Sunday, November 16, 2008

Hidup adalah Realitas Mimpi

Selepas lulus dari Jurusan Jurnalistik, Fakultas Ilmu Komunikasi-Universitas Padjadjaran, saya sempat menganggur hampir setahun. Dan disela-sela menunggu wawancara kerja, saya mengirimkan artikel ke Harian Seputar Indonesia (Sindo).

Kebetulan Susi, sahabat saya, mengasuh rubrik untuk remaja (Saya lupa nama rubriknya). Rubrik ini berisi tentang pengalaman, ide atau pemikiran yang dapat memotivasi remaja untuk lebih baik. Salah satu tema tulisan saya adalah menggapai legenda pribadi. Termotivasi oleh tulisan Paolo Coelho di Sang Alkemis, saya ingin para remaja punya semangat untuk memiliki dan merealisasi legenda pribadinya.

Saya juga mengutip semangat Bob Dylan mengenai konsep Hero, dalam tulisan saya yang berjudul Menjadi Hero ala Bob Dylan. Bahwa setiap orang punya kemampuan untuk menjadi pahlawan, "We could be hero just for one day."

Mengapa tema ini yang saya pilih? Karena saya percaya bahwa tidak ada yang tidak mungkin dalam hidup. Legenda pribadi dan menjadi pahlawan adalah hal-hal yang bisa kita realisasikan.

Kisah nyatanya adalah ketika saya akhirnya memutuskan bekerja di Hongkong and Shanghai Bank Corporation (HSBC) as clerical analysis bankcruptcy account. Saat itu saya pikir, daripada saya nganggur lama-lama. Tapi saya tidak pernah mengubur mimpi saya untuk bekerja di media sebagai awalan menjadi penulis. Bahkan saya masih kirim dua tulisan lagi ke Sindo untuk menambah kepuasan diri saya.

Ada pengalaman menarik dari kirim tulisan ini, salah satu siswa SMA di Yogya memberikan apresiasi terhadap tulisan saya. Dia mengirimkan email kepada saya dan bercerita bahwa tulisan-tulisan saya selalu dinantinya. Itulah kali pertama saya bisa mendeskripsikan bahwa kepuasan diri itu luar biasa wujudnya.

Delapan bulan saya di HSBC, saya pindah ke Harian Jurnal Nasional. Koran yang secara de jure adalah milik bos negeri ini. Koran kepentingan, beberapa teman saya mengolok saya demikian. Tapi saya beragumentasi bahwa, ini hanya cara saya keluar dari HSBC. Karena saya kurang berani untuk keluar dari HSBC dan menganggur. Pengalaman menganggur hampir setahun cukup banyak memberikan rasa ngga enaknya minta uang sama orang tua dan abang saya.

Meskipun saya, sampai sekarang masih merasakan "gejolak" bekerja di tempat ini, tapi saya rasa ini salah satu realitas mimpi saya. Bekerja sebagai wartawan agar dapat terus mengasah diri sebagai penulis. Lagipula, tempat yang sarat kepentingan ini punya begitu banyak guru yang mengajarkan saya bagaimana untuk mengalir dalam menulis.

Banyak yang sudah saya tulis, dan lumayan banyak yang mewakili cita-cita saya dulu. Isu perempuan yang diselipkan dalam tema kesehatan. Profil tokoh-tokoh yang saya kagumi. Tulisan kebudayaan yang sedikit banyak terinfluensi dari buku-buku "gila" saya sewaktu kuliah. Dulunya semua hanya ide, tapi kemudian saya menariknya dalam dunia nyata. Selalu ada medium untuk itu, saya menyakininya.

Dulu bersama Tetty, sahabat yang lahirnya cuman beda seminggu ini, kita pernah bercita-cita untuk ke luar negeri. Duduk di depan perapian, menikmati secangkir coklat panas sambil melihat salju turun. Dua puluh persen dari cita-cita itu terwujud. Ketika kemarin saya ke Jerman, Tetty bilang saya turut mewakili dia untuk membuka jalan bagi realitas cita-cita kita. Yang kita butuh lakukan selanjutnya adalah, pergi ke luar negeri berdua, perapian, salju, dan coklat panas. Sepertinya hanya menunggu waktu, karena 80 persen dibagi dua, bukan hal yang sulit :D

Sebenarnya, saya tidak pernah betul-betul bikin list cita-cita. Saya hanya menyimpannya dalam hati dan kepala saya. Hati, karena disitulah niat bersemayam. Kepala, karena disanalah strategi diluncurkan. Bahkan seringnya, saya teringat bahwa mimpi itu pernah ada ketika telah menjadi realitas.

Ntahlah, mungkin karena saya termasuk orang yang ngga ngoyo. Saya berusaha dan bernegosiasi dengan Sang Empunya Kehidupan. Karena saya percaya, hidup adalah medium untuk membuat segala harapan dan mimpi memiliki wujud nyata. Realitas mimpi adalah pilihan, dan saya memilih untuk menariknya ke dalam wilayah absolut.

No comments: