?

Namanya juga mitologi, entah angin apa yang berhembus, dewi Venus mengirim Cupid untuk mencium patung gading cantik itu. Bagian yang dicium pun sangat spesifik, jari manis! Ciuman Cupid mengubah patung Pygmalion menjadi perempuan cantik yang sesungguhnya. Tak hanya itu, ciuman di jari manis membuat Pgymalion dan si patung menjadi suami-istri. Dewi Venus mengabulkan permintaan Pygmalion yang tak terucap melalui ciuman maut Cupid.

Ah mitologi memang selalu beda tipis dengan sinetron, selalu diakhiri dengan kebahagiaan. Biar orang tidak kapok membaca mitologi Yunani dan menonton sinetron hahahahaha.

Sebenarnya perkenalan saya dengan Pygmalion tidak sengaja. Melalui National Geographic channel pada program Taboo yang mengangkat tema Strange Love. Mereka bercerita mengenai seorang laki-laki yang memilih menikah dengan boneka perempuan ketimbang perempuan beneran. Dalam dunia ilmu kejiwaan, pecinta boneka ini diibaratkan mirip si Pygmalion. Laki-laki yang menikahi boneka dalam feature Natgeo itu memberikan pembeda yang jelas antara perempuan boneka dengan perempuan benaran. Perempuan beneran alias manusia berkelamin perempuan adalah perempuan organik, sedangkan boneka perempuan adalah perempuan sintetik. Tahu alasannya kenapa dia memilih menikah dengan boneka yang ukuran dan bentuknya memang benar-benar mirip manusia berkelamin perempuan? Patah hati. Dia sering patah hati pada kehidupan nyata, baik itu patah hati karena perselingkuhan atau karena memang tidak cocok.

Saya yang memasuki fase menang hati ;D tentu terperangah dengan alasan dia. Saya berpikir orang ini pasti trauma berat dengan fase-fase patah hati.

Tapi memang sih, patah hati bukan bagian dari cerita hidup yang menyenangkan. Saya mengalaminya sendiri. Asam lambung naik setiap kali teringat hal-hal yang harus dilupakan. Pikiran tidak fokus karena berjuta pertanyaan menumpuk, mulai dari salah di mana, apa yang kurang, sampai semua yang dijalanin ini beneran atau rekayasa sih? Itu belum cukup, saya yang energi positifnya ibarat Saluran  Udara Tegangan Tinggi (SUTET) tiba-tiba anjlok dan yang dilakukan hanya menangis ngga karuan. Ah KEPARAT emang, mata saya sampai pedas ketika itu. Jika setiap sejarah dunia memiliki masa kegelapan, maka itulah masa kegelapan saya.

Saya pun melakukan riset kecil-kecilan, maklum saya termasuk orang yang ngga terima kalau dibilang menderita sendirian hahahaha. Ternyata patah hati memang tidak bisa menjadi proses yang menyenangkan. Seorang teman saya, bahkan sampai harus dikasih obat penenang sama keluarganya agar dia bisa tidur tenang. Tapi ketika itu, dia tidak tahu keluarganya ‘mencolek’ dokter untuk memberi resep obat penenang. Dan teman saya yang lain nyaris menabrakkan dirinya ke mobil di jalan raya ketika dia merasa cinta kekasihnya tiba-tiba hilang tanpa jejak. Rasanya tidak adil jika saya bilang saya beruntung, iya beruntung karena tidak pernah terpikir untuk bunuh diri demi patah hati. Lagi-lagi, saya terlalu mencintai hidup.

Pelan-pelan saya mengerti mengapa ada orang yang trauma dengan patah hati dan memilih untuk mencintai boneka. Bahkan orang itu bilang, “Perempuan sintetik ini tak hanya menyelamatkan saya dari rasa patah hati tapi juga tidak pernah membuat saya merasa canggung untuk berbicara apapun.” Dia mengakui bahwa dirinya memiliki keterbatasan kemampun untuk berinteraksi dengan sekitarnya. “Saya bingung apa yang harus saya katakan kepada mereka dan apakah mereka akan menerima apa yang saya katakan.” Bahasa sederhananya, orang ini sangat introvert dan anti sosial.

Tapi kalau dari sisi ilmu kejiwaan, orang-orang seperti ini tidak dianggap aneh. Ada penggolongan untuk karakter yang mereka punya, mereka dikategorikan mengalami Asperger disorder. Ini adalah gangguan interaksi sosial yang masuk dalam sepktrum Autisme. Jadi bahasa sederhananya, Asperger disorder ini kelas ringan dari Autisme yang ditandai dengan sulit berinteraksi dengan sekeliling mereka.
Jadi ketika patah hati dialami oleh yang memiliki Asperger disorder ya bisa dibayangkan apa yang terjadi, salah satunya adalah bersedia menikahi boneka. Tapi tahu apa yang saya kagumi dari pria yang menikahi boneka ini, “Saya cinta dia dan saya akan setia sampai maut memisahkan.” Kesetiaan. Dia berani setia untuk benda yang tidak bernyawa. Atau mungkin dia berani setia karena tahu perempuan sintetiknya tidak akan memberontak untuk segala apapun yang dia katakan dan lakukan.

Itu adalah contoh kesetiaan yang ideal dalam hubungan percintaan boneka yang monogami. Karena ternyata ada juga orang yang mencintai beberapa boneka. Layaknya keluarga poligami, si pemilik boneka harus menciptakan pengertian antar boneka-boneka yang sebelumnya ada. “Saya harus menjelaskan kepada mereka mengapa saya butuh boneka baru.” Husss jangan ketawa, tidak sopan menertawakan niat baik orang yang ingin menciptakan kedamaian dalam kekacauan rasa.

Sebelum membeli boneka baru, dia menjelaskan alasan yang membuat dia harus menambah anggota baru. Tujuannya sama, agar tidak ada rasa sakit hati antar boneka. Pengertian dan penjelasan juga diberikan kepada boneka baru.  “Jangan takut, mereka semua sudah mengerti dan menerima kehadiranmu,” ucapnya dengan tulus. Ah andai boneka itu bisa bicara pasti dia tidak mau dimadu hahahaha.

Sampai pada level itu, apa cinta dan kesetiaan menurut kalian semua? Jangan langsung dijawab, ada fakta berikutnya.

Di seri Taboo yang sama diceritakan juga sebuah konsep negotiation fidelity alias kesetiaan yang dinegosiasikan. Benda apa lagi ini. Jadi ada pasangan di Australia yang punya rumus soal perselingkuhan. Ayo yang suka selingkuh pasti suka topik ini hahahahahaha.

Jadi pasangan ini tidak menikah tapi mereka berkomitmen untuk saling setia. Plus mereka diperbolehkan untuk berhubungan dengan orang lain tapi hanya sebatas hubungan seksual. Menarik kan?!?  Jadi pasangan ini diperbolehkan flirting dengan siapa saja. Bahkan targetnya itu harus di bawa pulang untuk diperkenalkan ke pasangannya. Baru setelah itu bercinta dengan targetnya sambil pasangannya menunggu di luar.

Tahu kenapa mereka melakukan itu? Karena mereka terlalu sering diselingkuhin dari hubungan sebelumnya, khususnya sang perempuan. Dia bahkan sampai mencari tahu kenapa laki-laki suka selingkuh. Percaya atau ngga, jawaban yang dia temuin adalah laki-laki menyimpan gen berburu perempuan, layaknya pejantan gemar mencari perhatian betina. Ketika mereka mencoba menaklukkan hati perempuan, adrenalin mereka terpacu. Inilah saat mereka menyadari kehilangan akal sehat dan kenekatan adalah definisi sederhana dari kelelakian mereka. 

Sedangkan yang terjadi pada perempuan adalah (ini murni analisa saya dari riset kecil-kecilan itu)  peranannya yang lebih banyak melindungi dan menenangkan membuat perempuan tidak akrab dengan adrenalin. Plus peran domestik membuat perempuan tidak biasa mengasah adrenalinnya dengan usaha pemburuan, jadi ya berselingkuh bukan untuk menunjukkan kegagahan adrenalin tapi untuk memuaskan jati dirinya sebagai pelindung.

Aneh mungkin, tapi disadari atau tidak, perempuan yang berselingkuh akan rela mengorbankan apa saja demi laki-laki yang menampilkan aroma adrenalinnya dengan lekat. Bagaimana saya sampai pada kesimpulan ini?

Pertama, perempuan yang ada di Natgeo itu bercerita bahwa ketika dia bisa mengetahui sendiri dengan siapa pasangannya bercinta maka dia merasa dia bisa mengawasi secara langsung apa yang terjadi. Tahu apa yang dilakukan perempuan itu saat pasangannya mengeluarkan suara-suara desahan bersama perempuan lain? Dia mewarnai kuku kakinya dengan kuteks. "Ngga cemburu mba?" Kira-kira begitulah sang narator bertanya. "Jika kita mencintai pasangan kita maka kita akan melakukan apa saja untuk membuat mereka bahagia. Dan apa yang dilakukannya sekarang adalah sesuatu yang membuat dia bahagia jadi ya tidak ada rasa cemburu." Makin banyak pertanyaan muncul? Sabar tulisan ini akan sangat panjang :D

Sebenarnya perempuan itu tetap cemburu, sebab dia membuat aturan dari ajaran perselingkuhan yang dinegosiasikan itu. Aturannya adalah, setelah adegan percintaan, tidak boleh ada pertemuan lanjutan. Semua harus berakhir sesaat pintu di tutup dan selingkuhan lenggang kangkung ke luar rumah. Jadi artinya, kalau pasangan melakukan pertemuan kedua, ketiga, atau keseratus secara diam-diam maka itu namanya perselingkuhan. See dalam konsep cinta yang seekstrim ini pun perselingkuhan tidak diterima.

Kedua, perempuan punya kemampuan untuk menyerahkan segala-galanya secara total. Menurut saya sih ini pengaruh anatomi, khususnya rahim. Ketika perempuan hamil, dia rela tubuhnya berubah total. Pada akhirnya perubahan total ini disebut pelengkap kehidupan. Oleh karena itu perempuan yang berselingkuh akan menelan semua pil pahit pengorbanan demi melengkapi cerita yang baru ditulis. Mulai dari dijadikan cinta kedua, disimpan dalam kotak, membatasi ekspresi dan kemunculan diri, tidak diakui, sampai memasang badan demi menghadapi berbagai caci maki dari sekitar. Tahu bagaimana perempuan yang berselingkuh mendefinisikan ini semua? "Ini adalah risiko yang saya pilih ketika harus mencintai dirinya." Atau lebih parah lagi, mereka akan melihat ini sebagai panggilan alam atas peran mereka sebagai pelindung.

Bicara soal perselingkuhan, saya jadi ingat pada Minggu (7/11) kemarin, tanpa sengaja saya dan Nida menghadiri Festival Film Eropa di TIM. Kita menyaksikan film dari Portugis yang berjudul O Misterio da Estrada de Sintra. Film ini menceritakan dua penulis novel yang tegah menggarap proyek menulis perselingkuhan para pejabat Portugis dan Inggris. Tau yang lucu apa dari film ini, semua yang selingkuh kena sifilis. Penyakit ini dijadikan cara untuk balas dendam pada pasangan yang berselingkuh. Bahkan salah satu tokoh mati di dalam novel karena sifilis. Maklum ketika itu antibiotik tidak sekuat sekarang. Dan nafsu selalu saja berhasil mengalahkan kepantasan termasuk kesadaran berhubungan secara sehat. Yah secara kesehatan (karena sekarang saya wartawan kesehatan) tidak setia pada pasangan akan menyebabkan penyakit menular seksual dan sifilis adalah salah satunya. Jadi siapa bilang perselingkuhan hanya bertabrakan dengan norma, dunia kesehatan juga memandangkan sebagai ketidakwajaran.

Oke kembali ke topik. Tahu apa lagi yang absurd dari kesetiaan, cinta, dan perselingkuhan? Rasa cinta tidak selalu dihubungkan dengan sesuatu yang memiliki fisik. Pernah dengar kalau di Jepang ada anak muda yang jatuh cinta pada tokoh anime. Dan yang dimaksud dengan jatuh cinta adalah bersedia menikah dengan video game yang membuat tokoh tersebut hidup. Iya ini betulan, Astried, salah satu sahabat saya, menunjukkan video youtube-nya kepada saya. Dia mengucapkan janji setia secara online kepada masyarakat pencinta games online di Jepang. Dia bahkan mengenakan jas terbaik dengan wajah yang berseri-seri. Tahu bagaimana laki-laki pecinta anime ini mengartikan cintanya pada tokoh anime yang semua pembicaraanya sudah diprogram. "Saya suka karakternya, dia perempuan yang saya cari." Dan ketika ditanya apa dia ngga takut dibilang aneh karena mencintai video game? Laki-laki muda itu bilang,"Saya berharap satu saat nanti, semua orang bisa menerima konsep mencintai kepada siapa pun, baik yang berwujud maupun tidak."

Ketika ditanya apa yang jadi alasan dia mencintai perempuan dalam bentuk video game, laki-laki itu menjawab kalau perempuan anime tidak bikin pusing. Yang dimaksud dengan pusing adalah menuntut banyak demi sebuah konsep take and give.

Iya dalam hubungan cinta yang ideal, take and give adalah rumus dasarnya. Itu kenapa ada istilah cinta itu ada ketika kedua tangan bertepuk bersamaan. Keduanya harus saling memberi dan menerima. Kalau hanya satu yang memberi atau menerima maka cinta jadi beban. Apa iya cinta itu harusnya membebani?

Pada akhirnya semua harus memilih, termasuk pelaku perselingkuhan. Tahu apa alasan mereka yang melakukan perselingkuhan saat mengakhiri hubungan dengan kekasihnya. Aku tidak ingin menyakiti (baca : membebani) kamu, karena rasa ini terlalu besar untuk dibendung. Atau, aku masih sayang tapi rasanya tidak seperti dulu. Lalu biasanya yang tahu bahwa dia terlibat dalam perselingkuhan akan bilang, "Maaf saya datang di waktu yang salah." Atau, “Maaf semua terjadi begitu saja.”

Tapi apa iya cinta mengenal salah waktu? Atau apa iya, kita tiba-tiba jatuh cinta pada seseorang tanpa bisa mengerti bagaimana semuanya terjadi Mmmm...saya rasa sih cinta adalah sebuah kesempatan dan kesadaran. Sama seperti perselingkuhan, dia adalah kesempatan dan sebuah kesadaran. Semua orang diberi kesempatan untuk jatuh cinta dan selingkuh. Porsinya sama menurut saya. Kesempatan untuk jatuh cinta sama besarnya dengan kesempatan untuk selingkuh. Pembedanya adalah seberapa sadar kita memaknai itu semua. Dan kesadaran akan membuat kita bertemu pada batas kewajaran, apakah ini masuk benar atau tidak.

Belakangan, saya dijadikan tempat curhat oleh teman-teman saya. Temanya sama tentang cinta dan perselingkuhan. Kata mereka, "Priska sekarang lebih matang dan dia semakin lembut plus berani menghadapi segala kerumitan tentang cinta."  Jadi mereka merasa saya bisa membantu mereka keluar dari kerumitan cinta dan perselingkuhan. Malah pernah dalam satu hari saya menyarakan seorang teman saya untuk berani jatuh cinta lagi dan seorang lainnya agar berani memutuskan hubungannya. Yang saya lakukan sebenarnya hanya membuat mereka berbicara dengan kata hati mereka dan sedikit memberikan gambaran realitas soal menjalin serta melepaskan cinta dengan harga diri. Tahu apa tandanya jika apa yang kita putuskan benar? Lega. Rasa lega adalah kejujuran realitas yang bisa kita nikmati dengan tulus.

Tapi apa iya cinta itu membuat kita tidak sadar sehingga kita tidak bisa memilih dengan akal sehat? Mari kita lihat bagaimana ilmu kedokteran mengartikan jatuh cinta? Saat kita bahagia, otak mengeluarkan hormon oksitosin dan jatuh cinta biasanya diidentikan dengan perasaan bahagia. Itu kenapa hormon oksitosin juga disebut sebagai hormon cinta.

Ini bukan sembarang hormon. Oksitosin adalah hormon yang kerjanya seperti opium, membuat kita melayang dan kecanduan. Maka jangan heran kalau kita jatuh cinta, rasanya rela membelah dada ini untuk membuktikan bahwa di dalam jantung kita ada namanya...Hahahaha dangdut bener ini. Dan jangan juga heran kalau saat kita tiba-tiba diminta untuk berhenti mencintai seseorang yang selama ini menjadi belahan jiwa, maka kita akan seperti orang sakaw yang minta dihilangkan rasa sakitnya.

Saya pernah menulis tentang bagaimana otak merespon patah hati untuk website yang menggaji saya setiap bulan. Penelitian membuktikan, patah hati akan membuat orang butuh waktu lama untuk kembali normal karena hormon cinta kita dimatikan dosisnya. Padahal hormon cinta ini juga bekerja untuk membuat kita tenang dan sehat.

Karena cinta kita dicabut dari akarnya secara tiba-tiba, kepala kehilangan stimulasi untuk mengeluarkan oksitosin. Alhasil tubuh sakaw dan minta pasokan opium baru. Apa yang kita lakukan? Bisa menabrakan diri ke mobil agar mantan pasangan melihatnya sebagai pengorbanan, plus cara untuk mengakiri sakaw karena cinta. Atau bisa juga bangkit dan meninggalkan semua memori tentang cinta karena bisa memiliki positif energi sehingga nyala hormon oksitosin bisa disulut. Seperti saya :D

Jadi ya cinta memang membuat kita tidak masuk akal. Sama seperti ketika kita patah hati, semuanya bisa jadi sangat tidak masuk akal. Tapi lagi-lagi kita diberi kesadaran untuk memilih. Apakah kita akan dengan sukarela memilih menjadi tidak masuk akal atau sebaliknya? Saya rasa ketika kita bisa merasakan jatuh cinta maka kita telah memasuki satu tahap kedewasaan. Biologi menandai masa transisi dari anak-anak menuju remaja dengan adanya ketertarikan terhadap seseorang. Jadi sebagai orang dewasa, harusnya kita punya kesadaran yang baik dalam memilih. Tidak sekadar terbuai dengan efek opium yang sebenarnya dengan sadar bisa kita picu sendiri.
By:

sh1va-frozen

Mau tau bagaimana mengeluarkan opium alami dalam otak, salah satunya adalah melalui sentuhan. Sebab kulit adalah organ terbesar manusia yang dilengkapi dengan jutaan syaraf untuk mengirimkan signal ke dalam otak. Jadi jangan pernah meremehkan efek sentuhan.

Melihat analisa panjang ini, saya menyadari betapa cinta begitu rapuh. Apa kalau begitu kita memilih dengan sadar saja untuk tidak mencintai siapa pun. Bagaimana menurut kalian?

Setidaknya ada 2 orang yang saya tahu menjadikan kesendirian sebagai pilihan. Seorang yang pertama bahkan sudah dengan tegas mendeklarasikan tidak akan pernah menikah dan tidak menjadikan jatuh cinta sebagai kebutuhan. Alasannya, dia sangat mencintai kemandiriannya. Pilihan ini bukan karena dia patah hati tapi karena dia sangat puas dengan individualitas yang dia punya. "Semua kepuasan bisa gue dapatin sendiri, jadi buat apa butuh pasangan." Aneh? Tidak juga, saya justru kagum sama dia karena berani memilih sesuatu demi dirinya. Dia mengerti apa yang menjadi kepuasaannya sendiri.

Sedangkan seorang yang lain, memilih sendiri karena merasa tidak ada yang bisa menjamin kesetiaan. Iya manusia terlalu egois untuk memuaskan egonya sendiri. Jadi dari pada memaksakan diri untuk tetap setia atau meminta orang lain setia, lebih baik setia pada pilihan untuk menyendiri. Apa ini aneh? Tidak juga, saya sih selalu kagum dengan pilihan-pilihan di luar kotak. Buat saya, pemikiran di luar kotak sama dengan kelinci yang berani keluar dari topi sulap seperti dalam cerita Dunia Shopie. Mereka lah penantang hidup sesungguhnya.

Jika saya ditanya, apakah lebih memilih sendiri atau tetap jatuh cinta? Jawabannya sederhana, saya sangat mencintai hidup. Dan elemen terpenting dalam hidup adalah cinta, jadi saya memilih jatuh cinta. Walaupun teman saya yang memilih untuk menyendiri itu, telah menggoda saya dengan kebebasan yang menggiurkan. "Kita bisa menikmati dunia di mana aja dan kapan aja tanpa perlu negosiasi dengan orang lain yang belum tentu sempurna menyerahkan diri." Hahahahaha...saya sih hanya bilang, "Jatuh cinta bikin gue centil dan gw suka jadi orang centil....hahahaha." 

No, saya hanya merasa pilihan saya ya itu berpasangan. Karena saya suka rasa yang dikirimkan seluruh inci dari tubuh saya ke dalam pancaran mata saya. Iya, jatuh cinta buat saya 10 tahun lebih muda hahahahaha. Plus saya suka bagaimana tubuh saya bereaksi ketika saya memeluk, menyentuh, dan mencium kekasih hati saya dengan kehangatan. Saya juga suka ketika saya harus bermanja-manja atau ngambek ngga jelas demi sebuah perhatian. Dan rasanya semua itu akan saya dapat ketika saya berpasangan hehehehe. Makanya saya ngga sabar untuk jatuh cinta lagi :D

Ah kayanya enak kalau saya jadi Dewi Venus yang bisa dengan sesuka hati meminta Cupid mengarahkan panah asmara ke setiap laki-laki yang saya mau. Tapi kalau begitu bukan kah cinta jadi sebuah produk egois yang direkayasa. Bukankah cinta salah satu anugrah yang Tuhan beri?

Ngomong-ngomong soal Tuhan ya, saya jadi berpikir, sebenarnya konsep rela berkorban demi cinta itu datangnya dari proyek egois Tuhan yang mau hanya ada Dia di dalam kepala kita. Rasanya semua agama berbicara demikian, bahwa tidak boleh ada Allah lain dihadapanKu. Atau hanya Aku-lah Allah yang Maha Besar.

Tuhan juga butuh pengakuan dan ingin digilai hanya oleh kita. Bahkan hubungan Tuhan dan manusia sama rapuhnya dengan hubungan cinta manusia. Ada waktu di mana Tuhan merasa perlu ngambek sama manusia karena manusia mengabaikannya. Tapi ada waktu juga di mana Tuhan tergila-gila pada manusia. Caranya, membuai manusia dengan segala keindahan dan kenikmatan hidup.

Sebenarnya konsep setia dan monogami, semuanya berawal dari bagaimana agama coba memasangkan Tuhan dengan manusia. Bahkan pendeta saya pernah cerita kalau Tuhan dan manusia itu ibarat pengantin pria dengan pengantin wanita. Keduanya saling memberi cinta dan setia dalam bercinta. Ada konsep take and give dalam hubungan keduanya. Dan tidak jarang juga kita jadi kehilangan akal sehat ketika coba 'bercinta' dengan Tuhan.

Buktinya kita suka melihat ada orang yang saking jatuh cinta dengan Tuhan akan membunuh orang lain karena menjelek-jelekan kekasih hatinya (baca: Tuhan). Atau ada juga orang yang rela menyerahkan tubuh dan hidupnya demi menguduskan kesetiaanya pada Tuhan.

Semuanya pilihan, klise memang tapi pilihan mendefinisikan hidup yang kita jalani. Apakah kita mau menjadi pencinta boneka yang monogami atau poligami? Bisa jadi kita juga memilih untuk berpasangan dengan setia atau kerap selingkuh atau mungkin setia yang dinegosiasikan? Tidak salah juga untuk memilih setia pada kesendirian dan mengendalikan hidup dengan kemandirian serta keberanian menaklukkan dunia. Bahkan jika kita memilih untuk menikahi figur anime di video game, buat saya itu juga pilihan dan saya menghargai mereka dengan ketulusan yang saya punya untuk menerima mereka. Setidaknya mereka berani memilih karena suka atau tidak hidup kita terlalu rapuh untuk dibiarkan tanpa pilihan.

Jadi mau pilih yang mana, setia, cinta, atau selingkuh? Saran saya, pilihlah dengan sadar karena otak kita terlalu besar untuk hanya digunakan sebagai mesin pengoperasi insting. 

Wow....akhirnya setelah 2 hari 3 malam mendengarkan cerita, mengamati, dan merenung akhirnya tulisan ini jadi juga :D Berharap tulisan ini akan membuat teman-teman yang menjadikan saya tempat curhat untuk cerita tentang cinta, punya keberanian untuk memilih dengan kesadaran yang utuh tidak sekadar dibayangi rasa trauma atau euforia opium oksitosin. Jadi apa pilihan kalian?

No comments: