Sunday, February 25, 2007

Dan Semuanya Harus Dihadapi

Seandainya bisa milih, pasti kita hanya akan mau menjalani proses yang ngga ngejelimet, ngga bikin pusing, dan tentunya ngga bikin histeris. Tapi kalau memang kita bisa milih, apa kita akan menjadi satu karakter yang hebat? Well tiba2 wejangannya ita melintas, everything happen for a reason. Ya, si perempuan bertangan keriting itu punya jargon paten untuk semua masalah hehehehe.

Tapi menurut gua, suka atau tidak semuanya emang harus dihadapin. Meskipun kepala lo rasanya mau pecah trus jadi kaya semangka yang dipukul pake palu. Ancur dan merah-merah...serem ya. Sering, disaat gua merasa kepala gua semangka ancur itu gua berharap Sang Pembuat Otak tidak menyatukannya kembali. Ya biar semuanya dihadapin pake emosi aja karena kadang kala akal sehat malah jadi pembenaran yang memabukkan. Apa iya?

Atau sering juga gua pengen ngadapin semuanya pake tutup mata, ngga perlu dilihat siapa yang dihadapin. Pokoknya lawan aja. Tapi apa emang kenikmatan tutup mata itu akan sama seperti waktu kita belagu di depan teman-teman karena bisa naek sepeda sambil lepas tangan? Mmm...jangan-jangan kita emang mesti ngadapin semuanya sambil lepas tangan, biarin pedal mengarahkan setang sepeda untuk berjalan ke mana dia suka? Well adrenalin emang selalu punya cara yang misterius untuk menampilkan efek menegangkan.

Dihadapin dengan kepala dingin, most of all said that to me few days ago. Hadapin dengan tenang. Dan entah kenapa tiba-tiba Hard Rock menghadirkan Katon Bagaskara menyanyikan Negeri Di Atas Awan. Dulu gua suka banget ngeliatin awan. Bentuknya lucu-lucu dan gua selalu ngebayangin kalo gua punya saya yang bisa bikin gua ke kumpulan awan-awan itu, gua akan ajak seseorang teristimewa dalam hidup gua untuk hidup di awan. Cuman bedua, loncat2an dari awan yang satu ke awan yang lain, atau sekedar tidur-tiduran sambil dengerin lagu-lagu yang kita suka. Suatu waktu gua berharap gua pengen bisa menghadapi semuanya seperti gua mengangankan negeri di atas awan itu. Tenang, damai, full of love and of course get laid up there. Pasti seru ya bisa menguasai awan yang mengelilingi benda bulat berputar yang berwarna biru dan dinamakan bumi. Ah NASA bilang kalo 2036, asteroid apolis (kalo kaga salah namanya) tidak dihancurkan maka dunia akan kiamat. Tiba-tiba gua jadi kepikiran untuk memajukan rencana 2010 itu....

Hasilnya, gua kemudian bertukar pengertian dan pemahaman ke nyokap. Ya so far dia coba ngertiin apa yang ada di kepala gua, plus hati gua. Dia mulai sering menyebutkan nama si tukang es krim dengan intonasi yang lebih menyenangkan. Dan satu hal yang gua tau, setelah kejadian kemarin, 2010 akan semakin harus dimenangkan karena gua harus bersuara atas hidup gua. Di samping itu, si tukang es krim deserve to be fight for....I just want to stick with u...i love those words...so let's make it real.

Ah kadang kala gua suka bilang gini sama Sang Maha Penguasa, jangan suka bikin event sendirian dong...mari rancang bersama karena eksistensi kita saling menguatkan satu dengan yang lainnya. Jadi jangan suka maksa untuk eksis sendirian...hahahahaha...Jadi Pengausa Alam, mari hadapi semuanya BERSAMA-SAMA.

Terima kasih untuk semuanya, terima kasih untuk waktu, terima kasih untuk emosi, terima kasih untuk otak, dan last but not least terima kasih untuk kehidupan...so let's get LOUD together.....


SELAMAT MENIKMATI HIDUP

Saturday, February 17, 2007

Addicted To You

Ntah kenapa, jumat (16/2) tiba-tiba gua ngerasa MARAH banget karena si tukang es krim itu tidak memberikan kabar ke gua setelah paginya dia bilang dia sakit. Aneh emang cuman karena itu gua jadi kesel berat.

Sebenarnya ini efek yang dari 3 hari kaga berkomunikasi sama sekali sama dia sih...masih jetleg gua. Tiga hari itu kaya yang gua jalanin rutinitas aja, ngga ada "seru-serunya". Bangun pagi, siap-siap kerja, liputan, ngetik, pulang, tidur...begitu aja. Gua ampe berkali-kali ngeliatin namanya dia di hp dan membaca berualang-ulang sms2nya.

Sialnya, blogger di internet kantor di block...ya elah jangankan buka blogger, buka site lain aja lamanya udah kaya bencong. Lama-lama gua pikir, tempat kerja gua itu kinerjanya makin menurun...Back to the topic, karena blog di block itulah gua tidak bisa berkomunikasi dengan dia pake media ini. AH MAKIN GARING AJA. Gua bilang ama Kiki, ternyata dapat sms dan ngirim sms ke dia itu udah jadi nafas yang bikin gua idup...alah bahasanya.

Dan jumat itu gua kesel karena dia itu ada di jakarta ini, tapi kenapa susah untuk sms juga ya...ah jadi uring-uringan....marah-marah ngga puguh. Dan entah kenapa juga, gua kalo marah sama dia bawaanya dua. Diem dan nangis...kadang gua harus diem lama banget karena gua takut kalo gua ngomong jadi nangis (gua nebak pasti tukang es krim itu akan bilang, "kadang-kadang? SELALU GITU KALI, DIEMNYA LAMA hehehehehe).

Tambah lama, tambah sayang aja sama dia..Salah kalau Nietzche bilang Tuhan itu candu karena yang bener rasa cinta ke seseorang itu yang candu. Makin ke sini makin pengen cepet2 2010....

Maaf ya kalo aku nyebelin kemarin itu...aku cuman ngga ingin ngerasa kehilangan separuh nafas lagi aja. Apalagi ketika kita sangat bisa smsan atau telepon.

Kamu bikin aku kecanduan, sayang.

Sunday, February 4, 2007

Eros Rosita, Bidan di Hati Suku Baduy



Jurnal Nasional, 5 Februari 2007

DESA Kanekes yang terdiri dari dua bagian besar, Baduy Luar dan Baduy Dalam, merupakan masyarakat Ulayat yang masih keukeuh mempertahankan keaslian adat istiadat. Di tengah wilayah berhawa dingin itu tersebutlah seorang bidan dengan tekad bulat mengulurkan tangannya untuk proses kelahiran setiap bayi di Baduy Luar. Sampai kini, hanya sepasang tangannya yang dipercaya menyambut sang generasi baru Baduy.

“Awalnya saya nangis pas harus naik turun bukit, padahal waktu itu saya lagi hamil anak pertama,” tutur perempuan bernama Eros Rosita ini mengenang pertama kali ia menginjakkan kakinya di tanah berbukit itu kepada Jurnal Nasional, 1 Februari 2007 lalu.

Memang sebuah medan penuh tantangan. Bayangkan saja, untuk bisa sampai ke Desa Kanekes yang berada di dalam hutan lindung itu, dirinya harus berjalan selama 1,5 jam.

Untuk memasuki desa yang mengharuskan penduduknya berpakaian hitam-hitam ini, Ros diajak ayahnya yang kebetulan juru suntik khusus masyarakat Baduy, baik Baduy Luar maupun Baduy Dalam. Itulah kali pertama dia menitikkan air mata ketika menyadari bahwa gelar bidannya diperoleh dari kekuatan kaki ayahnya menapaki bukit-bukit terjal itu.

Namun, bukan hanya bukit terjal yang harus dihadapinya, reaksi masyarakat Baduy yang sangat tertutup sempat membuat dirinya tidak percaya bahwa dia akan diterima dengan baik seperti mereka menerima ayahnya. “Setiap kali saya datang, ibu-ibunya langsung ngumpet. Ngeliat saya kayak ngeliat setan,” ucapnya sembari tertawa.

Perjuangannya yang dimulai tahun 1997 itu pun membuahkan hasil, meskipun kadang-kadang Posyandu harus dipindahkan di ladang tempat para masyarakat Baduy banyak menghabiskan waktunya pada siang hari. Bahkan, ketika Jurnal Nasional mengikuti kegiatannya seharian penuh, dia dengan semangat menjemput seorang ibu hamil yang tengah pergi ke kali mencuci pakaian. “Harus dikejar. Kalau nggak, besok-besok dia jadi males,” katanya penuh antusias.

Untuk menumbuhkan rasa percaya masyarakat yang menganut kepercayaan Sunda Wiwitan itu, Ros harus selalu dapat membuktikan bahwa obat ataupun makanan yang diberikan kepada mereka memang berkhasiat bagi kesehatan mereka. Tapi pernah satu kali, salah seorang pasiennya meninggal usai diikutsertakan dalam penelitian bersama dokter-dokter dari Rumah Sakit Harapan Kita. Keluarga pasien tersebut mengira pemeriksaan yang menggunakan elektrokardiogram itu adalah penyetruman yang mengakibatkan kematian.

“Waktu itu keluarganya minta tebusan enam juta, saya panik. Tapi Dr. Idris Idham (Ketua Tim Penelitian) membantu saya. Bahkan mendoakan agar anak dalam kandungan saya waktu itu nantinya jadi dokter,” cerita Ros. Pengalaman inilah yang kemudian membuat dirinya terus berdoa agar anak-anaknya kelak juga dapat menyembuhkan masyarakat Baduy dengan pemeriksaan yang lebih teliti. Priska Siagian.

nb: fotonya aku ganti karena lebih bagus yang ini (menurut gua)

Thursday, February 1, 2007

Jurnalis?

Ah akhirnya, bergelut juga dengan dunia yang gua percayai bisa mengembangkan bakat nulis dan kepekaan sosial gua. Semuanya berjalan begitu cepat jadinya...tulisan 6000 karakter, 3000 karakter dan dead line dengan intrik2 liputan dan wawancara jadi bahan cerita baru untuk pacar, teman dan keluarga.

Walaupun badan udah kaya dipukulin seprovinsi, tapi perjalanan ke baduy luar kasih pengalaman baru. Ngga pernah kebayang bagaimana bidan Ros, yang berhasil mencegah kematian ibu dan anak di baduy luar itu bisa menjalani medan dengan iklas dan tersenyum. Ini juga yang bikin gua untuk tidak mengeluh selama naik turn bukit, dan nyebrang kali. Tidak cuman itu, kalau hujan jalannya licin banget. Bahkan dengan sepatu yang katanya buatan italia itu, gua masih harus kepleset dua kali...tapi gua ngeliat bidan ros yang ngadepin semua itu sebagai kepercayaan tuhan untuk dia.

Tapi gua ngga pernah nyesel berangkat ke sana, pegel-pegel itu kaga ada bandingannya dengan udara segar dari alam yang masih asri. Bahkan gua bisa punya teman2 baru dari pusat informasi dan publikasi dept kes yang ramah2 dan terbuka, ibu dari wartawan kompas yang rame, wartawan kartini yang lumayan dibawa ke arisan hahahahaha...tapi pacar gua lebih keren karena bisa paling pantes dibawa ke mana-mana.

Ah setiap proses emang selalu menarik untuk dilewatin. Ya...dinikmatin aja.

Seribu penghargaan untuk bidan yang hanya digaji 950 ribu per bulan...

AYO KE BADUY LAGI!!!! (Undangan ini terbuka untuk siapa saja)