Sunday, August 16, 2009

Bila Kita Tua Nanti

Belakangan, saya dan pacar sering bercerita tentang hidup kita saat usia senja menghampiri. Pacar saya sih ngga mau hidup sendirian saat tua, sedangkan saya mulai berpikir ngga masalah kok di panti jompo.

Sebab gua terinspirasi dengan cerita Athied soal maminya yang selalu tidak mau ngerepotin anaknya. Maminya Athied malah sudah siap sedia untuk itu, karena katanya dia akan lebih pusing kalau harus merasa ngerepotin anak-anaknya. Toh setiap anak ketika sudah berumah tangga pasti punya masalah sendiri.

Tapi pacar saya serem bayangin kaya gitu, katanya dia pengen seperti keluarga orang Indonesia kebanyakan tetap bersama anak-anaknya...yah minimal ada di satu rumah dan jauh dari panti jompo. Saya malah sempet merayu dia, "Kita kan bisa senang-senang yang...dugem bersama nini-nini dan aki-aki sesama panti jompo."

Ah saya memang selalu punya pikiran ekstrim dalam menikmati hidup sedangkan pacar saya berpikir ekstrim hanya tentang Tuhan...Tapi bener deh, belakangan saya jadi ngga takut untuk membayangkan hidup di panti jompo. Yah sesama orang tua harus berteman dengan orang tua. Ketimbang dipindah dari rumah anak yang satu ke anak yang lain. Itu lebih ironis lagi.

Saya malah berpikir, nanti kalau sudah tua ya jadi traveler aja. Mengunjungi kota yang satu ke kota yang lain. Berduaan dengan suami dan ciuman di bawah matahari senja atau di bawah bintang-bintang malam...itu kan lebih indah. Ketimbang ngebayangin hari tua cuman tidur-tiduran atau baca koran sambil duduk depan pekarangan rumah. Iya kalau ada pekarangannya kalau ngga ada?

Ah jika saya tua nanti, saya mau menikmati hiduplah. Berpetualang kaya Frederiksen di film Up...siapa bilang tua itu menyeramkan? Itu adalah waktunya matahari memberikan kesan terindah pada dunia :D