Saya terkapar.
Meringankan tubuh tanpa mengerti harus ke mana.
Memutar semua kepingan yang begitu indah terbentuk.
Saya melemah.
Meneteskan air mata.
Melontarkan beribu pertanyaan dan berpikir kemana perginya mimpi indah.
Saya terpuruk.
Tidak pernah sedalam ini, seingat saya.
Saya kecewa.
Tidak pernah seterluka ini, seingat saya.
Ingin rasanya mengapungkan diri di atas dinginnya air laut.
Mengalir dan membuang segala ketakutan yang ada.
Mencuri kembali kedamaian yang diselipkan laut dalam bilur-bilur kebeningan udara.
Ya saya mencoba.
Mencoba menyembuhkan luka yang mungkin akan selalu meninggalkan bekas.
Anehkah bila kupu-kupu merindukan dinginnya air laut?
Anehkah bila kupu-kupu menutup badannya dengan sayap yang terkoyak?
Anehkah bila aku memilih bertahan?
Seorang teman berbisik,
"Tak ada alasan untuk menyerah, sama seperti tak ada alasan untuk menitipkan mimpi pada yang lain."
Dan saya bisa katakan, saya terluka, sambil mengusap hati yang masih bersinar.
Monday, August 23, 2010
Saya Terluka
Saya terluka.
Monday, August 9, 2010
Merelakan Kata,Menyimpan Memori
Dalam dunia psikologi,karakter manusia,konon katanya dibagi menjadi sanguinis, platonis, melankolis, dan apa ya, saya lupa satu lagi.Entah masuk kategori yang mana, tapi saya adalah orang yang suka bermain dengan kata-kata. Buat saya, kata-kata adalah sandi dari realitas. Itu kenapa dari saya SD, selalu punya diari. Untuk menyandikan realitas yang saya lalui. Berharap ketika satu hari nanti ada yang baca, apakah itu anak,cucu,cicit, atau orang lain, mereka bisa memecahkan sandi-sandi itu.
Dulu diari saya berbentuk buku. Dari buku tulis biasa tanpa merek, sampai Sinar Dunia, hingga diari yang terbuat dari kertas daur ulang yang dibuat sedemikian apik. Kini, diari saya ada dua bentuk. Buku dan digital, yang buku mulai sering ditinggal. Bukan karena merasa benda itu primitif tapi karena faktor bersentuhan dengan teknologi yang tinggi. Walhasil, diari digital dimiliki. Bahkan 2 sekaligus. Versi blogspot dan wordpress.
Tapi kemarin, saya sadar bahwa saya punya diari tambahan. Akibat hadiah romantis dari pacar, saya punya perangkat HP baru. Spesifikasinya, Smartphone. Tapi ngga terlalu smart, karena HP baru ini, tidak bisa menampung ratusan SMS yang saya simpan rapi-rapi di HP yang lama.
Iya, saya suka menyimpan SMS dengan kata-kata yang bagus. Atau SMS dengan momen-momen khusus. mulai dari SMS teman yang memberikan arahan ke rumahnya, sampai SMS yang menunjukkan kebawelan saya apabila sedang mabok. Atau ucapan selamat ulang tahun dari berbagai teman tersayang dengan berbagai gaya ekspresi mereka. Sedih sekali ketika saya harus merelakan diri untuk menghapusnya. Saya masih ingat situasinya dan masih terbawa suasana. Tapi tetap sedij, karena sandi memori yang dibekukan terpaksa dicairkan untuk kemudian menguap ke udara.
Semakin sedih ketika saya harus melakukan hal yang sama pada SMS pacar saya. SMS-SMS itu menyandikan dengan sempurna setiap momen yang kita lalui. Mulai dari awal-awal pacaran dengan nada yang menggebu-gebu, berantem-berantem kecil dan besar yang amat disesali tapi dihargai sebagai pembelajaran untuk saling mengerti, sampai masa-masa kematangan dalam mengekspresikan cinta. SMS itu menceritakan bagaimana saya dipanggil tanggerine, mentega terbang, neng, sampai honey. SMS itu juga cerita betapa kita pernah melalui natal dan lebaran bersama. Bahwa perayaan dia adalah perayaan saya juga. Dia mendambakan pohon natal dengan bulan sabit dan bintang, plus makanannya ketupat :D Atau masa-masa kita dipisahkan ribuan mil bahkan samudra.
Dengan bersusah payah saya menghapusnya sambil berdoa, Pemiliki Memori tidak menghapus semua itu dari kepala. Karena dari semua SMS yang terhapus itu, menampilkan garis yang sama, yaitu garis kebersamaan dengan orang-orang luar biasa. Ah indahnya hidup ketika semua sandi bisa diartikan dengan sederhana.
Dulu diari saya berbentuk buku. Dari buku tulis biasa tanpa merek, sampai Sinar Dunia, hingga diari yang terbuat dari kertas daur ulang yang dibuat sedemikian apik. Kini, diari saya ada dua bentuk. Buku dan digital, yang buku mulai sering ditinggal. Bukan karena merasa benda itu primitif tapi karena faktor bersentuhan dengan teknologi yang tinggi. Walhasil, diari digital dimiliki. Bahkan 2 sekaligus. Versi blogspot dan wordpress.
Tapi kemarin, saya sadar bahwa saya punya diari tambahan. Akibat hadiah romantis dari pacar, saya punya perangkat HP baru. Spesifikasinya, Smartphone. Tapi ngga terlalu smart, karena HP baru ini, tidak bisa menampung ratusan SMS yang saya simpan rapi-rapi di HP yang lama.
Iya, saya suka menyimpan SMS dengan kata-kata yang bagus. Atau SMS dengan momen-momen khusus. mulai dari SMS teman yang memberikan arahan ke rumahnya, sampai SMS yang menunjukkan kebawelan saya apabila sedang mabok. Atau ucapan selamat ulang tahun dari berbagai teman tersayang dengan berbagai gaya ekspresi mereka. Sedih sekali ketika saya harus merelakan diri untuk menghapusnya. Saya masih ingat situasinya dan masih terbawa suasana. Tapi tetap sedij, karena sandi memori yang dibekukan terpaksa dicairkan untuk kemudian menguap ke udara.
Semakin sedih ketika saya harus melakukan hal yang sama pada SMS pacar saya. SMS-SMS itu menyandikan dengan sempurna setiap momen yang kita lalui. Mulai dari awal-awal pacaran dengan nada yang menggebu-gebu, berantem-berantem kecil dan besar yang amat disesali tapi dihargai sebagai pembelajaran untuk saling mengerti, sampai masa-masa kematangan dalam mengekspresikan cinta. SMS itu menceritakan bagaimana saya dipanggil tanggerine, mentega terbang, neng, sampai honey. SMS itu juga cerita betapa kita pernah melalui natal dan lebaran bersama. Bahwa perayaan dia adalah perayaan saya juga. Dia mendambakan pohon natal dengan bulan sabit dan bintang, plus makanannya ketupat :D Atau masa-masa kita dipisahkan ribuan mil bahkan samudra.
Dengan bersusah payah saya menghapusnya sambil berdoa, Pemiliki Memori tidak menghapus semua itu dari kepala. Karena dari semua SMS yang terhapus itu, menampilkan garis yang sama, yaitu garis kebersamaan dengan orang-orang luar biasa. Ah indahnya hidup ketika semua sandi bisa diartikan dengan sederhana.
Thursday, July 15, 2010
Malam Romantis Sang Bulan Sabit

Malam ini, bulan sabit tanpa bintang apapun di sekitarnya. Kami memutar roda supra fit menuju daerah Cikini. Makan di restoran mahal yang kalau diartikan dalam bahasa Indonesia, pabrik keju.
Memilih duduk di luar, memandangi kincir angin buatan yang menjadi simbol Holand Bakery. Dengan kursi dan meja kayu, kami hanya diterangi lilin kecil yang mengapung di wadah kaca bening. Romantis? Tidak juga, tapi sangat MENYENANGKAN.
Dia duduk di depan saya, memandangi lekat-lekat saat saya mencoba membaca menu makanan. Saat saya tersadar tengah menjadi pusat perhatian, yang terucap hanya, "Sayang kenapa?" Laki-laki berbaju garis-garis biru dan abu-abu itu hanya berucap, "Ngga papa. I miss you."
Padahal malam sebelumnya kami baru saja bertemu. Bercanda, saling menggoda, sampai berkali-kalil bilang I Love You. Dan malam itu, lelaki saya meminta saya bercerita. Bercerita tentang diri saya. Tapi yang keluar adalah apa yang saya lakukan bersama teman-teman saya. Hihihiihihii karena satu hari pasti ada interaksi menarik antara saya dengan teman-teman saya.
Sedangkan pacar saya adalah tipe penyendiri, suka bergulat dengan buku, berpikir keras bahkan sampai mengernyitkan dahi. Tapi hari itu, dia merasa kesepian, mencari saya berkali-kali melalui SMS. Berharap saya bisa menghabiskan satu hari itu hanya bersama dia. Dan kali ini giliran saya yang bilang, "Sabar ya sayang."
Dua malam yang menyenangkan dan sangat sempurna dengan duduk berdua menikmati makanan sambil menatap satu dengan yang lainnya. Rasanya seperti baru pacaran dan kami pun teringat sudah 3,5 tahun menikmati semua ini bersama. Banyak yang berubah, dari saya dan juga dia. Termasuk rasa cinta yang kami punya, itu berubah.
Berubah menjadi lebih baik. Berubah menjadi lebih yakin. Dan berubah menjadi berani menatap masa depan. Menyenangkan. Iya menyenangkan untuk bisa melalui semua itu bersama kamu sayang. Terima kasih untuk 2 malam ini dan doa terbaik untuk kamu, aku, dan kita.
Labels:
bulan sabit,
curhat,
malam romantis
Subscribe to:
Posts (Atom)