Monday, June 11, 2007

Planetarium dan Observatorium Jakarta

Dulu pas kuliah, dapat tugas untuk bikin profil seseorang. Waktu itu bingung juga mau bikin siapa, karena males ke Jakarta secara waktunya cuman dua mingguan bolak balik jakarta-bandung lumayan menguras kocek anak kos. Akhirnya dari beberapa calon yang gua tawarkan (gua lupa persisnya berapa dan siapa aja yang gua ajuin), yang menurut Pak Sahala memenuhi kriteria adalah kepala Planetarium dan Observatorium Bosca. Dia waktu itu juga meneliti soal bintang apa gitu dengan keterbatasan teropong bintang yang di punya bosca (ah gila gua udah lupa gini...waktu itu gua nulis apa dong!!!).

Yang gua ingat adalah, salah satu alasan gua untuk mengajukan bapak Prof itu adalah supaya bisa masuk planetarium itu gratis. Gua udah bela-belain ke lembang yang dingin itu pagi-pagi buta, secara bapa itu maunya disamperin jam 8 pagi. Tapi gua senang banget, bahkan gua ingat kaga bisa tidur malemnya karena ngebayangin bakal di ajak tour di dalam planetarium.

Begitu gua nyampe di tempat yang dingin dan keren itu - kalo ngga salah sama Ita, karena waktu itu kita pinjem rekorder basil yang udah oldiest banget segede radio warung-warung kopi dan setelah itu nemenin ita wawancara di mana gitu - gua sempat foto-foto beberapa kali. Dan karena bapa itu tinggal di lingkungan planetarium itu juga, jadi gua dan ita (lagi-lagi ini seingat gua karena tiba-tiba gua merasa ke sana bareng tri juga) keliling2 dulu. Tibalah waktu wawancara....gua dipanggil ke suatu ruangan...ya ngalor-ngidul....sambil berharap bakal diajak ngeliat planetarium itu seperti apa. "Ya...ada lagi yang mau ditanya? karena Saya harus siap2 untuk ngajar."

Ya secara pertanyaan sudah habis dan semuanya sudah dijelaskan, gua bilanglah tidak. Dan karena dia tidak ada ancer2 mau ngajakin gua ke dalam bosca, gua menawarkan diri untuk memoto dia di dalam bosca (alasan sebenarnya). "Aduh maaf ya, planetarium itu tidak dibuka sembarangan. Saya aja kalo mau masuk harus minta ijin sama penanggung jawabnya dulu." Dengan wajah sedikit manyun, Priska hanya bisa menelan ludah. "Ya nasib," ucapnya sambil mengelus dada.

Tapi tau ngga, secara tidak terencana pada 9 Juni kemaren, gua dan pacar gua itu on the spot memasuki planetarium jakarta yang berlokasi di TIM itu. Dan acaranya udah mau mulai beberapa menit lagi...hampir aja telat karena si Ary pake acara kebelet pipis lah.

Dan dimulailah acaranya, keren...gua menyarankan kalian semua untuk kesana. Walaupun memang bosca planetarium terbesar se asia tenggara tapi kan jauh dan susah dikunjungi untuk umum, jadi yah ke cikini aja bagus juga kok. Ruangannya dingin, tempat duduknya seperti tiduran karena kita seolah-olah mengamati langit jakarta di malam hari. Dan kita diposisikan di tengah-tengah lapangan monas. Jadi bener-bener kaya tiduran di rumput monas yang tajam2 itu.

Nanti kita akan dijelasin soal bintang itu apa, matahari itu apa, planet itu apa aja, dan berbagai hal tentang penampakan dunia antariksa. Udah gitu naratornya sangat santai memperkenalkan kita soal semua itu, bukan kaya diorama yang di monas kaku. Malah kadang2 pake analogi yang sangat sederhana, kaya misalnya kecepatan pesawat ulang aling itu kaya kalo mau ke bogor satu detik langsung nyampe. Dan satu hal yang masih belum kita pecahkan adalah apakah suara bapa itu rekaman atau tidak? Kalau menurut gua itu rekaman, karena hampir sejam dia cerita kaga ada keselek2nya..tapi kata Ary kaga...Ayo kita buktiin lagi.

Anyway langit dan bintang emang selalu menawarkan cerita sendiri. Dengan legenda-legenda dan simbol-simbolnya gua rasa tempat itu emang selalu romantis untuk dinikmati dengan kepolosan kita. Sama kaya lagunya over the rainbow...lugu, polos, tapi manis....

Ah aku suka tempat itu!!!!!!
Take me there again please....

No comments: