Thursday, September 9, 2010

Ketetapan Hati

Buku The Alchemist sebenarnya bukan hanya bicara mengenai legenda pribadi. Karena kalau direnungin dalam-dalam, buku Paolo Coelho juga bercerita tentang ketetapan hati. Seberapa sering sih kita mengambil keputusan dari proses panjang perbincangan dengan hati, diri kita sendiri. Jarang mungkin, sampai benar-benar keputusannya merupakan bagian dari proses hidup yang penting. Padahal saat kita menyertakan yang namanya ketetapan hati, kita memasukkan sebuah terminologi yang dalam, yaitu KEYAKINAN.

Dan kalau sudah bicara soal keyakinan, maka kita berbicara sesuatu yang bersifat surereal. Sesuatu yang tidak bisa digambarkan dengan kasat mata tapi menyertakan kesadaran kita sebagai manusia.

Belakangan saya sering mendengar terminologi ketetapan hati itu. Entah kenapa, terminologi itu membawa saya pada sikap religius.Saya bilang kepada pemilik hidup, bahwa apa yang saya rasakan, bukan sekadar euforia anak muda yang kerjanya mau melawan pemikiran tradisional sekitar. Lagi-lagi ini mengenai keyakinan atau ketetapan hati. Dari awal saya sudah menetapkan hati dan saya percaya tak ada ketetapan hati yang tidak didasari oleh kepercayaan pemilik hidup untuk memilih ketetapan hati tersebut.

Maka beberapa minggu ini saya berdoa. Benar-benar berdoa. Sama seperti Santiago minta diantarkan pada piramid yang telah tinggal dalam alam sadarnya. Santiago mengorbankan segalanya. Hidupnya, pekerjaanya, kenyamanannya demi menjadikan ketetapan hatinya menjadi sesuatu yang nyata. Karena bagi Santiago, kita hidup demi membuat kenyataan hidup sebagai wujud ketetapan hati, bukan sekadar impian yang di simpan dalam bantal setiap kali tidur pulas.

Saya percaya, ketika saya diminta untuk membuat satu ketetapan hati, maka sebenarnya, Sang Penunjuk Keyakinan mempercayai saya untuk berjuang mewujudkan ketetapan hati tersebut. Itu kenapa, dari hari ke hari saya percaya ini bukan sekadar menjalani rutinitas untuk mencintai seseorang tapi lebih dari itu. Saya dipercaya untuk berketetapan hati mencintai dia dengan tulus. Saya akan berjuang demi apa saja untuk menjadikannya kenyataan. Ini bukan euforia dan bukan wujud perlawanan. Tapi lebih kepada ketetapan hati yang dibalut keyakinan dari Sang Khalik. Dan saya berdoa setiap saat dalam setiap tarikan napas untuk mengantarkan kita pada kenyataan dari sebuah ketetapan hati. Piramida itu sudah di depan mata. Sepertinya tak ada alasan untuk tidak mendekati. Mari kita saksikan betapa nyatanya piramida kita.

Dengan segala kerendahan hati, terima kasih Pemilik Hidup untuk terus menguatkan keyakinan saya atas piramida yang mulai terlihat. Terima kasih

No comments: